<Kim Namjoon> IM SORRY

3.1K 206 4
                                    

Cast : Kim Namin (you)

Malam semakin dingin, mengingat sekarang sedang memasuki musim dingin. Akhirnya banyak orang yang menghabiskan malam mereka untuk dirumah.

Bergelung dengan selimut yang menambah kehangatan walau penghangat ruangan telah dinyalakan.

Namun itu belum dilakukan seorang rapper terkenal di korea tersebut.

Ia berdiri disamping pintu mobilnya, dengan sesekali menggosok- gosokkan kedua telapak tangannya untuk menciptakan suatu kehangatan sementara.

Apa yang ia lakukan malam - malam yang dingin ini adalah hanya menjemput adiknya. Entah apa yang dirinya lakukan ini ide gila.

Seharusnya ia menunggu didalam mobil, tapi karena ingin segera menemui adiknya ia rela melakukan itu.

Dan ini sudah menit ke-15, Na min belum juga keluar dari tempat lesnya. Kecemasan mulai menyelimutinya. Namun ia positive thinking dulu. Siapa tahu dia belum keluar.

Namjoon POV

"Apa yang dilakukan Na min didalam, kenapa ia lama sekali!" aku menggumam.

Teman- temannya sudah keluar semua sepuluh menit yang lalu. Ku ambil ponselku. Dan akhirnya hanya aku lihat saja.

Tidak. Aku tidak akan menghubunginya. Jika ku hubungi dia tak akan ada surprise. Aku membuang nafasku. Dan kumasukkan ponselku kesaku lagi.

Dan arah pandang ku ke arah gerbang. Tubuhku menghangat, dia melihatku dan ia masih tak bergerak di tempatnya. Masih di depan gerbang.

Seharusnya dia langsung berlari kesini, kenapa malah diam saja disana?

Mungkin aku harus menghampirinya. Kaki ku sudah melangkah, dan dilangkah yang kedua, ia berlari dan secepatnya segera memeluk erat tubuhku. Dengan senyum ku balas memeluknya.

Dia menangis, apa enam bulan waktu yang lama? Bagiku itu seperti kemarin.

Ia melonggarkan pelukannya.

"Kenapa lama sekali?" rengeknya, dengan mata berair.dan ia tadi sudah menangis.

Kuusap air mata yang mengalir dipipinya dengan ibu jari ku. Aku kembali tersenyum,

"Disini mulai dingin, ayo pulang. " kurangkul dia dan menuntunnya untuk masuk kemobil.

Dan selama diperjalanan dia hanya diam memandangiku yang sedang konsentrasi menyetir. Aku hanya mengabaikannya.

Dan lima belas menit setelahnya kami sampai di apartemen ku. Lebih tepatnya apartement keluargaku.

Mungkin sekarang eomma sedang menginap di restorannya, mengingat cuacanya yang dingin. Dan ia tak tahan dengan udara dingin. Sama seperti anaknya yang saat ini bersamaku. Alasan lain dia menginap dengan tenang adalah aku pulang dan dia sudah tahu aku akan menjaga adikku seperti tuan putri.

Dan ayahku masih saja sibuk dengan bisnis nya, meninggalkan adikku sendirian diapartemen. Dia jarang yang namanya memerhatikan kami.

Aku memasuki apartemen diikuti adikku. Aku langsung masuk kekamar, sengaja meninggalkan nya, mungkin ia juga masuk kekamar.

Author Pov

Namjoon melepas mantelnya, sudah itu ia keluar kamar dan ia lansung menemukan adiknya, masih dengan mantel tebal.

"Hey lepas mantelmu," pinta namjoon. Kemudian Na min melepas mantelnya dan melemparnya ke sofa sampingnya bersama tas.

Namjoon mendekati adiknya, ia melihat mata adiknya berkaca lagi.

Namjoon memeluknya, dan Na min menangis tanpa suara dipelukan namjoon. Namjoon melonggarkan pelukannya. Dan ia melihat airmata membasahi pipi adiknya lagi. Dan ia kembali mengusapnya.

"Kau belum menjawabku." ucap Na min . kening namjoon berkerut. Ia mengingat sekarang.

"Hey, bukanya kau yang lama keluar? Oppa sudah menungguimu selama tiga puluh menit dan hampir pingsan karena kedinginan."

"Kau hanya menungguku selama tiga puluh menit, dan kau membiarkanku menunggu oppa selama enam bulan. Apa itu sebanding? " rengek Na min. Dan itu membuat namjoon terkekeh.

"Jadi karena itu, baiklah oppa minta maaf. "

"Hanya itu?"

"Aku harus bagaimana lagi, kenapa juga kau harus menungguku? "

Na min menatap namjoon tak percaya, cairan bening nya sudah memenuhi pelupuk matanya.

Namjoon menyadari ekspresi adiknya lalu bergerak mendekati adiknya. Namun Na min sudah lebih dulu berlari menuju kamarnya.

"Na min- ahh, mianhae. Oppa tak bermaksud bicara seperti itu. Ada denganmu Na min-ahh. Buka pintunya... Jebal.." namjoon terus mengedor pintu kamar Na min berharap adiknya membuka pintunya.

Namjoon berhenti mengedor pintu setelah ia mendengar suara tangisan adiknya.

"Na min- ahh, oppa mohon. Buka pintunya." pinta namjoon memelas.

"Jangan menangis, bukalah pintunya. Pukul aku jika itu membuatmu tenang. Jangan menangis lagi." mohon namjoon.

Satu menit kemudian Namjoon melihat pintunya terbuka. Dan secepatnya Na min Memeluk namjoon erat. Namjoon membalas pelukan adiknya.

Lalu tangan kanannya mengelus surai hitam adiknya lembut. Sambil membisikkan kata maaf yang tak membuat adiknya menghentikan acara menangisnya.

Hampir setengah jam namjoon memeluk adiknya. Tangisan  Na min tak terdengar lagi sejak lima belas menit yang lalu.

Namun namjoon masih mau menenangkan adiknya dengan memeluknya.

Betapa bodohnya namjoon tadi, jelas- jelas adiknya merindukannya dan menunggu namjoon untuk pulang menemui adiknya. Tapi ia justru berbicara seperti itu. Dasar namjoon bodoh.

'Aku memang bodoh, maafkan aku sayang. ' sesal namjoon dalam hatinya.

****

Namjoon memandangi lekat wajah adiknya yang tertidur damai di tempat tidur.

Wajah yang ia rindukan selama enam bulan. Selama enam bulan ini ia bekerja sebagai artis yang sangat sibuk. Bahkan untuk menghubungi adiknya walau satu menit.

Ia beralih memandang tangannya yang memegang tangan Na min. Ia ingin menjadi oppa yang bisa mengawasi adiknya duapuluh empat jam.

Namjoon tersenyum miris. mana mungkin ia bisa melakukan itu sekarang. Mungkin jika dua hari bisa. Setelahnya ia harus kembali ke dorm, lalu bekerja siang malam bersama rekan artisnya.

Skipp>>>>

Malam sudah bergulir menjadi pagi. Tapi dingin masih menyelimuti kota seoul yang sibuk.

Na min masih bergelung di bawah selimutnya. Ia terlalu malas untuk bangun menurutnya ini masih terlalu pagi.

"Na min, ini sudah pagi. Kau tak bangun. Kau harus sekolah. "

Teriakan namjoon sontak membuat Na min terduduk di kasurnya. Ia sedikit bingung. Tak sengaja ia melihat kalender. Shit.

"OPPA, INI HARI SABTU. BISAKAH KAU TIDAK BERCANDA." teriak Na min.

Ia kembali menutupi tubuhnya dengan selimut dan kembali memejamkan matanya.

Mengabaikan oppanya yang sudah memasuki kamarnya.

"Bangunlah Na min, dan buatkan oppamu sarapan. "

"Kalau tak bisa masak beli saja kan bisa, peegilah ke restorant eomma, dan tinggalkan aku. Jangan ganggu tidurku lagi." jelas Na min lalu melanjutkan acara tidur nya.

Namjoon membuang nafas kasarnya. Hhh adiknya masih seperti dulu. Susah untuk memisahkan Na min dengan kasurnya saat weekend.




End.. Or tbc??

Makasih atas vote nya reader. Thank sudah menyukai cerita ini. Moga tambah suka.

😘😘😘😘 U READERSS

MY BROTHER BTSWhere stories live. Discover now