PART 7

6.2K 168 2
                                    

Mataku memandang kosong langit-langit kamar Mike. Bibirku menyunggingkan senyum masam karena tak berhenti merutukki diriku sendiri yang masih terjaga saat jarum jam menunjukkan pukul tiga pagi. Bahkan setelah percintaan panasku bersama Mike tetap tidak bisa menghapus pikiran yang memenuhi kepalaku dan membuatku terjaga hingga kini.

Kejadian di acara kantor Mike tadi terus berputar-putar di kepalaku seperti kaset rusak. Membuat kepalaku selalu berdenyut saat mengingatnya. Bahkan sampai saat ini aku masih tidak percaya dengan apa yang aku lihat tadi. Pria yang selama lima tahun terahir hanya ada di mimpi burukku, tadi ia ada tepat dihadapanku. Ya, tiba-tiba saja Ady ada dihadapaku dan tidak menunjukkan rasa bersalahnya sama sekali. Dadaku kembali terasa perih saat mengingat ekspresi wajahnya saat menyapa Mike dan melihatku dengan senyum formalnya setelah melihatku yang berada di samping Mike.

***

"Mike, kita akan di sini sampai kapan?" Rengekku lagi setelah Irene, temanku pamit pulang karena takut anaknya di rumah terbangun dan mencari kedua orangtuanya. Kenapa aku merengak? Kalian pasti tidak percaya dengan apa yang aku lihat tadi saat acara peresmian ini dimulai. Entah aku yang hanya berhalusinasi karena sangat merindukannya atau memang pria brengsek itu yang aku lihat sedang berdiri di atas panggung memberikan sambutan dan ucapan terimakasih kepada para tamu undangan karena telah hadir.

"Tunggu sebentar, aku belum menyapa Tama, sayang." Mike kini sudah tampak sibuk mengedarkan pandangannya untuk mencari rekan kerjanya yang entah siapa. Di sampingnya aku hanya bisa melipt kedua tanganku di depan dadaku berharap Mike bisa menemukan temannya itu dengan cepat dan bisa segera pulang. Sejak acara dimulai aku sudah merasa tidak nyaman berada di sini. Ya, apalagi kalau bukan karena kehadiran pria brengsek itu.

"Michael!" Suara berat dari belakang membuat Mikesecara reflek langsung membalikkan tubuhnya untuk melihat si empunya suara. "Tunggu, suara itu sepertinya aku tidak asing dengan suara itu", ucapku dalam hati

"Tam, aku sudang mencarimu kemana-mana." Mike terlihat senang setelah melihat siapa yang memanggilnya tadi. Berbeda dengan Mike yang tampak senang, tubuhku justru terasa lumpuh saat melihat siapa rekan Mike ini. Ingin rasanya aku lari dari tempat ini, bersembunyi dari orang dihadapanku sekarang. Tapi tubuhku berkhianat dengan otakku, seluruh tubuhku justru terasa kaku tidak bisa bergerak.

Mike kembali melingkarkan lengan kokohnya di pinggangku setelah beberapa saat mengabaikanku. Selama beberapa detik Mike menatap mataku sebelum akhirnya dia memperkenalkanku dengan pria yang ada dihadapannya saat ini. Dan pemandangan di depan mataku ini sangat di luar dugaan. Pria brengsek ini justru mengulurkan tangannya untuk menjabat tanganku dan ternyum formal ke arahku seolah tidak mengenaliku.

Melihatnya membuatku tanpa sadar tersenyum dingin ke arahnya. Apakah waktu lima tahun cukup baginya untuk melupakanku begitu saja? Sedangkan hatiku selama lima tahun hanya dipenuhi olehnya. "Brengsek!" Umpatku dalam hati.

"Aku ingin pulang Mike!" Desisku pelan. Mike yang melihat perubahan suasana hatiku tampak terkejut namun dengan cepat bisa menguasai dirinya dan menuruti permintaanku. Sedangkan pria brengsek di depanku ini hanya menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan.

"Tam, sepertinya kami harus pulang." Pamit Mike dengan wajah sedikit menyesal. Pria brengsek yang dipanggil Tama oleh Mike itu hanya tersenyum kaku dan mempersilahkan kami untuk pulang.

***

"Bangun, sayang. Aku sudah membuat sarapan untuk kita." Samar-samar aku mendengar suara Mike. Mataku yang masih terlalu berat karena baru bisa terpejam jam lima pagi membuatku enggan membuka mata. Namun bukan Mike namanya jika dia langsung menyerah begitu saja untuk membangunkanku. Kini aku bisa merasakan bibirnya sudah mengecup pundak telanjangku. Kegiatannya itu membuatku tersenyum karena geli.

Fated to Love YouWhere stories live. Discover now