Aku rasa.... Aku

38.6K 2.5K 21
                                    

Malam ini aku dan Bima sepakat untuk menginap di rumah mami yang di Jakarta. Rumah ini yang pertama kali aku tempati, tapi sekarang aku akan tidur di kamar Bima. Bukan kamar tamu yang aku tempati dulu.

Setelah mandi dan siap untuk tidur, aku lalu pergi ke kamar mami. Ada rasa tidak enak menghinggap di dadaku tentang kejadian tadi.

Kuketuk pintu kamar mami dan seseorang berseru untuk membukanya.

Aku membuka pintu itu lalu kumasukan kepalaku "Mami, udah tidur ya?"

"Belum, sini masuk"

kulangkahkan kakiku masuk dan duduk di tepi ranjangnya.

"Mi, aku mau minta maaf soal kejadian tadi." kataku sambil menundukkan kepala. Aku malu sekali terlihat di hina orang di depan mertua ku sendiri.

"Kenapa minta maaf?"

"Mami liat semua kejadian itu, aku jadi malu mi."

"Mami ga suka liat kamu dihina seperti itu, kamu harus nya melawan nasz bukan diam seperti itu. Toh kamu ga minta makan sama dia, ga usah takut. Dia ga ada hak untuk hina kamu kaya gitu. Apa lagi sampai bilang kamu penggoda, ih rasanya mau mami sumpel kaos kaki mulutnya."

Aku melayangkan senyumku tanpa sadar. Aku rasa aku mulai nyaman dengan mami dan Bima. Dua orang ini sangat melindungiku. Lalu aku memeluk mami dengan erat.

"Kembali sana ke Bima. Nanti dia nyariin. Ingat ga usah pikirin orang seperti itu. Mami tidam habis pikir ada ya orang kaya nyonya Tritanu. Mami sayang sama kamu, hati mami sakit kalau lihat kamu dihina seperti itu. Mungkin kali ini mami bisa belain kamu tapi besok-besok jika tidak ada mami kamu harus lawan dia sekuat tenaga. Permalukan dia kembali saja."

Ternyata mami orang yang tegas dan pendendam. Aku tidak mengira seorang yang lembut dan anggun bisa seperti itu. Mungkin benar, orang yang sabar akan lebih terlihat berbahaya jika marah.

Aku kembali ke kamar, melihat Bima sedang menggenakan pakaiannya. Astaga tubuh Bima bikin jantung ku cenat cenut.

"Aduh, maaf. saya gatau kamu lagi pakai baju."

"masuk saja. Nanti kamu juga terbiasa."

Apa maksudnya terbiasa. Selama aku menikah kami tidak pernah melakukan hubungan badan. Bima pun selama ini tidak meminta. Aku pun tidak menawarkan, aku masih merasa asing dengannya. Tapi tidak dengan sekarang, aku rasa aku sudah mulai mencintainya. Aku membuka hatiku untuknya. Karna dia, dia yang melindungiku, dan memberikan rasa nyaman. Wanita mana yang tidak cepat jatuh cinta dengan nya.

Aku langsung mengambil tempat di tempat tidur sedikit gugup. Aku memang sering melihat Bima telanjang dada dan sesering itupun aku menjadi gugup. Tidakkah dia tau tubuhnya membuatku ingin menjadi wanita liar?

Bima duduk disampingku dan aku tersadar dari pemikiran senonohku. Aku mulai sadar dan akan mengintrogasi nya.

"Maksud nya kamu mengumumkan itu apa?" Tanyaku penasaran padahal Bima sudah berjanji tidak akan mengumumkan sampai kami benar-benar siap.

"Karna saya ingin" jawabnya singkat daan datar.

"Kamu tau kan dengan begini mereka akan lebih segan sama saya. Mereka bakal sok baik sama saya karna kamu suami saya. Saya gamau mereka mandang saya karna kamu." ucapku jujur.

"Biarin aja mereka seperti itu. lebih baik mereka bersikap seperti itu daripada menjelek-jelekan kamu di belakang, menghina kamu di belakang apa lagi keluarga Tritanu sudah menghina kamu di depan, dan mereka berbuat sesuka hati sama kamu." Ternyata Bima memikirkan aku? bahkan dia tidak ingin aku dihina. Jantungku berdetak seperti arena kuda. Astaga.

Every New Step to Make a New JourneyWhere stories live. Discover now