Secret 34 : Akhir Hubungan (b)

2.4K 158 18
                                    

Sakit.

Riska menarik napas dalam setelah menutup pintu. Tadi itu ... pertengkaran pertamanya dengan Erga setelah tinggal bersama. Tidak terlalu hebat, tetapi langsung memutuskan hubungan. Termasuk pertemanan yang telah mereka jalani.

Lega atau berat, rasanya bercampur aduk. Tidak, tidak ingin menangis untuk saat ini. Hanya ... sedikit kecewa setelah kejadian tadi.

Langkahnya berat menuju meja belajar, kemudian meraih ponselnya dan duduk di kursi. Mencari kontak Deva sambil merenungkan keputusannya saat ini.

Bunyi sambungan telepon terdengar dari ujung telepon. Benda persegi panjang itu telah siap menempel pada telinga Riska. Jemari tangan lainnya meremas rambut, berharap pening sedikit mereda.

"Halo?"

"Dev, ini gue."

"Ini nomor baru lo, ya. Kenapa telepon? Erga bikin masalah di rumah lo?"

"Lo masih suka sama Rafael?"

"Kok, mendadak gitu sih? Emangnya kenapa nanyain? Oh ya, minggu depan pengumuman kelulusan, mau masuk universitas mana? Tapi ... Papa lo kan mau nikah dua hari setelah kelulusan, mau gue bantu cariin gak? Bareng gue aja--"

"Dev, jangan terlalu bawel."

Terdengar helaan napas dari ujung telepon. "Kenapa? Ada masalah lagi?"

"Rafael ... bukan saudara jauh gue. Dia bukan siapa-siapa gue. Tapi gue, bakalan tunangan sama dia setelah kelulusan nanti, atau beberapa hari setelah pernikahan Papa. Dev--"

Telepon dimatikan sepihak sebelum Riska menyelesaikan perkataannya. Ia pikir, di sana, di rumahnya, Deva akan bereaksi sama seperti Erga. Kecewa, merasa egois, menganggap bahwa dirinya adalah penjilat ludah sendiri setelah dirinya memarahi Deva agar tidak berbohong.

Kepalanya tertunduk lesu. Ponsel masih menempel di telinga. Remasan pada rambutnya mulai mengendur. Bukan reaksi ini yang Riska harapkan.

Seandainya Deva membalas kebohongannya dengan berteriak dan marah, hatinya tidak akan seberat ini. Setidaknya, dia mengatakan bahwa dia kecewa. Mengatainya pembohong atau egois seperti yang Erga lakukan. Seenggaknya, Riska tahu perasaan mereka yang dibohongi.

Tarikan napas dalam dilakukan sebelum beranjak dan berdiri di depan tempat sampah. Matanya memperhatikan buku catatan cokelat yang terbuang. Terlalu lama jika hanya memperhatikan, hingga akhirnya Riska mengambilnya dan kenbali duduk di depan meja belajar.

Lembaran pertama dibuka, kemudian dirobek. Lembaran kedua dibuka, lalu dirobek. Lembaran ketiga dibuka, lantas dirobek.

Sreek!

Sreek!

Sreek!

Sreek!

Suara sendat mulai terdengar. Isakan kecil ikut menyahut. Air mata tak kuat menahan diri untuk tidak terjatuh, mengiringi setiap sobekan yang Riska lakukan.

Kenapa harus nangis lagi, padahal gak terlalu menyakitkan? Tapi rasanya semakin sesak.

Penting!

Secret 35 - Epilog, bakalan aku private. Karena sebelumnya, aku udah buka-bukain part acak yang diprivate, jadi penggantinya 5 part terakhir.

Jadi yang mau baca sampe akhir, silahkan follow aku segera biar bisa langsung kebuka. Gak ada maksud buat memperbanyak follower, cuma mau karya pertama aku ini gak kena plagiat atau mirror web. Lagian aku ini penulis baru, masih wanti-wanti sama karya pertamanya.

Thx before😊

[1] Past Secret [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang