BAGIAN VII --- BLOOD SWEAT & TEARS

15.5K 1.1K 120
                                    

"Satu pertanyaan, satu jawaban, satu lemparan. Begitulah peraturannya."

~~~~~

Bagian VII -- Blood Sweat & Tears

          Jantungnya berdetak kencang, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya dan matanya berkaca-kaca menahan tangis. Jeon Jungkook mondar mandir didepan ruang UGD menunggu dokter yang menangani kedua kakaknya keluar. Beberapa kali suster mengajak pemuda itu untuk diobati melihat memar dikening dan dagunya tapi Jungkook tidak mau beranjak dari situ. Pemuda itu juga sudah mengabarkan ayahnya mengenai kecelakaan ini. Entah berapa lama Jungkook menunggu, ingin rasanya ia mendobrak pintu besi dihadapannya.

            Suara langkah kaki yang mendekat padanya mengalihkan pandangan pemuda itu, ia melihat ayahnya bersama empat kakaknya berlari dengan wajah yang sangat khawatir. Dalam hati Jungkook merasa sangat lega dengan kedatangan mereka semua tapi melihat Park Jimin dan Kim Namjoon dengan mata yang berkaca-kaca mendekatinya, mulutnya terasa kaku.

          "Jungkook-ah, apa yang terjadi? Dimana hyungmu?" Tanya Minhwo memegang kedua bahu Jungkook. "Mereka masih didalam, Dokter belum keluar sejak tadi." Jawab Jungkook berbisik pelan. Ia melihat ayahnya benar-benar cemas, pria paruh baya itu berusaha untuk melihat lewat kaca pintu yang tertutup tirai tapi tidak bisa.

         "Sekarang kau puas??" suara barithone milik Kim Soekjin membuatnya menatap pria itu. Jin berdiri sambil bersandar disamping kanannya, pandangan pria itu kosong menatap lantai. Bukan hanya jin tapi Jimin, Taehyung dan Namjoon tampak duduk diam menatap lantai marmer rumah sakit itu.

          "Aku tidak mengerti kenapa mereka berdua bisa bersama denganmu?? Kesialan terus menimpa mereka."

          "Hyung!!" Jungkook agak memekik kini berdiri menghadap Jin. "Apa? Bukankah betul semua ini terjadi karenamu? Saat mereka sedang tidak bersamamu mereka baik-baik saja." Jin menegapkan badannya, menatap adik bungsunya dengan sorot mata penuh kekecewaan. Jeon Jungkook terdiam, ia balas menatap sorot mata Jin, mencoba menemukan arti lain dari sana, tapi tidak ada. Hanya kekecewaan yang jelas terlihat. Jeon Jungkook akhirnya menunduk, tetesan airmata mulai turun melewati lekuk hidungnya, hatinya terasa perih dan nafasnya mulai sesak. Apa benar semua ini karenanya? Semua kejadian yang menimpa mereka akhir-akhir ini karena dirinya? Ia tidak peduli lagi mereka semua menganggapnya lemah atau apapun, tapi Jungkook tidak bisa lagi menahan kesedihannya.

          "Hyung, apa ini semua salahku?"

          "JANGAN PANGGIL AKU HYUNG, BODOH!!" Teriakkan Jin mampu membuat saudaranya yang lain bahkan ayah mereka menatap keduanya. "Lalu aku harus bagaimana? Apa hyung tahu apa yang aku rasakan? Apa hyung tahu bagaimana khawatirnya aku pada mereka berdua? Apa hyung tahu bagaimana perasaanku saat kejadian itu? Saat melihat Yongi dan Hoseok hyung menutup matanya?"

           BRUKKK..

          Tubuh pemuda itu terjatuh, satu pukulan telah mendarat dirahang kirinya sampai setetes darah keluar dari sana. "Hyungg..." Jimin dan Taehyung berusaha memegangi Jin. Pria itu menatap Jungkook sangat marah. "AKU BILANG JANGAN PANGGIL AKU HYUNG.!"

          "Hei hei hei.. Kenapa seperti ini? Kenapa harus berkelahi disaat seperti ini?" Minhwo berdiri diantara keduanya. Jin mendengus keras seraya menghempaskan lengan-lengan kedua adiknya yang mencekal tangannya. Akhirnya Jungkook terisak, tenggorokkannya sakit karena menahan sesuatu, nafasnya sesak menahan sakit jauh di rongga dadanya. Pemuda itu menunduk tidak tahu harus melakukan apa.

         "Jungkook-ah, sudahlah jangan menangis." Minhwo berlutut dihadapan anak bungsunya, mengusap pelan puncak kepala pemuda itu. Lidahnya terasa kaku untuk mengutarakan bagaimana perasaannya sekarang. "Do'akan saja kedua hyung mu baik-baik saja. Ayah tau kau sangat mengkhawatirkan mereka."

SPEND TIME || FF BTS (End)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt