#19 Mind

6.3K 383 13
                                    

Author

"Apa...." Suara parau Skye memecah keheningan. Lelaki itu melangkahkan kaki dengan berat ke
arah potongan-potongan tubuh yang membeku. Matanya menatap lurus kearah daging dan darah beku di depannya, ekspresi wajah Skye pun datar.

"Glaire... apa yang...?" Ia jatuh berlutut di hadapan tubuh wanita yang sudah tidak jelas lagi bentuknya. Sementara David hanya menunduk, isak tangis masih terdengar samar darinya. Air mata membanjiri wajah mereka, sepi tidak ada suara.

"Ah gadisku yang manis, maafkan aku harus membuatmu pergi secepat ini," ujar Frost santai seraya berkacak pinggang.

"Nah, yang mulia Ratu kemarilah." Sang Ratu, Ibu David berjalan dengan anggun kearah Frost. Kemudian wanita itu menggandeng tangan Frost sambil tersenyum sinis.

"Ibu?" Pria blonde itu mengangkat wajahnya. Menghela napasnya sambil mengulas senyum tipis yang memiliki arti lain.

"Ibu? Siapa ibumu?" tanya sang wanita bangsawan seraya mengulas senyum miring.

Sekarang, David sudah berada tepat di depan Frost dengan tangan yang terkepal kuat. Napasnya beradu dengan angin sepoi-sepoi yang membuat rambutnya sedikit acak-acakan. Sedangkan Frost mendengus tanpa mengalihkan perhatiannya dari rambut sang Ratu yang sedang ia mainkan.

"Hei bodoh." Akhirnya David bersuara.

"Hm?" Masih dengan cuek Frost menanggapi. Seakan ada maksud 'menantang' di nada bicaranya.

"Kau tahu apa yang kau lakukan?"

"Tentu saja aku tahu, kenapa? Kau keberatan?"

"Bagaimana kalau aku memang sangat keberatan?" Kesabaran David dalam melayani sikap Frost sangat hebat. Bayangkan saja, seseorang yang kau sayang mati di depanmu dalam keadaan beku dan terpecah belah. Bahkan kau sendiri dapat mencium bau amis dari darahnya.

"Ya ... apa?"

Ekspresi David sudah berubah, terdengar suara napas Frost yang sesekali terhenti karena cengkraman yang sangat erat di lehernya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Frost mencekik dirinya sendiri.

Terdengar suara-suara yang meminta David menghentikkan kegiatannya. Melarangnya membunuh Frost, mengatakan kalau Frost termasuk elemen penting di Fantasy World, kalau perlakuannya itu akan mengakibatkan bersatunya dua dimensi. Tapi masa bodoh, yang ada di pikiran David sekarang hanyalah dia harus membalaskan kematian Glaire.

"David!" pekik seorang wanita.

"D-Dave...."

David seperti ditampar, kembali ke kenyataan. Yang tadinya ia tersenyum puas karena melihat Frost yang sekarat ditangannya sendiri. Sekarang malah terdiam karena di depannya bukanlah Frost, namun Glaire dengan wajah yang membiru.

Glaire ambruk.

"David! Kau sudah kuperingatkan sekarang apa ... lihat apa yang kau lakukan!" Ayahnya meneriakinya, Raja Vanessa dengan cepat menghampiri gadis malang itu. Napasnya sudah terengah, bibirnya membiru, tangannya dingin.

"Glaire lihat aku," perintah Raja itu, membaringkan Glaire dengan lembut di pangkuannya.

"Yang mulia, biarkan aku yang bertanggung jawab," ujar David dengan pelan. Ia berjalan mendekati Glaire, duduk di samping gadis itu kemudian mengusap rambutnya lembut.

"Glaire, aku ... menyukaimu," bisiknya pelan, ia memperpendek jarak antara bibirnya dengan bibir Glaire. Bibir mereka bersentuhan. Lembut. David merasakan napas pelan Glaire di wajahnya.

'Syukurlah Glaire...'

"Dave...," panggil gadis itu pelan.

"M-maaf."

"Apa kau sangat membenciku? Sampai ingin membunuhku."

"Tidak ... jangan berpikir seperti itu, maafkan aku."

Glaire

Mataku memanas, apa yang barusan dilakukannya? David mencoba untuk membunuhku! Aku tidak peduli apa yang barusan ia katakan kalau ia menyukaiku atau sebagainya. Tapi dia juga sudah memiliki tunangan. Ah, aku ingat, namanya Lily.

"Aku mohon." David membuatku berada di dekapannya yang hangat. Aku memberontak dan mendorongnya paksa.

"Sudahlah, untuk apa kau mempedulikan 'alat' untuk menyelamatkan duniamu ini kan? Tenang saja Pangeran David, aku akan melakukan yang terbaik yang ku bisa untuk melawan Frost nanti." Aku merapikan bajuku dan bangkit sambil tersenyum. Apa aku merasa baikkan? Oh tidak, hatiku sangat tertusuk sekarang.

Aku berjalan meninggalkan kerumunan orang. Pergi ke tempat pertama yang aku datangi di dunia ini. Merasakan embun dingin yang menempel pada helaian rumput yang aku duduki. Aku menghela napas. Mungkin salahku jika aku menganggap mereka sebagai orang spesial yang datang tiba-tiba dan tidak terduga ke dalam hidupku. Mungkin salahku juga memiliki perasaan kepada seseorang yang tidak mungkin memandangku sebagai seorang wanita, seseorang yang hanya memandangku sebagai sebuah alat penyelamat.

"Butuh pelukan, nona?"

"Eh?" Aku menoleh, dan dengan cepat menghapus air mata yang tidak aku sadari sudah membanjiri pipiku. Seorang wanita berambut blonde yang tidak pernah kulihat sebelumnya duduk di sampingku, ia tampak tersenyum simpul ketika aku membulatkan mataku, terkejut.

"S-siapa?" tanyaku pelan. Wanita itu tidak menjawab dan semakin memperpendek jarak antara tubuh kami.

"Tidak penting aku siapa," ujarnya sambil mengusap kepalaku dengan lembut, "aku bisa menjelaskan kenapa David berlaku seperti itu. Dan itu tidak seperti yang kau pikirkan nona." lanjutnya mencoba menyandarkan tubuhku di pelukannya. Air mataku jatuh lagi, aku teringat ibu.

"Aku rasa ... aku tidak ingin membahas masalah itu. Um, aku harus memanggilmu apa?"

Ia menengadahkan kepalanya, matanya menerawang jauh seperti sedang mengenang sesuatu yang sukses membuat senyumannya lebih lebar.
"Kau tahu, aku adalah orang yang sangat mengerti David. Aku tahu segalanya tentang dia," ia mendekatkan mulutnya ke telingaku, "aku adalah wanita yang dicintainya." Wanita itu berbicara tanpa menghiraukan pertanyaanku sebelumnya. Aku tertawa kecil, ternyata selera David adalah ibu-ibu. Eh.

"Kau ini...." Aku mengamatinya lebih dalam, sekilas wajahnya mirip dengan seseorang yang ku kenal. Apalagi rambutnya dan senyum yang sangat khas itu. Ada satu orang yang juga memilikinya.

"David...?" Mendengar nama itu wanita yang sedang memelukku ini malah tertawa.

"Secepat itu ya, aku ketahuan?"



Waaaaaaaaa Panggil saja saya X masih orang yang sama kok ^^ Ada perubahan judul, Uname, dan sampul cerita ya? Jadi X kemaren habis belajar tentang, EYD/ EBI dsb biarpun gak terlalu ngerti tapi kan setidaknya bisa memperbaiki tulisan X T-T. Dan budayakan Vote dan komen yak~ Karena yang baca 120k an vote nya 8k an doang lol

Jadi tolong vote nya kawan kawan~ Dan karena X baru tahu kalau ada situs web yang bisa men Copy Paste Wattpad dan takutnya kalau cerita ini juga kena nanti. Biarpun kyknya cerita ini gak semenarik itu buat di tiru :v

Beberapa Chapter akan Di Private ^^

Jadi harus follow dulu baru bisa baca Chapter Selanjutnya Ya~ Tinggal Follow, terus lanjut baca deh~

Tolong Hargai Keputusan X terima kasih~

Chapter selanjutnya : Perlahan lahan Rahasia mulai terungkap satu persatu, tetapi waktu untuk Glaire tidak lama lagi. Dan 'Seseorang' itu akan muncul.

Lost Secret of Magical Land  [END]Where stories live. Discover now