17

28K 2.3K 28
                                    

SEBENARNYA udara pagi ini sangat menyejukkan. Bahkan saat tadi di mobil, Juni dengan sengaja membuka kaca mobil agar bisa dengan leluasa menikmati udara pagi hari. Namun, persepsinya tentang udara di pagi hari telah berubah, karena hari ini udara yang sejuk itu tak bisa menyejukkan suasana hatinya. Oh, ini bukan salah udara di pagi hari melainkan karena Juni yang sedang ketakutan karena ia terlambat ke sekolah.

Kata terlambat memang merupakan kata yang sangat Juni benci. Juni adalah tipe orang yang sangat menghargai waktu. Baginya waktu itu uang. Jika terlambat sedikit saja, itu artinya kita telah kehilangan beberapa pundi uang.

Sedari tadi Juni sudah keringat dingin. Padahal kulitnya sudah berkali-kali diterpa angin. Sedangkan lelaki di sebelah Juni malah dengan santai memainkan game di ponselnya sambil menunggu guru piket datang, seolah hal tersebut bukan masalah untuknya.

Tentu Juna sudah terbiasa dengan kata telat. Itu bahkan sudah menjadi rutinitasnya tiap pagi. Padahal dibanding Juni yang rumahnya sangat jauh dari sekolah, rumah Juna bisa dibilang cukup dekat dengan sekolah. Namun, tetap saja hampir tiap hari Juna selalu terlambat. Lelaki itu memang suka bangun siang. Maka jangan heran kalau pada akhirnya Juna selalu telat masuk sekolah.

"Gara-gara lo, nih!" ucap Juni kepada Juna.

Juna tak membalas ucapan Juni, ia masih sibuk dengan game yang sedang ia mainkan. Sampai akhirnya. "Yesss ... gue menang!" seru Juna dengan wajah yang terlihat kegirangan.

"Udah mainnya?" tanya Juni kesal.

"Hah? Apaan?" tanya Juna. Akhirnya laki-laki itu menatap Juni.

"Gimana ini? Kita telat," kata Juni frustrasi.

"Ya, kagak gimana-gimana. Emang lo mau gimana?" Juna balik bertanya.

Jawaban dari lelaki itu tentu membuat Juni menghela napas kesal. Bisa-bisanya Juna menjawabnya dengan wajah lempeng seperti itu.

"Lagian salah lo sendiri tadi nyuruh gue pelan-pelan bawa mobil. Liat, noh, temen-temen gue kagak ada yang telat," ujar Juna.

Juni memutar bola matanya malas. Juni bukannya menyuruh Juna membawa mobil selambat-lambatnya, gadis itu hanya menyuruh Juna untuk memelankan sedikit kecepatan mobilnya. Karena kalau tidak, Juna akan membawa mobilnya itu dengan sangat kencang. Juni mana tahan kalau harus berada di mobil yang kecepatannya di atas rata-rata.

"Terus kita gimana?" tanya Juni.

"Ya ... tunggu aja, entar juga Bu Mayang dateng," jawab Juna, lalu kembali fokus pada permainan di ponselnya.

Dengan kesal, Juni menginjak kaki Juna sekeras mungkin, membuat Juna meringis kesakitan. "Ngeselin banget, sih. Udah tahu kita telat, malah tetep nyantai kaya gitu," gerutu gadis itu.

Juna berdecak. "Lo rabies apa gimana dah? Ganas amat!" gerutu Juna dengan suara yang cukup kencang. Mungkin lelaki itu sangat kesal dengan tindakan Juni tadi. Hal itu pun mengundang rasa penasaran siswa lainnya yang telat. Ada beberapa anak yang secara diam-diam memotret kedua sejoli itu.

Juna yakin mereka adalah salah satu pengisi akun gosip sekolah. Yang tiap hari kerjaannya memposting foto atau video kejadian-kejadian di SMA Cakrawala. Tentunya nama Juna sudah berkali-kali muncul di akun tersebut. Isinya juga bermacam-macam. Ada yang memuji, ada yang mencurahkan kekesalannya, bahkan ada yang tak segan-segan curhat di kolom komentar tentang tindakan Juna yang pernah lelaki itu perbuat padanya.

Sebenarnya Juna tak peduli dengan masalah itu. Lagi pula hal itu bukanlah masalah besar bagi Juna. Namun, baru-baru ini Juna melihat bahwa ada beberapa postingan yang diunggah mengenai kedekatannya dengan Juni. Tentu hal itu langsung dibanjiri dengan komentar-komentar. Ada yang mendukung kedekatan mereka, namun ada juga yang menentang keras.

JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang