#8: Ditengah-tengah

156K 8.6K 653
                                    

"Seharusnya aku menyadari semua ini," Vino berkata lirih, ia sudah bangkit dari duduknya, membuat Rea ikut bangkit. "Menyadari kalau kisah cinta yang kita bangun selama tujuh tahun terakhir sama sekali tidak ada artinya bagimu," lanjutnya dengan nada penuh penekanan. Tatapan matanya menghunjam sampai ke jantung Rea. Membuat wanita itu merasa begitu bersalah.

"Vino...aku benar-benar minta maaf. Tapi tolong dengarkan penjelasanku dulu. Aku menikah bukan untuk mengkhianatimu tapi karena terpaksa. Kau seharusnya tahu kalau aku sangat mencintaimu."

Vino menggeleng-gelengkan kepala. Apa telinganya tidak salah dengar sekarang. Baru beberapa saat lalu ia mengetahui kebenaran bahwa kekasihnya sudah menikah dengan laki-laki lain. Lalu kenapa sekarang Rea bilang kalau dia sangat mencintai dirinya.

"Kau sudah mengkhianatiku, Rea, itulah satu-satunya penjelasan yang aku perlu tahu."

"Tidak, Vino. Jika kau tak percaya padaku, tanyakanlah pada Adrian..." baru kali inilah Rea melihat Adrian lagi, setelah sejak tadi ia abaikan.

Vino tertawa sinis. "Kenapa aku harus percaya padanya? Pada orang yang jelas-jelas sudah membuat hubungan kita hancur."

Rea hampir putus asa, ia tak tahu lagi cara membuat Vino percaya padanya. Ia akhirnya berbalik, berjalan tiga langkah menghampiri Adrian. Dipegangnya lengan Adrian, ditatapnya penuh harap.

"Adrian...tolong katakan padanya, katakan kebenarannya. Bahwa pernikahan ini hanya main-main."

"Kenapa aku harus melakukan itu?" tanya Adrian setelah sadar dari kebekuannya. Ia menatap wanita di depannya dengan pandangan terluka.

Ya Tuhan, Rea sampai lupa bahwa Adrian juga tidak tahu apa-apa soal ini. Adrian sama terlukanya seperti Vino, meski dengan jenis perasaan yang berbeda.

Dalam pikiran Rea, pastilah Adrian terluka karena ia tak jujur padanya. Menyembunyikan rahasia besar, bahwa alasan lain yang membuat Rea menangis di hari pernikahan adalah karena ia mencintai lelaki lain. Bahwa pernikahan main-main yang mereka jalankan, selalu dipenuhi rahasia. Meski Adrian sudah teramat baik padanya, ia selalu membalasnya dengan kejadian buruk. Membuat laki-laki itu berhadapan dengan amukan Vino. Membuat Adrian ikut dipersalahkan.

"Adrian...aku...aku juga minta maaf padamu," akhirnya Rea sadar bahwa dirinya juga telah melukai Adrian.

"Berapa kali lagi aku harus memaafkanmu? Apa ada lagi rahasia yang kau sembunyikan dariku? Apa tidak cukup kau memanfaatkanku? Membutuhkan diriku untuk kepentinganmu."

Kepala Rea benar-benar ingin meledak sekarang. Belum tuntas ia menjelaskan semuanya pada Vino, kini Adrian juga menyudutkannya.

Baiklah, Rea tak bisa memungkiri kenyataan bahwa Adrian dan Vino memang terluka karena dirinya, tapi di atas itu semua justru dirinyalah yang paling terluka. Berada dalam posisi sulit ini. Dianggap berkhianat oleh orang yang paling Rea cintai. Di pandang tak tahu malu oleh laki-laki yang sekarang menjadi suaminya. Lalu siapa yang membuat posisinya menjadi sesulit ini?

"Apa sekarang kau puas?" Rea putus asa, satu-satunya yang tersisa di pikirannya adalah menyalahkan wanita itu. Mamanya sendiri. Ia kembali mendaratkan tatapan benci pada Seli.

Sebelum Seli sempat membuka mulut, meski hanya untuk mengatakan maaf, suara Adrian sudah lebih dulu terdengar.

"Kenapa kau menyalahkannya lagi, tidak cukupkah kalimat menyakitkan yang kau ucapkan kemarin padanya. Kenapa sekarang kau melakukan ini, menyalahkan ibumu atas semua yang terjadi."

"Karena memang begitulah kenyataannya. Kau menyalahkanku atas apa yang terjadi sekarang, Adrian. Vino juga menganggapku telah berkhianat padanya. Kalian berdua tidak tahu kebenarannya, bahwa orang yang sangat pantas dipersalahkan memang dia dan suaminya." Tangan Rea bahkan dengan jelas menunjuk-nunjuk Seli.

It's Love, Real LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora