sepuluh

12.1K 1.2K 139
                                    


kadang lebih baik mengetahui kebenaran.

sealipun kebenaran itu menyakitimu,

-Park Jimin


---


"Yura-ya, ayo makan dulu," Taewoo menyentuh pundak istrinya yang tengah duduk di kursi kecil tepat disampin Taehyung.

Sejak memasuki ruang ICU kemarin, Yura tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya di samping ranjang Taehyung. Ia memandang wajah Taehyung yang terlihat pucat namun damai terlelap di atas ranjangnya. Ia tidak makan, tidak tidur, dan wajahnya sudah sepucat Taehyung.

"Yura-ya. Kau ingin jatuh sakit? Kau ingin jatuh sakit saat Taehyung sadar?" bujuk Taewoo. Nampaknya menyebutkan nama Taehyung cukup berdampak. Buktinya Yura terlihat menoleh padanya dan menggeleng pelan.

"Taehyung akan sedih kalau kau sakit saat ia bangun. Jadi, ayo, kita harus makan dan membersihkan diri dulu," ucap Taewoo.

Yura mengangguk, kemudian beralih pada Taehyung, "Eomma pergi sebentar Sayang," bisiknya sebelum mengecup dahi Taehyung. Namun kemudian mereka dikejutkan oleh ketukan seseorang dari luar.

Park Jungsoo masuk dengan senyum ramah terkembang di wajahnya, "selamat pagi."

Taewoo membalas dengan lirih sementara Yura tidak menjawab. Ia mengenali pra di depannya sebagai kakak dari Jimin dan melemparkan pandangan tak percaya padanya.

"Bibi, Paman, masih mengingatku?" Jungsoo bertanya ramah. Sepuluh tahun tidak bertemu, mungkin saja mereka melupakannya kan?

"Jadi, yang menangani Taehyung selama ini kau Jungsoo-ya?" tanya Yura tak percaya.

Jungsoo mengangguk pelan, "ya, Bibi. Dan akulah yang pertama mendiagnosanya."

"Jimin?"

Jungsoo menyunggingkan senyum miris, "Jimin tidak tahu sama sekali. Yang mengetahui hal ini hanya aku, Dae, dan Baekhyun."

"Kalian berempat sudah membodohi kami habis-habisan," Taewoo membuka suara setelah memperhatikan sejak tadi.

"Aku anggap itu pujian, Paman," jawab Jungsoo sebelum kemudian mengalihkan pandangannya pada Taehyung yang masih betah menutup matanya, mulai melakukan cek pada kondisi Taehyung.

"Jimin tahu sesuatu, Jungsoo-ya," ucap Yura saat Jungsoo memperhatikan beberapa layar yang menampilkan status kerja seluruh alat vital Taehyung; mulai dari pernafasan hingga detak jantung.

"Bocah itu bahkan sempat meneleponku dan memintaku melakukan semua yang kubisa tanpa tahu bahwa yang akan kuoperasi adalah sahabatnya sendiri. Sepertinya ia sangat peka pada kondisi Taehyung," Jungsoo terkekeh, "Aku yakin bocah itu akan datang sebentar lagi dan menerorku."

Yura dan Taewoo terhenyak. Mereka merasakan sindiran halus Jungsoo pada mereka. Jimin yang notabenenya hanya sahabat Taehyung bisa menyadari semua ini tanpa Taehyung mengatakan padanya, sementara mereka yang orang tua Taehyung tidak mengetahui apapun.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Yura.

"Semuanya stabil, napasnya pun bagus. Aku akan melepas selang intubasinya siang ini," ucap Jungsoo, "kenapa kau belum bangun, Tae?" tambahnya lirih.

"Apa?" tanya Yura saat telinganya menangkap suara lirih Jungsoo.

"Tidak, Bibi. Taehyung akan bangun sebentar lagi, pasti," ucap Jungsoo, ia berusaha meyakinkan kedua orang tua Taehyung, juga dirinya sendiri.

Tomorrow [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang