Secret 21 : Pengakuan Riska (b)

2.1K 141 35
                                    

Hai! Dinah di Sini!
Maaf ya, baru update. Padahl bilangnya minggu lalu bakal update 2 chap, tapi hp aku disita! Jadi gak bisa update.

----

Riska memandangi ponselnya yang sejak tadi tidak berbunyi. Menunggu pemberitahuan pesan masuk yang akan tertara pada layar ponselnya. Tumben Erga gak ngirim pesan? Apa ... mungkin, karena kejadian tadi sore?

Riska menghela napasnya lalu meletakkan ponselnya di samping bantal. Memandangi langit kamarnya yang bernuansa putih susu. Biasanya, Erga selalu mengiriminya pesan setiap malam, sekedar bertanya sedang apa atau sudah tidur atau belum. Dan malam ini, tidak seperti biasanya. Tidak ada pemberitahuan pesan masuk dari Erga.

Jawaban gue ..., benar kan?

Riska sempat teringat dengan pernyataan Erga waktu itu: jika seandainya ia menolak, entah dirinya yang akan menjauhi Erga atau Erga sendiri yang akan menjauhinya. Dan mungkin, Erga sendirilah yang akan menjauhinya. Lebih memilih menghindar agar tidak canggung seperti kebanyakan orang yang habis ditolak pengakuannya. Atau bisa jadi, Erga akan membuang jauh-jauh perasaanya dengan cara menghindari Riska?

*****

Dan benar, Erga menjauhinya. Hari ini, bahkan Erga sama sekali tidak mengintilinya atau mengusiknya dengan panggilan khususnya itu. Sedikit ada perasaan bersalah ketika Riska memandangi punggung Erga yang berlalu bersama kedua sahabatnya-Jesper dan Adit.

"Ris." Riska menoleh ketika pundaknya disentuh oleh Rafael. "Ada masalah sama Erga?" tanya Rafael sambil menatap Riska setelah melihat kepergian Erga jauh di depan Riska.

Riska hanya diam dan balas menatap Rafael. "Lo udah makan? Muka lo keliatan pucet," kata Rafael sembari tersenyum.

Alasan kenapa Riska menolak Erga adalah salah satunya Rafael. Erga bahkan tidak tahu hubungan dirinya dengan Rafael yang sebenarnya. Papanya juga melarang dirinya untuk menyukai lawan jenis selain Rafael. Apa mungkin rencana perjodohan tidak jelas itu bisa dibatalkan jika Riska mengatakan alasan yang sebenarnya?

"Mau makan bareng gue? Gue bawa bekal."

"Kalo seandainya gue suka sama Erga gimana?" Pertanyaan itu lolos tanpa hambatan dari mulut Riska. Tiba-tiba saja ia begitu frontal mengatakannya dan berharap dapat jawaban pasti dari Rafael.

Rafael sempat terdiam sebelum menarik sudut bibirnya. "Seandainya, ya? Kalo seandainya gue suka sama lo, gimana?"

Kali ini Riska yang terdiam. Bukan, bukan jawaban sebuah pertanyaan yang ia inginkan. Dan berharap, Rafael tidak memiliki perasaan khusus apapun terhadap dirinya.

Rafael kembali tersenyum, "cuma Sendainya, kan? Itu hak lo, mau suka dengan siapapun. Lagipula, gue lebih suka deket sama lo sebagai teman dibandingin dekat karena perjanjian itu."

Pikiran Rafael memang tidak bisa ditebak oleh Riska. Riska pikir, Rafael akan berbicara panjang lebar dan mengungkit perjodohan itu begitu detail. Lalu melarangnya untuk menyukai ataupun berhubungan dengan Erga.

Ah, iya. Riska belum bertanya, apakah Rafael setuju jika ia berhubungan dengan Erga lebih dari sebuah pertemanan?

******

Riska merapihkan buku-bukunya setelah bel pulang berbunyi. Tadi, saat pelajaran Biologi, Riska sempat sesekali menoleh ke tempat duduk Erga yang masih tetap di belakang. Dan sekali bersitatap dengan Erga. Setelah itu, Erga tidak lagi menatapnya dan lebih memilih fokus pada mata pelajaran yang tengah diajarkan bu Ratna.

Bella juga sempat memergoki Riska tengah menatap Erga berkali-kali dan tidak fokus pada mata pelajaran. Cemburu, memang. Mengingat dirinya begitu menyukai Erga dan pernah dekat dengan Erga.

[1] Past Secret [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang