#3: Bertemu

252K 10.9K 210
                                    

Diam-diam Adrian memperhatikan wajah Rea yang terkagum-kagum menatap desain eksterior rumahnya. Syukurlah jika Rea menyukainya. Setidaknya Adrian sudah memilih arsitek yang tepat saat mulai membangun rumah ini dulu.

Waktu sudah lewat pukul delapan. Semua persiapan yang akan dibawa Adrian ke kantor sudah ia masukkan ke dalam mobil. Hanya rasanya berat sekali melepaskan kesempatan emas ini, kesempatan ia bisa melihat senyuman Rea.

Jika dipikir-pikir lagi, wanita pilihan orang tuanya sangat tepat, Adrian sampai dibuatnya terpesona.

Wajah itu...wajah yang Rea miliki ternyata sangat cantik. Dia memiliki dahi yang sedikit lebar dengan tulang pipi sempit dan garis rahang meruncing. Matanya menyerupai bentuk kacang almond dengan bola mata berwarna coklat terang, hidungnya mancung seperti milik Kate Middleton. Sementara bibirnya begitu seimbang antara bibir atas dan bawah. Sehingga siapa pun yang melihat Rea pasti akan setuju dengan kecantikan alami yang dimiliki wanita itu.

"Aku pasti laki-laki paling beruntung di dunia ini jika sampai bisa mendapatkan Rea," tanpa sadar Adrian menggumam.

Dari balik kaca mobilnya, Adrian terus menatap Rea penuh rasa kagum. Satu menit, dua menit sampai bermenit-menit lamanya Adrian tetap tak membiarkan matanya lepas dari sosok Rea. Pikirannya pasti sudah gila. Jelas-jelas kemarin Adrian sendiri yang menegaskan pada Rea kalau dirinya sama sekali tidak mencintai wanita itu, tapi kenapa sekarang rasanya ia begitu menyesal telah mengatakan itu.

Benar. Pikirannya memang sedang bermasalah. Apa mungkin gara-gara kekhawatiran Adrian kemarin saat dirinya mengebut seperti orang gila hanya untuk mencari Rea, mungkin saja saat itu dia tidak sadar telah menabrak sesuatu dan membuat kepalanya terbentur. Mungkin saja kan? Karena apa yang ada di pikirannya saat ini benar-benar tidak masuk akal.

Tok...tok...tok...

Seseorang menyadarkan lamunan Adrian dengan mengetuk-ngetuk kaca mobil.

Astaga, kenapa Rea sudah ada di sana, padahal sedari tadi ia yakin betul selalu memperhatikan wanita itu. Tapi kenapa sekarang Rea justru berdiri di sisi kiri mobilnya? Itu berarti sedari tadi Rea memang sudah memergokinya?

Ah...sial. Pikirannya memang benar-benar sudah kacau.

Adrian terlihat gugup saat menekan tombol automatic power window, sementara Rea menatapnya penuh heran.

"Kau masih belum berangkat?" tanya Rea setelah kaca jendela mobil telah turun sempurna. Adrian bisa melihat dengan jelas wajah cantik Rea sekarang, menatapnya dengan heran.

"Adrian..." panggil Rea bertambah heran. Lagi-lagi Adrian bertingkah aneh.

"Aku akan berangkat sekarang," buru-buru Adrian bersuara saat menyadari Rea semakin keheranan melihat tingkah anehnya.

Baiklah, ini sudah kelewatan. Ia sudah mempermalukan dirinya sendiri di depan wanita itu. Jika ini dibiarkan berlama-lama bisa jadi seluruh rasa malu Adrian akan rontok tak bersisa.

"Baiklah, hati-hati di jalan," pesan Rea sambil melambaikan tangan. "Dan jangan melamun saat menyetir," teriak Rea penuh semangat.

Apa-apaan itu, Adrian merasa tidak terima dengan ucapan terakhir Rea tadi. Memang siapa yang melamun? Tidak mungkin Rea memergokinya sedang melamun kan? Tapi mungkin saja, apalagi sekarang-sekarang ini sikap Adrian memang terlihat aneh. Dasar bodoh!

Sementara Adrian sibuk membodoh-bodohi tingkah anehnya, Rea sudah masuk ke dalam dan mulai bersiap untuk pergi keluar. Ia akan langsung membeli handphone dan...Rea tersenyum sendiri, tentu saja ia akan segera mendengar dan melihat Vino lagi meskipun hanya lewat video call.

It's Love, Real LoveUnde poveștirile trăiesc. Descoperă acum