PART 2

9.9K 223 1
                                    

Jarum jam masih menunjukkan pukul 4 pagi. Namun tidak menghilangkan semangatku untuk membuat adonan kue. Kue apa lagi kalau bukan kue ulang tahun untuk putra semata wayangku. Senyumku sesekali mengembang saat menimbang satu persatu bahan-bahan kue dengan teliti. Memoriku mengingat hari-hariku lima tahun terakhir yang penuh dengan tumbuh kembang Astha. Dari Astha yang baru bisa tengkurap, belajar berjalan, dan sekarang sudah bisa berlari. Walaupun aku tinggal di Jakarta dan Astha di Surabaya bukan berarti itu membuat hubunganku dengan putraku menjadi renggang. Hampir setiap minggu aku pulang ke Surabaya. Kalau aku benar-benar tidak bisa pulang karena kesibukanku, orang tuaku dan Astha yang menyusul ke Jakarta.

"Ibu harus membantu apa?" Tanya ibu yang sedari tadi hanya diam memperhatikanku menimbang bahan-bahan kue.

"Ibu tidak harus membantu apa-apa." Jawabku tanpa mengalihkan perhatianku pada timbangan makanan dihadapanku. Aku sedikit merasa tidak enak karena kegiatanku di dapur membangunkan Ibu di pagi buta. Sekarang aku berada di rumah dan seharusnya Ibu menghabiskan waktunya untuk banyak beristirahat. Karena saat aku tidak di rumah Ibu sudah kerepotan untuk mengurus Astha.

"Tapi Ibu ingin membantu." Balas Ibu tidak ingin menyerah.

"Baiklah. Tolong Ibu kocokkan putih telur ini sampai mengembang dan kaku." Aku siapkan mixer dan putih telurnya di hadapan Ibu. Aku rasa pekerjaan ini tidak berat, karena Ibu masih bisa mengerjakannya dengan duduk.

Selanjutnya kami berdua saling diam sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ibu yang sibuk mengocok putih telur dan aku yang mulai sibuk mencampur satu per satu bahan kue yang sudah selesai ditimbang.

Sebenarnya aku sangat tahu kalau Ibu ingin sekali bertanya mengenai kelanjutan hubunganku dengan Mike. Namun ditahan karena Ibu tahu aku tidak suka diganggu saat sedang membuat kue. Dan aku sudah merasa ibu sedang mencuri-curi pandang ke arahku untuk mencari celah waktu yang tepat untuk menanyakan pertanyaan yang sudah mengganggu di kepalanya.

"Apa Ibu masih penasaran dengan hubunganku dengan Mike?" Tanyaku setelah menutup pintu Oven untuk memanggang adonan kue yang sudah jadi. Sebenarnya aku tidak ingin membahasnya, tapi tatapan Ibu sunggu menggangguku.

"Kau sudah tahu bahkan sebelum Ibu bertanya." Ibu sedikit tertawa geli dengan tingkahnya yang seperti memata-matai putrinya sendiri.

"Karena pertanyaan itu yang selalu Ibu tanyakan saat Cheryl pulang." Jawabku sembari mengedikkan bahu. "Masih sama seperti sebelumnya, Bu. Cheryl hanya berteman dengan Mike." Lanjutku.

Aku mendengar suara desahan Ibu tidak lama setalah itu. Aku tahu bukan jawaban itu yang Ibu harapkan. Tentu Ibu mengiginkanku untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Mike. Dan logikaku juga mengatakan kalau seharusnya juga memang begitu. Mengingat kebaikan dan ketulusan hati Mike selama ini, kegiatan panasku bersama Mike di atas ranjang dan kenyataan bahwa Mike mencintaiku. Tapi sungguh, aku tidak ingin melukai Mike karena dengan bodohnya aku masih saja memikirkan dan merindukan pria brengsek itu. Dadaku kembali berdenyut sesak mengingat sudah lima tahun lebih aku tidak pernah mendengar kabarnya dan tidak tahu keberadaannya.

"Hhhh.. Baiklah Ibu tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini. Ibu tidak akan merusak suasana hatimu di hari ulang tahun Astha."

"Aku baik-baik saja, Bu. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan Cheryl lagi." Aku peluk Ibuku dan mengecup pipinya yang semakin keriput. "Sebaiknya Ibu kembali ke dalam untuk beristirahat, sisanya biar Cheryl yang selesaikan."

 Tanpa banyak membantah Ibu menganggukkan kepalanya kemudian pergi meninggalkanku di dapur sendirian. Akupun melanjutkan kegiatanku membuat animasi kartun Cars untuk hiasan kue ulang tahun Astha yang sedang di oven. Hobi Astha saat ini adalah menonton kartun Cars, semoga saja Astha menyukai kue ulang tahunnya.

Fated to Love YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora