PART 9

6K 186 30
                                    

Sejak aku menjemput Cheryl di toko kue, Cheryl terlihat murung dan tidak banyak bicara. Dia hanya berbicara saat aku bertanya sesuatu padanya. Bahkan sekarang saat makan malam ia hanya memandang kosong ke arah makanannya tanpa selera.

"Cheryl, ada apa?" Aku pegang tangannya yang sedang memegang sendok. Menghentikan aktivitas Cheryl yang hanya mengaduk-aduk makanannya saja.

"Tidak ada apa-apa." Jawabnya lesu tanpa menatapku. Tentu saja jawabannya dan tingkahnya sudah menunjukkan kalau sebenarnya ada apa-apa. Dan tentu saja aku ingin tahu apa itu yang mengganggu pikiran Cheryl saat ini.

"Kau berharap aku percaya dengan jawabanmu itu?" Balasku dengan suara penuh penekanan disetiap kata-katanya.

Aku terus diam memandangi Cheryl sampai dia mau mengatakan apapun itu yang sedang ada di pikirannya. Demi Tuhan, tadi pagi Cheryl tampak sangat ceria dan baik-baik saja. Bahkan kita telah melakukan sex yang hebat tadi pagi dan biasanya itu akan membuat mood Cheryl bagus seharian.

Lagi-lagi Cheryl bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. "Berhenti memandangku seperti itu, Mike!"

Aku tidak gentar, mataku tetap mandang lurus ke manik matanya menuntut sebuah penjelasan. Sejak memutuskan untuk membuka hatinya untukku, Cheryl sudah berjanji untuk menceritakan apapun masalahnya kepadaku. Sekarang aku sedang menagih janjinya itu.

"Hhh.. Baiklah." Cheryl menghela nafas beratnya tanda kalau ia menyerah. Aku hanya diam menunggu apa saja yang akan dikatakan Cheryl selanjutnya.

"Besok kau ada waktu? Ada seseorang yang ingin aku kenalkan padamu." Lanjutnya.

Keningku semakin berkerut mendengar ucapan Cheryl barusan. Bukan penjelasan yang aku dapatkan tapi hanya ajakan untuk bertemu kenalannya? Apakah kenalannya itu berhubungan dengan murungnya Cheryl hari ini? "Siapa sebenarnya orang itu? Berani benar membuat wanitaku menjadi murung seperti sekarang!" Rutukku dalam hati.

"Besok jam 12." Jawabku tegas karena kesal harus menahan rasa penasaranku lebih lama lagi. "Aku akan menjemputmu untuk makan siang bersama." Lanjutku.

Tapi Cheryl tampak tidak setuju. Ia menggelengkan kepalanya, "Tidak, besok aku ada meeting di Caffe Bene, kita langsung bertemu di sana saja."

Aku pun mengangguk mengerti. Jika ada hubungannya dengan pekerjaan aku masih bisa memaklumi alasannya itu. Yang masih tidak aku mengerti kenapa harus menunggu besok? Tidak bisakah dia mengatakan masalahnya sekarang saja.

"Sungguh Mike, aku pun masih berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi." Kata Cheryl tiba-tiba seakan bisa membaca isi pikiranku. "Aku juga butuh waktu, aku harap kau bisa mengerti."

Aku menangkup kedua tangan Cheryl, meremasnya pelan, berharap dengan itu bisa sedikit memberikan kekuatan. "Baiklah, aku akan menunggu sampai besok. Tapi berjanjilah untuk tidak terlihat sedih di hadapanku, itu sangat menyiksaku."

Cheryl hanya menganggukan kepalanya pelan dan memaksakan tersenyum namun tetap terlihat cantik di mataku.

***

Tadi pagi Cheryl menolak untuk aku antar ke toko. Ia memilih untuk membawa mobilnya sendiri dengan alasan akan meeting di luar. Sebenarnya alasannya cukup masuk akal, tapi aku merasa Cheryl sedang berusaha untuk menghindariku.

Dan sekarang tidak tahu kenapa perasaanku sedikit tidak enak saat menuju Caffe Bene untuk menemui Cheryl. Entah mengapa perasaanku mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Bukan tentang Cheryl, tapi tentang hidupku yang akan ditinggalkan oleh Cheryl. Ya, yang selama ini menjadi ketakutanku, apa lagi jika bukan kembalinya calon suami Cheryl yang telah meninggalkan Cheryl di hari pernikahannya sendiri, Ady.

Fated to Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang