new problem is waiting

37.1K 2.5K 29
                                    

Sudah hampir seminggu aku berada di Jakarta. Tapi aku jarang sekali bisa ngobrol banyak sama papa. Karna papa sangat sibuk dengan urusan kantor. Ini weekend jadi kami sekeluarga sedang duduk di ruang tamu. Sambil ngeteh-ngeteh manis.

Tidak lama basa-basi disinilah perasaanku tidak enak. Aku merasa ada sesuatu yang disembunyikan papa dan mama. Dan inilah waktu nya untuk aku, Anne, Arsherie mengetahuinya.

“Jadi, papa sedang dalam masalah besar” kata-kata pembuka yang menyeramkan dengan raut serius papa.

“masalah apa pa?” Ucap Anne penasaran.

“Papa kelilit hutang 100 milyar” mataku, Anne dan Arsherie hampir gelinding kelantai saking kagetnya.

“Papa ngapain? Kalah judi? Atau gimana kok bisa berhutang sebanyak itu?” ucap Arsherie. Kalah judi? Dapat pikiran dari mana si Arsherie ini. Jelas papa bukan orang yang suka berjudi.

“Jangan potong ucapan papa dulu de.” Ucap mama. Aku yakin mama tau. Makannya kemarin sejak aku datang mama sangat bahagia. Aku jadi ingat kata-kata mama kalau aku bisa membantu papa. Tapi 100 milyar? Aku tidak punya uang sebanyak itu.

“Sekitar 2 bulan lalu, ada pengusaha besar yang memberikan tender ini sama papa. Perusahaan ini memberikan uang 100 milyar untuk proyeknya, lalu om Danu yang menandatangani cek dan giro proyek itu. Kalian ingat om Danu kan? “ kami mengangguk serempak. Om Danu adalah orang kepercayaan papa. mereka adalah sahabat karib. Seperti spongebob dan patrik.

“Om Danu pergi membawa uang itu” ucap papa pelan, dan kami bertiga serempak berteriak “ APA?!?!?“

“papa becanda kan?” ucap Anne. Aku yakin dia juga shock. Meskipun dia paling dewasa di antara kami, dengan masalah ini pun pasti membuat dia drop juga.

“Meskipun papa menjual perusahaan papa, hutang ini tidak akan terbayar.” Jelas papa. terlihat sekali kesenduan papa. kantong mata papa semakin besar. Pasti selama ini papa jarang tidur. Siapa juga yang bisa tidur kalau punya hutang sebanyak itu!

“tabungan ku tidak banyak pa, tapi bisa nambahin dikit-dikit” ucap Anne

“Aku juga pa, tabunganku ga banyak. Tapi bisa kok buat nambah-nambahin. Kita semua bisa kerja buat bantu papa bayar hutang itu. Aku baru diterima kerja pa di NYC. Kita bisa cicil. Aku dan Anne bakal bantu papa bayar hutang nya pa.” ucapku tulus. Aku tidak tega melihat papa yang jadi kurus itu.

“Perusahaan itu hanya memberikan 3 pilihan pada papa.” ucap papa. “Menikahkan anak papa atau membayar lunas hutang itu atau masuk penjara “ Jedar! Seperti di sambar petir mendapat pilihan itu.

“asset papa Cuma ada 50 milyar, itu juga harus menjual rumah kita ini.”

“Jual mobil aku sama Arsherie pa. dan aku punya tabungan 100 juta kok. Bisa buat nambahin. Aku bakal jual barang-barang mewah aku pa, buat nambahin” ucap Anne.

“Iya pa, arsherie juga bakal jual semua yang aku punya pa.” ucap Arsehrie.

“aku ada 300juta pa, aku ga punya asset pa. itu tabungan aku” ucapku. Aku memang tidak punya asset apapun. Untuk hidup di NYC saja sudah susah, apa lagi untuk memiliki asset. 300juta di Jakarta mungkin besar, tapi untuk di NYC, sangat kecil.

“semua tidak cukup nak. Mungkin pilihan untuk menikahkan anak papa jalan satu-satunya.” Kata papa

“Aku kan sudah merencanakan pernikahan dengan Roy pa. “ ucap Anne. Anne memang akan menikah tahun depan. Dengan pacarnya Roy. Mereka sudah menjalin hubungan selama 8 tahun.

“Aku juga udah punya pacar pa, Prima mau di kemanain kalau aku menikah” Ucap Arsherie. Arsherie memang sudah memiliki pacar. Sudah 3 tahun dia menjalin hubungan dengan Prima. Dan aku rasa Prima anak yang baik.

“Anasz?” kata papa sambil menatapku.

“Oh tidak! Kenapa aku yang jadi tumbal pa? kita bisa bekerja keras untuk itu. Aku akan kembali ke NYC dan bekerja keras pa. untuk melunasi hutang papa. tapi menikah dengan orang yang aku tidak kenal bukan cita-citaku pa.” ucapku

“Anasz..” Ucap mama lemah. Ah suara itu, suara getaran itu. Sama seperti 2 tahun lalu, saat mama di hina oleh mama Vincent.

“Kalau kamu tidak mau dijodohkan dengan anaknya, dan kita tidak bisa melunasi. Papa akan masuk penjara nak.” Suara lemah papa. dan di dalam ruangan itu hening. Aku yakin, Anne dan Arsherie pun tidak tau untuk berbicara apa.

“Mama minta tolong nak.” Ucap mama sambil mengusap air matanya.

Aku terjebak! Aku tidak mau menikah seperti ini, tapi aku juga tidak tega untuk melihat air mata jatuh di keluarga ini. Apa yang harus aku lakukan?

“Papa minta kamu pikirin lagi, papa tidak pernah meminta apapun padamu. Tidak pernah memaksa kehendak papa padamu. Sekarang juga seperti itu. Dari dulu sampai sekarang, papa dan mama tidak pernah memaksa kehendak kami untukmu. Kamu pergi ke NYC juga, kami tidak bisa melarang, kamu masih menjalin hubungan dengan Vincent meskipun kami tau kalian tidak direstui oleh keluarga Vincentpun papa dan mama tidak melarang. Kamu masuk perguruan tinggi yang papa dan mama tidak suka pun kami tidak melarang. Tapi cobalah pikirkan sekali lagi tentang ini nak.” Ucap papa bangkit berdiri menuju kamar.

“Nasz?” ucap Anne padaku.

Mama sudah memelukku dengan erat. Dan aku? Hah, apa lagi yang bisa aku lakukan selain memikirkan itu semua. Aku tidak menangis. Aku tidak sama dengan Anne atau Arsherie yang gampang menangis. Aku justru lebih tangguh.

“Mama bukannya mau menjadikan kamu tumbal nak, jangan berpikir seperti itu. Anak mama Cuma 3. Anne dan Arsherie sudah memiliki pasangan. Sedangkan kamu belum, apa salahnya menerima ini. Itulah pemikiran kami. Tapi jika kamu menolak. Ya papa akan bertanggung jawab. Papa sudah menerima bahwa papa akan berakhir di penjara. Papa sadar sekali dengan sifat kamu, apa lagi papa dan kamu tidak akur. Papa tidak mau memaksakan kehendaknya. Ini juga usulan mama pada papa. kalau tidak, papa tidak akan pernah meminta ini terhadapmu. Maafin mama ya nak” ucap mama sambil memelukku.

Aku memang sempat memikirkan dijadikan tumbal, tapi kata-kata mama membuatku sadar. Aku juga tidak bisa memaksa adik dan kakak ku menerima perjodohan ini. Aku pernah merasakan rasanya di pisahkan oleh pasanganku secara paksa.

“Batas waktunya kapan ma? untuk memberikan jawaban?” ucapku lirih.

“3 hari lagi nak.” Ucap mama.

Aku melepaskan pelukan mama dan berjalan seperti robot kearah kamarku.  Apa yang harus aku pilih?

Every New Step to Make a New JourneyWhere stories live. Discover now