new members

40K 2.2K 24
                                    


Usia kandunganku sudah memasuki bulan ke tujuh. Seluruh anggota keluarga sudah memperlakukanku seperti tuan putri yang tidak boleh kelelahan. Di mulai dari mama dan papa yang seminggu sekali ke rumahku untuk membantuku, memberiku kursus merawat bayi, mengajakku jalan-jalan agar proses persalinan lancar. Arsherie dan Anne mereka sibuk kerumahku membawa perlengkapan bayi-bayi padahal aku dan Bima sepakat tidak bertanya tentang jenis kelamin bayi kami, bahkan aku dan Bima belum membeli baju, sepatu atau perlengkapan yang lain sedangkan mereka berdua sudah sangat sibuk bolak balik memberikan nya padaku. Lalu mami, mami juga sama saja sudah mengajakku hunting untuk baby box, baju-baju, botol susu, stroller dan sebagainya bahkan mami sampai tinggal dirumah karna takut aku kenapa-kenapa dan tidak ada yang mengetahui karna Bima di kantor.

Sekarang aku sudah tidak tinggal di apartemen semenjak 2 bulan lalu mami memutuskan untuk tinggal bersama. Mami tidak ingin aku kelelahan dan menggunakan lift. Aneh sekali, padahal banyak ibu-ibu hamil yang tinggal di apartemen dan anaknya sehat apa lagi ibunya.

Mereka semua over protective. Katanya menyambut cucu dan ponakan pertama tidak ada salahnya. Lebih baik berlebihan dari pada kekurangan.

Sedangkan Bima, suamiku itu sudah seperti wartawan yang setiap jam nya menelponku. Bertanya sudah makan belum, lagi apa, jangan kelelahan, minum susunya, makan buahnya, jangan olahraga terlalu berat, jangan turun naik tangga. Aku seperti bayi, yang di jaga oleh bodyguard super.

Ketika Bima konsultasi melahirkan ke dokter, ia sampai takut dan tidak tega terhadapku. Aku yang akan melahirkan tapi ia yang sangat cemas, setiap malam memegang tanganku, memijat kaki ku, member support.

Kalian tahu, aku sangat bahagia. Aku sangat senang mereka sangat perhatian terhadap anakku. Aku selalu berdoa dan berterima kasih atas semua yang diberikan padaku. Bahkan ini melebihi apa yang aku inginkan.

Hari ini aku akan cek rutin kandunganku, bahkan mereka berdebat siapa yang akan menemaniku ke dokter. Padahal hanya cek rutin saja. Akhirnya aku, Bima, mama dan papa yang akan pergi. Pergi ke dokter kandungan saja sudah seperti pergi ke kondangan.

“Dok, gimana keadaan cucu saya dok?” ucap papa

“Baik-baik aja pak. Bayi-bayi nya sehat. Oh ya, sudah tau jenis kelaminnya belum ya?”

“Ah, tidak dok. Kita sepakat tidak ingin mengetahui jenisnya.”

“Ah, bayi-bayinya sehat kok di dalam pak. Jangan lupa ingatkan ibu minum vitamin dan susu kehamilannya ya. Oh ya jangan bikin ibu nya stress juga, pengaruh loh.”

“Iya nih dok. Mereka tuh over banget deh, saya tuh stress mereka larang saya ini larang saya itu.”

“Itu kan buat kebaikan kamu nasz” ucap mama

“maklum dok cucu pertama” sahut papa

“iya tidak apa-apa pak. Intinya jangan bikin stress aja. “

Selama hamil aku tidak pernah ngidam. Tapi pernah sekali aku mengerjai Bima. Aku tidak ngidam sebenarnya tapi ingin melihat Bima joget jadi aku bilang saja aku ngidam. Haha. Akhirnya dengan terpaksa pria cool ku joget dangdut sambil ngecrek ngecrekan. Tapi sampai sekarang aku tidak bilang ke Bima tentang itu, nanti ia tidak mau melakukan lagi.

**

Bulan kedelapan. Aku, Bima dan mami sedang hunting box baby, stoller, lemari baju baby dan segala macam kebutuhannya. Aku akan membuat kamar bayi disebelah kamarku menggunakan connecting door.

Aku tidak mengetahui jenis kelamin anakku, jadi aku akan membuat konsep warna putih abu-abu. Abu-abu warna netral dan di padukan dengan putih akan terlihat nyaman.

Every New Step to Make a New JourneyWhere stories live. Discover now