being a bride

40.3K 2.6K 24
                                    


Anasz POV:

Aku menggenggam tangan papa dengan erat saat pintu gereja terbuka dan aku melangkah masuk. Aku focus memberikan senyuman pada tamu-tamu yang hadir. Tamu-tamu yang datang mengambil gambarku, member selamat dengan gerakan bibir, melambai tangan dan tersenyum antusias. Sedikit gugup aku melihat ke bawah dan berjalan menyusuri karpet merah untuk ke altar.

Papa membisikan kata yang membuatku menghilangkan rasa gugup “Kamu cantik dan berbahagialah setelah ini. Maafkan papa nak”. Meskipun aku tidak mencintai priaku ini, hatiku terus merasa gugup. Mungkin karna aku menjadi pusat perhatian orang.

Tidak lama aku melihat tangan mengarah padaku, aku memindahkan tangan ku dari lengan papa mengambil tangan yang terulur itu. Hangat.

Pastor di depan kami sedang berbicara menuturkan tentang pernikahan dan “ Bima Wielo Wihaja bersediakah kamu menerima Anasztasia Sherisly Tumiwo dalam keadaan sedih ataupun senang, sehat ataupun sakit, ….”

Seketika aku mendengar nama Bima? Bima? Kok Bima? Bukannya Hengky? Dan aku melihat laki-laki disampingku ini. Dia bukan Hengky laki-laki gendut yang menjemputku, justru laki-laki tampan, cool dan sexy di sebelahku. Dan “Aku bersedia” suaranya sedikit merdu. Oh my pig! Ternyata aku salah presepsi. Yang akan menikah dengan ku ini laki-laki tampan bukan laki-laki yang beberapa hari ini mengangguku dan menghantuiku. Ya menghantuiku, siapa juga yang mau dijodohkan dengannya. Bukan aku orang yang melihat fisik saat menilai orang, tapi menurutku saat kamu mau di pandang atau dinilai oleh seseorang kamu harus memperlihatkan penampilanmu.

“Anasztasia?” suara pastor di depanku menyadarkanku, dan dengan tampang bodohku aku berkata “Ha?”

“Anasztasia apakah kau bersedia?” ah ternyata dia bertanya itu. “Hmm, ya, ya aku bersedia.”

Tepukan tangan memenuhi ruangan ini. dan ketika aku melihat ke arah laki-laki ini dia sedang menatapku dingin. Huh! Ganteng-ganteng kok jutek!

Setelah pemberkatan di gereja, aku memiliki waktu 1 jam untuk pindah ke ballroom hotel dekat dengan gereja ini. Ya acara pernikahanku berlangsung siang hari, karna malam harinya aku dan suamiku ini akan segera pulang karna suamiku yang terlalu sibuk.

**

Aku sudah di depan pintu ballroom hotel. Saat ini kami akan masuk ke dalam ruangan itu tetapi tetap saja aku masih gugup! Salah satu staff WO-ku memberikan aba-aba jika sebentar lagi aku akan memasuki ruangan.

“di gandeng dong kak suaminya, jangan lupa senyum ya. Trus gaunnya di angkat sedikit. Mas nya bantuin ya biar ga kesandung” jelas staff itu.

Aku sedikit ragu untuk menggandeng Lai-laki ini. Tapi seketika tangan laki-laki ini member ruas untukku gandeng.

Dan kamipun masuk ke ballroom hotel tidak lupa senyum merekah di wajah kami. Mungkin jika ada produser butuh pemain sinetron adegan seperti ini kami sangat cocok. Acting kami luar biasa natural seperti sepasang kekasih yang saling mencintai!

Alunan lagu westlife – beautiful in white mengiringi kami sampai duduk di kursi kami. Tidak terasa semua ritual-ritual pernikahan yang biasa aku hanya sebagai penonton, sekarang sudah aku lalui semua.

Dan saat ini saatnya wedding kiss. What?? Untuk mengandengnya saja sudah gugup apa lagi wedding kiss.

“Ya ini dia saat yang kita tunggu weddingkiss kedua mempelai, duh yang satu cantik yang satu ganteng. Pas banget kan ya. Gimana ya wedding kiss mereka? Gimana kalau beri tepuk tangan dan tidak boleh lepas sampai tepuk tangan usai?” usul MC kupret itu! Jika kami pasangan saling mencintai sih asik-asik aja. Lah aku saja baru tau namanya 4 jam sebelumnya.

Every New Step to Make a New JourneyOnde histórias criam vida. Descubra agora