membuka hati

38.6K 2.5K 20
                                    

Aku sudah bekerja di perusahaan ini kurang lebih 1 bulan. Berita miring semenjak kejadian acara itu masih saja terdengar. Tidak sedikit yang membicarakanku di belakang bahkan di depan mataku. Aku sendiri tidak akan memperdulikan mereka. Karna aku disini hanya bekerja. Sama seperti sebulan lalu aku hanya memiliki Riani sebagai temanku dan itu tidak masalah bagiku. Aku juga belum menceritakan apapun ke Riani tentang diriku. Yang dia tau aku bekerja untuk hidup.

Aku juga meminta pada Bima untuk tidak memberitahukan siapa aku di kantor ini. Jika di kantor, aku meminta dia tidak mengenalku.

Aku tidak suka jika orang akan menjilatku jika tau aku ini istri dari boss besar mereka. Dengan begini mereka berani mencaciku di depan mukaku, tapi aku yakin mereka tidak akan berani jika tau aku istri boss mereka.

Aku juga belum memberitahukan Riani, jika aku istri dari Bima. Karna aku takut ia akan berubah menjadi canggung setelah tau kalau aku istri Bima. Lebih baik seperti ini. Aku dengan dunia ku dan tidak ada campur tangan Bima.

Selama sebulan aku bekerja, hampir setiap malam aku lembur. Aku yakin Viko memberikan semua pekerjaan yang sebenar nya bukan tugasku, sampai aku harus lembur. Kenapa aku tau itu, karna hanya aku lah yang lembur sampai malam. Seandainya dia bukan boss ku, sudah ku pastikan aku mencabik mukanya. Sampai tidak ada 1 wanita pun akan mendekat padanya.

ddrrrtt .... drrrttt... Ponsel ku berbunyi. Anne? Tumben sekali kakak ku ini menelponku.

"hallo Anne?"

"Kamu dimana?" tanya nya tegang dan terisak.

"Di kantor. Ada apa? Kenapa menangis?" tanya ku khawatir.

"Mama pingsan. Kita lagi dirumah sakit. Kamu kesini sekarang ya."

Tanpa banyak pikir aku langsung mengambil tas ku dan keluar kantor. Aku tidak sama sekali ijin karna aku sudah panik dengan mama. Tidak biasanya mama pingsan. Aku langsung mengendarai mobilku ke rumah sakit yang di tuju.

Sesampai nya dirumah sakit, aku berlari ke arah UGD. Mencari Anne. Saat aku menemukannya ternyata papa dan Arsherie sudah disana.

"Mama kenapa pa?" tanya ku panik.

"Tadi mama tiba-tiba pingsan. Ternyata tekanan darah nya tinggi sekali. sekarang lagi di cek. Kita tunggu dokter saja ya."

Aku mondar mandir seperti gosokan. Aku sangat panik. Khawatir kalau terjadi apa-apa. Aku sangat dekat dengan mama. Ketika aku di NYC hampir tiap hari kami mengirim chat. Karna sejauh apapun kami, aku tetap anaknya. Seorang ibu tidak akan pernah tenang jika anaknya jauh dari ibunya. Sekuat apapun anak itu, setegar apapun itu, seenak apapun hidup nya di luar sana seorang ibu akan selalu mengawatirkan anaknya. Itu yang mama katakan.

"Kamu sendiri ke sini nasz? Bima?"

Ya ampun aku sampai lupa mengabari Bima. "Aku lupa pa. Sebentar aku telpon dia ya."

Aku langsung mengambil ponsel dan menghubungi nya. "Hallo"

"Kenapa nasz?" Tanya Bima

"saya lagi di rumah sakit mama tiba-tiba pingsan. Mungkin saya bakal stay disini ya malam ini."

"astaga, kenapa kamu baru kabari saya? saya ke sana sekarang ya. Kamu tunggu saya."

Tidak membutuhkan waktu yang lama Bima sudah sampai disini. Ia langsung memelukku. Aku langsung menangis dipelukannya. Aku sangat-sangat takut sesuatu terjadi pada mama.

"Tenang ya. Ga usah panik ada saya disini. Mami pasti baik-baik aja." Sambil mengusap punggungku. Aku tidak tau apa yang aku rasakan saat ini. Aku sangat nyaman berada di pelukan Bima. Setidaknya aku bisa membunuh rasa khawatirku saat di peluk Bima.

Every New Step to Make a New JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang