PART 10

5.5K 170 13
                                    

"Apa kau sudah menunggu lama?" Tanyaku setelah melihat sosok Ady yang sudah duduk santai di depan TV.

"Tidak. Aku yang datang terlalu cepat." Jawabnya cepat. "Apa kau sudah siap?" Lanjutnya yang kini sudah berdiri menatapku dengan pandangan mendamba seakan merindukan kekasihnya? Entahlah aku sendiri sulit mengartikan pandangannya itu.

"Eheemm.. Ya.. Seperti yang kau lihat." Jawabku sedikit terbata karena merasa sedikit gugup ditatap begitu intens oleh Ady.

"Baiklah, sebaiknya kita berangkat sekarang." Ajak Ady yang aku jawab dengan anggukan setuju.

Malam ini orang tua Ady mengundangku untuk makan malam bersama. Sebenarnya aku merasa sedikit enggan untuk memenuhi undangan tersebut. Berada di dekat Ady saja masih membuatku merasa tidak nyaman lalu bagaimana aku harus menghadapi orang tua Ady nanti? Berkat kegigihan Ady dan orang tuanya, akhirnya mau tidak mau aku mengiyakan ajakan makan malam ini.

Selama di perjalanan, baik aku maupun Ady tidak banyak berbicara. Kami sama-sama tenggelam dalam pikiran masing-masing. Dan yang mengganggu pikiranku saat ini adalah entah mengapa aku merasa sangat gugup. Gugup karena akan bertemu orang tua Ady. Sebenarnya aku tidak memiliki hubungan yang buruk dengan kedua orang tua Ady. Kami cukup dekat. Orang tua Ady adalah sosok yang hangat dan memperlakukanku layaknya putrinya sendiri, jadi tidak butuh waktu lama untuk bisa dekat dengan mereka. Namun lima tahun sudah berlalu, tentu sudah banyak yang berubah ditambah lagi sejak gagalnya pernikahanku lima tahun yang lalu, kami sudah tidak pernah berkomunikasi lagi.

Tanpa sadar selama diperjalanan aku tidak berhenti meremas jemariku sendiri berharap dengan begitu rasa gugupku sedikit berkurang. Dan sepertinya Ady sudah memperhatikanku sedari tadi. "Apa kau merasa gugup?" Tanyanya sembari menggenggam tanganku yang berada di atas panggkuanku. Apa yang Ady lakukan pada genggaman tanganku justru membuatku merasa semakin gugup.

"Sedikit." Jawabku singkat dan berusaha melepaskan genggaman tangan Ady dari kedua jemariku. Ady yang tahu kalau aku merasa tidak nyaman dengan kontak fisik yang ia lakukan akhirnya melepaskan genggaman tangannya dari jemariku.

"Maaf. Aku hanya ingin membuatmu tidak gugup lagi." Ucapnya dengan nada menyesal yang sangat kentara. 

"Ya aku tahu itu. Namun tetap saja aku masih merasa tidak nyaman berada di dekatmu dan apa yang baru saja kau lakukan itu justru membuatku semakin gugup bukan sebaliknya." Jawabku yang hanya mampu aku suarakan dari dalam hati.

***

Saat memasuki salah satu dine in restaurant di kawasan Menteng, Jakarta Pusat kami langsung disambut oleh seorang pelayan dengan ramah, "Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?"

"Reservasi atas nama Nugrahatama." Jawabku singkat dan langsung dibalas anggukan mengerti oleh pelayan tersebut.

"Orang tua anda sudah menunggu anda." Ucapnya sembari mengantar kami menuju meja yang telah aku reservasi sehari sebelumnya.

Aku merasakan genggaman tangan Cheryl yang melingkar di lenganku mengerat saat mendekati meja di mana kedua orang tuaku telah duduk di sana. Aku tahu sejak berangkat dari rumahnya, Cheryl tampak gelisah, dan satu-satunya alasan yang membuat Cheryl gelisah adalah pertemuannya dengan orang tuaku untuk pertama kalinya setelah gagalnya pernikahan kami.

"Cheryl..." Mama yang menyadari kedatangan kami lebih dulu menyapa Cheryl dengan tatapan terharu tidak menyangka kalau pada akhirnya Cheryl mau menerima ajakan makan malam ini.

Fated to Love YouWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu