Secret 16 : Cerita Empat Sahabat (c)

2.1K 150 3
                                    

Teman. Untuk chapter kali ini mungkin lebih menceritakan sebuah pertemanan. Kadang, sebuah hubungan tercipta begitu saja tanpa disadari, mengebelakangkan hubungan lainnya sementara sebelum sadar bahwa ia ada dalam sebuah hubungan baru.

Bahkan orang yang sulit bergaul atau memiliki phobia sosial, membutuhkan seseorang untuk menyembuhkan kebiasaan mereka atau sekedar teman diajak bicara. Karena manusia adalah mahkluk sosial dan sulit lepas dari sebuah hubungan.

Seperti halnya Riska dan Rafael. Mungkin, di sekolah lama mereka, mereka tidak memiliki banyak teman. Tapi setidaknya, ada satu atau dua yang mereka anggap seorang teman.

"Harusnya kita dihukum berempat kan?" Tanya Riska dengan sedikit kesal. Wajahnya terlihat masam dengan kedua tangan terangkat.

"Awas aja tuh anak, sampe rumah gue bejek-bejek. Gue jadiin makanan kucing!" timpal Erga dengan sama kesalnya.

"Coba lo berdua pinter dan rajin kayak Deva, lo berdua gak akan dihukum di tengah lapangan sambil ngangkat tangan kayak gini," cicit Rafael tanpa menoleh.

Erga dan Riska sontak menoleh lalu mengeplak kepala belakang Rafael bersamaan, "lo sendiri gak nyadar!" Sunggut mereka berdua.

Rafael meringis sambil memegangi kepala belakangnya. "Seenggaknya, nilai gue gak pernah dibawah sembilan-puluh! Karna gue anak baru aja makanya pak Husein belum kenal! Beda lagi sama lo berdua. Lo berdua sih emang males, meskipun kapasitas otak Riska lebih memadai dibandingin elo, Ga!"

Erga dan Riska kembali mengeplak kepala Rafael, membuat Rafael menahan emosi untuk tidak berkomentar lagi.

Ini pertama kalinya bagi mereka dihukum berdiri di tengah lapangan sambil mengangkat kedua tangan mereka. Harusnya, Deva juga ikut dihukum, namun pak Husein memberinya kesempatan karna Deva anak rajin dan berprestasi.

"Ini semua gara-gara lo, Raf!" Tuduh Erga, masih dengan emosinya.

"Kok gara-gara gue?!" Rafael sedikit meninggikan suaranya.

"Coba kalo kita gak naik mobil bareng lo, pasti kita gak bakal kena macet dan ribut sama satpam penjaga sekolah!"

"Lah? Yang nyuruh lo naik mobil bareng gue siapa?! Gue cuma ngajak Riska. Lo sendiri yang minta diajak!"

"Kalo lo gak ngajak Riska, gue gak mungkin ikut! Mana mungkin gue ngebiarin cewe sama cowo yang gak ada hubungan darah dalam satu atap yang sama!"

"Gue naik mobil, bukan tidur di kamar yang sama! Lagian, gue ini sodaranya, gak mungkin gue apa-apain Riska!"

Riska yang sejak tadi diam memperhatikan mulai ikut terbawa emosi.

"Kalo cewe sama cowo berduaan, ketiganya itu setan! Kalo tiba-tiba lu pegang-pegang dia terus mulai ngelakuin yang enggak gimana?!"

"Lo pikir gue bakal cium Riska?! Bakal perkosa dia?!"

Plak! Plak!

Akhirnya, tangan Riska lah yang berbicara. Erga dan Rafael mengaduh kesakitan akibat pukulan di kepala belakang mereka. Bisa-bisa Rafael mengidap geger otak ringan akibat pukulan di belakang kepalanya.

"Otak lu berdua isinya apaan sih?! Omongan lu berdua tuh mulai ngawur tau, gak! Apa tadi? Pegang-pegang, cium-cium... perkosa?!" Rafael dan Erga mulai merasa tidak enak. "Mau mati, hah?!" Riska mengepalkan tangannya, membentuk gesture ingin memukul.

Tiba-tiba Deva datang dengan tiga botol air mineral di tangannya. Napasnya terengah, seperti habis berlari. "Buat kalian. Sori, gue gak ikut kena hukuman. Gue balik lagi, ya. Kayaknya, pak Husein ngikutin gue dah." Belum sempat Deva berlari, pak Husein telah datang sambil berlari, menunjuk Deva yang kedapatan menemui ketiga temannya itu.

[1] Past Secret [✔]Where stories live. Discover now