honeymoon

44.8K 2.4K 22
                                    

Setelah semua kejadian terjadi, disinilah aku sekarang. Cafe yang tidak jauh dari rumahku. Menunggu seseorang yang meminta penjelasan. Sebenarnya aku juga tidak enak menutup-nutupi tapi inilah yang sudah terjadi.

"Sudah lama?" suara itu membuyarkan lamunanku.

"Ga kok, pesen dulu gih. Gue udah pesen" Ucapku.

Akhirnya Riani memesan makanan dan minuman. Tidak lama makanan itu datang. sebenarnya cemilan. Untuk mengisi keheningan nantinya.

"Lu marah ya sama gue?" Tanyaku merasa bersalah.

"Ga lah. Ngapain marah. cuma gue shock aja, lu istrinya big boss." Cengengesnya. Fiuh! baguslah Riani tidak marah, aku tidak ingin dia marah padaku dan menjauhiku. karna aku sudah mulai menyayangi Riani . Mungkin karna aku yang jarang punya teman dekat. "Jadi kenapa lu sembunyiin semua itu? Gara-gara lu sembunyiin kan jadinya pada ngehina lu." lanjutnya sambil menyeruput jus mangganya.

"Gue ga sembunyiin sih, orang ga ada yang tanya ke gue. Lagian ngapain gue cerita-cerita ke orang" Ucapku

"Bener juga sih, eh tapi bagus juga biar tau rasa tuh keluarga si Viko yang suka hina lu. Dia ngina istri boss nya sendiri. Gue mau liat mukanya kalo ketemu lu lagi." Muka sinisnya persis sekali dengan yang sering aku lihat di sinetron.

"Ya ga lah, biarin aja. Bener kan lu ga marah?"

"Iya, gue ga marah. Eh big boss dingin-dingin kek air dong ya. Ugh cool banget tau dia."

"Lu muji suami temen lu sendiri ceritanya?"

Riani hanya tersenyum lebar. Kami berbagi cerita dan tertawa bersama. Mungkin memang terkadang kita harus membagi cerita dengan orang lain agar kita menjadi lebih lega. Karna menyimpan segala sesuatu sendiri itu sulit.

***
Aku sedang di jalan perjalanan pulang setelah haha-hihi dengan Riani. Sekarang saat nya bertemu dengan suamiku. Suamiku? Ya jelas saja dia sudah "resmi" benar-benar menjadi suamiku setelah kejadian malam itu. Memikirkan hal itu membuat pipiku panas. Bisa-bisa nya aku seperti ini.

Ketika aku sedang ingin membelokan mobilku, seorang menggunakan jubah hijau neon menyetopku, menyuruhku ke pinggir.

"Selamat sore ibu. Bisa dilihat surat-suratnya?"

Aku dengan gugup mencari STNK mobil ini dan memberikannya. "Anasztazia ya? boleh lihat SIM nya?"

Tau darimana namaku polisi ini? Lalu aku memberikam SIMku. "Ibu tidak boleh memutar balik karna ada rambu disana ditulis."

"Yah pak saya ga liat pak. Maaf ya pak."

"Ini STNK ibu" Aku melihat nama di STNK itu namaku. Tunggu, kenapa bisa namaku? bukankah aku mendapatkan mobil ini setelah beberapa hari tinggal dirumah Bima dan mami? Setau aku untuk memproses STNK membutuhkan waktu, tapi mobil ini menggunakan namaku.

"buu.. Ibu!" suara polisi itu membuyarkan lamunanku. "Ibu tenang aja, SIM nya cuma saya tilang kok. Nanti ibu bisa ambil di pengadilan. Jangan keliatan depressi gitu bu. Sampai melamun."

"maaf pak." kataku lemah.

"Yaudah ini surat tilangnya. Ibu bisa ambil di pengadilan 2 Minggu lagi ya."

Aku hanya menganggukan kepala dan jalan meninggalkan polisi itu. Aku tidak memikirkan tentang tilang itu, yang aku pikirkan tentang mobil ini.

Awalnya aku pernah menolak kunci mobil ini dari mami sebelum aku menikah, dan Bima memberikannya lagi. Akan aku tanyakan ini ke Bima.

***

Ketika aku sampai apartemen, aku tidak menemukan Bima. Aku langsung masuk ke kamar dan kosong. Aku membersihkan diri dan memasak untuk makan malam. Ketika sedang memasak, tiba-tiba pintu apartemen terbuka dan Bima muncul di balik pintu. Seketika senyumku mengembang tanpa disuruh. Segitu bahagiakah kamu Nasz melihat Bima datang?

Every New Step to Make a New JourneyWhere stories live. Discover now