enam

12.4K 1.2K 119
                                    

kadang aku takut pada Jimin.

bocah pendek itu terlalu mengerti diriku,

sampai rasanya ia bisa membaca pikiranku hanya dengan menatap mataku.

----

Jimin merebahkan diri di ranjangnya. Setelah membasuh tubuhnya yang super lengket karena keringat. Otaknya memutar seluruh kejadian hari ini. Meskipun sering dikatai tidak peka, Jimin sangat peka pada keadaan orang terdekatnya.

Ada sesuatu yang aneh terjadi disini, Taehyung bersikap sangat aneh, begitu pula Jungsoo. Kakaknya itu terlihat super kecewa saat tahu ia tidak menghabiskan waktu dengan Taehyung hari ini. Jimin memutar otaknya. Dan ia bisa memastikan, Taehyung dan Jungsoo menyembunyikan sesuatu darinya.

"Jimin-ah! Turunlah makan dulu!" seru ibunya dari lantai bawah.

"Ne!" jawabnya.

Jimin kini telah duduk di kursi meja makan, dengan satu kursi kosong di depannya—kursi yang biasa diduduki Jungsoo. Mungkin ia bisa mengorek informasi tentang Jungsoo sekarang.

"eomma, mana Jungsoo Hyung?" Jimin membuka pembicaraan sembari menyuapkan nasi dengan sumpit dan mencomot beberapa lauk.

"dia pergi ke rumah sakit," jawab Ny. Park.

"hm? Tumben, biasanya kalau sudah sampai rumah mana mau pergi lagi," komentar Jimin.

"besok ada operasi penting katanya," Sora, kakak ipar Jimin—istri Jungsoo—menjawab.

"tumben, biasanya pasien sekarat pun dia malah menyerahkan pasien itu ke dokter lain," Jimin menimpali dengan pedas. Coba ada Jungsoo disini, Jimin mungkin sudah mengalami patah leher karena Jungsoo memitingnya.

"Jim," Tuan Park memperingatkan.

Jimin mengangkat bahunya acuh, toh yang dikatakannya memang benar. Kakaknya memang seperti itu. Setiap pulang ke rumah, ia akan sulit sekali disuruh kembali ke rumah sakit. Ada pasiennya yang dalam keadaan gawat pun ia masih bisa mengeluh malas. Apalagi kalau sudah menjelang malam. Dasar dokter gadungan, batin Jimin.

"ah, sepertinya aku salah bilang," Sora meralat kata-katanya, "Pasiennya lah yang penting," Sora menjawab santai.

Jimin menoleh cepat. Bingo, usahanya berhasil ternyata.

"memangnya siapa lagi orang yang penting untuk Jungsoo Hyung? Kita semua kan ada disini," Jimin berusaha mengorek lebih dalam.

Bukannya Jimin kege-eran, tapi memang begitulah adanya. Kakaknya tidak punya banyak teman dekat, dan Jimin mengenal semuanya. Tidak satu pun yang dikabarkan sakit parah sampai harus dioperasi.

Menyadari ia keceplosan, Sora mengatupkan mulutnya. Wanita berusia dua puluh sembilan itu memilih melanjutkan makan dalam diam dan mengabaikan pertanyaan menjurus adik iparnya. Sementara Jimin ikut terdiam, ada satu hipotesa yang muncul di otaknya, namun ia tolak habis-habisan.

Semoga apa yang ada di otaknya tadi tidak terjadi.

---

Taehyung mengganti baju yang dikenakannya dengan piyama biru langitnya, kemudian melapisinya dengan cardigan hitam. Beruntung ruang rawatnya ini sangat nyaman dan memiliki penghangat. Benar kata Baekhyun, diluar dingin sekali.

Setelah menelusupkan kakinya yang masih terbalut kaus kaki belang warna-warni ke dalam selop singanya, Taehyung menghampiri ranselnya. Ia mengeluarkan ponsel dan beberapa buku komik yang Dipak Baekhyun untuknya. Membacanya sembari bergelung di atas sofa.

Tomorrow [Completed]Where stories live. Discover now