21. Rencana Awal

693 65 10
                                    

Hallo! Gomen ne, lama gak di-update. :)

-
-
-

Shania Point Of View

Apa aku salah? Apa semua benar yang dikatakan Boby? Oh Tuhan bantu aku. Kenapa jadi serumit ini.

Jujur hati ini tidak bisa menolak kata-kata Boby, tapi ego lah yang mempersulitkanku. Kenapa aku jadi acuh seperti ini terhadapnya?! Gila! Ini benar-benar membuatku gila! Pepatah mengatakkan 'cinta itu harus diperjuangkan' jadi apa benar aku mulai mencintainya?

Aku tidak habis pikir. Kenapa aku harus menjauhi Boby? Padahal dia tidak mempunyai kesalahan apapun, apa karena Elaine? Ya! Elaine aku merasa kasihan kepadanya, bagamaina tidak! Elaine benar-benar mencintai Boby dengan tulus, sedangkan aku? Aku bimbang dengan perasaan ini.

Jadi, apa aku harus merelakan Elaine menjadi milik Boby? Atau, Aku yang harus jadi milik Boby? Dasar Boby! Selalu saja membuat pikiranku ingin meledak.

"Shania!" Suara Mami dari bawah membuyarkan lamunanku.

Aku dapat mendengar suara kaki yang berjalan mendekat kearah kamarku."Shania, ada teman kamu dibawah. Kamu juga dari tadi pagi belum sarapan"

Aku segera meletakkan novel yang baru aku beli tadi pagi, padahal sedari tadi aku hanya membolak-balikkan selembar demi selembar tanpa membacanya. Karena pikiranku melayang kemana-mana, ini semua gara-gara Boby yang selalu mengusik pikiranku.

Aku berjalan keluar kamar, Terlihat mami masih berdiri didepan pintu kamarku.

"Itu dibawah sudah ada Nabilah sama teman kamu yang lainnya, tapi kamu harus makan dulu sayang. Sejak tadi pagi kamu kan belum makan, Mami takut kamu sakit lagi" Terlihat jelas raut wajah mami sangat resah dengan keadaanku.

Padahal aku tidak kenapa-kenapa, hanya saat ini aku butuh sendiri dan mencoba Meng-intropeksi diri aku sendiri. Tapi aku juga tidak tega melihat Mami tercinta aku ini berlarut-larut dalam kesedihan hanya melihat perubahan sikap aku yang dingin ini.

Apalagi saat waktu Papi marah besar kepadaku sampai menamparku. Jujur itu sedikit membuatku tertekan, kenapa tidak?! Selama ini Papi tidak pernah berbuat kasar padaku. Kalaupun marah juga pasti hanya akan memberitahu dengan baik, tapi aku sama sekali belum pernah membuat kesalahan atau kekecewaan dihati kedua orang tuaku. Itu menurutku! Tapi entahlah menurut Papi dan Mami.

Aku tersenyum tipis. "Iya Mi. Shania enggak akan kenapa-kenapa"

Aku berjalan beriringan dengan Mami menuju ruang makan yang sudah terlihat Nabilah, Jeje, dan Sonia sedang makan dengan lahapnya. Aku sedikit memicingkan mataku melihat ketiga sahabatku itu sangat rakus, Dasar!

"Mata lu kenapa Shan? Minus lu nambah lagi?" Ini anak kalau ngomong sembarangan saja, Aku menggeleng lalu tersenyum getir melihatnya.

Sudut mataku bergerak menatap Mami, meminta penjelasan."Mami tadi masak banyak.Jadi teman-teman kamu, Mami suruh makan terlebih dahulu" Jelas Mami, aku pun mengangguk.

Aku berjalan menuju kursi yang berada disamping nabilah, masih dengan memperhatikan mereka semua satu-persatu.

"Shhann muakan yyanng baannyuakk" Ucapnya dengan mulut yang penuh dengan nasi, Aku menatapnya jijik. Kenapa tidak! Itu sangat jorok sekali makan sambil berbicara, seperti tidak tahu tata krama.

Aku sedikit menelan saliva, kenapa aku jadi tidak nafsu makan setelah melihat Nabilah dan Jeje kecuali Sonia. Sonia yang sedari tadi hanya diam, makan dengan pelan-pelan.

"Kenapa Shan? Sumpah masakan Mami lo tuh dari dulu enak banget, top markotop dah" Ucap Jeje.

Aku tersenyum menganggapinya. Aku segera mengambil secentong nasi yang ada dihadapanku dan lauk secukupnya, lalu memakan dengan perlahan tanpa melihat Jeje dan Nabilah. Yang ada nafus makanku semakin berkurang. Tapi emang dari kemarin nafsu makanku sudah berkurang, makan hanya sedikit atau paling tidak hanya makan roti dan minum susu.

What Can I Do For Someone?Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin