<Taehyung> Go Live

127 10 3
                                    

Cast : Kim hyun mi


******

Bangunan tinggi yang menerapkan bentuk balok berdiri sangat tenang saat dipandang oleh gadis yang berdiri tak jauh dari pagar yang tingginya 2 kali lipat tinggi rata- rata manusia. Mungkin 3 meteran, hanya itu yang berhasil disimpulkan oleh gadis itu.

Lagi- lagi ia melangkah ke arah jendela didekat gerbang diantara pagar tinggi. Dibalik kaca itu, seorang pria yang berjaga menyambutnya dengan senyuman.

"Kau datang lagi? Dan bunga lagi?" sapanya.

"Lalu aku harus membawa apa lagi? Hanya bunga ini yang bisa kuberikan."

"Kau bisa memberinya boneka." celetuk petugas itu dengan berani.

"Tidak. Dia akan membuangnya, atau lebih parah lagi, dia akan merusaknya."

"Aisshh benar juga."

"Ini.....seperti biasa, jangan beritahu identitas saya." ucap gadis itu sembari memberikan bucket bunganya.

"Baiklah. Cham... Aku tak ingat kapan dia akan keluar."

"287 hari lagi, tidak begitu lama."

"Aissh beruntung sekali dia." pria itu mengungkap keiriannya. Tidak. Mungkin lebih ke kasihan, gadis itu terlihat masih terlalu muda menginjak dewasa dan harus bolak- balik ke tempat ini hanya untuk menitipkan bunga.

"Geureom. Gamsahamnida." gadis itu menundukkan kepalanya singkat dan beranjak menjauh dari tempat yang dingin itu.

Suasana disekelilingnya hanya lahan kosong ditumbuhi ilalang dan rumput liar. Terletak beberapa kilo dari pinggiran kota. Sedikit terisolasi dari aktivitas manusia biasa.
Didalam gedung itu, banyak penghuninya. Mungkin ribuan, ditambah ratusan pengurus gedung dan security.

Papan namapun tak ada yang menegaskan gedung apa itu. Hanya orang tertentu yang tahu kepastiannya. Bahwa gedung itu adalah Lapas. Gadis itu berjalan pelan menuju jalanan yang belum diaspal, mengikuti alurnya sebentar dan naik ke mobil putih yang terparkir di pinggiran jalan.

"Hyun, bagaimana jika saat dia bebas nanti dia tak berubah?" kata seorang pria saat Hyunmi memasang seatbeltnya

"Kalau begitu, aku harus membuatnya menyesali perbuatannya. Tapi sepertinya dia sudah menyesalinya.

"Benarkah?"

***

Namja itu merenung dalam diam. Dipojokan sel yang dingin. Cahaya satu lampu mampu menerangi gelapnya ruangan. Namun tak sampai terang.

Membiarkan tubuhnya diantara tekukan kaki dan dinginnya permukaan dinding. Penebusan dosa. Orang yang satu sel dengannya sudah terkapar lemah di sekitarnya. Kilasan balik muncul kembali di ingatannya. Kedua tangannya kembali ia pandangi, tangan tersebut telah membunuh temannya sendiri.

Piala. Ia menggenggam piala dan memukul kepala temannya, saat itu temannya bertengkar hebat dengan orang asing. Ia tahu, keputusan itu sangat buruk untuknya. Menyesal. Mungkin tidak. Ia hanya tak habis pikir bagaimana ia kehilangan akal untuk menghentikan perkelahian mereka dengan membunuh salah satunya agar tak berkelahi lagi.

Pintu besi di sebelah sana yang diketuk menyita perhatiannya. Seorang penjaga rupanya. Membuatnya berdiri dan mendekati pintunya, melewati teman satu sel nya yang terkapar di kasur lantai.

Penjaga yang biasanya mengantar jatah makanan. Namun yang ia lihat, pria itu menaruh sebucket bunga berwarna kuning dan ungu yang indah. Jenis dan warna yang setiap bulannya ia terima. Ia mengambilnya dari pintu barang di sebelah pintu besi.

MY BROTHER BTSМесто, где живут истории. Откройте их для себя