26

22.2K 1.9K 67
                                    

HARI ini adalah hari di mana pensi akan diadakan. Para siswa sangat antusias untuk menyaksikan pertunjukkan yang akan ditampilkan nanti. Katanya sekolah juga mengundang artis terkenal untuk manggung di sekolah mereka. Tentu saja itu membuat anak-anak SMA Cakrawala semakin semangat. Bahkan siswa yang biasanya sering bolos pun memutuskan untuk datang ke acara pensi yang bisa dibilang cukup meriah.

Anak-anak OSIS pun sangat sibuk hari ini. Mereka menyiapkan dan memeriksa hal-hal yang diperlukan untuk pelaksanaan pentas seni. Seperti konsumsi, properti, kostum, siswa-siswi yang akan tampil dan banyak lagi. Pokoknya semuanya sibuk melakukan tugasnya, termasuk Juni yang saat ini tengah merapikan meja-meja khusus para tamu-tamu penting.

"Jun, lo kenapa maksain diri lo buat ngerjain semuanya sendiri, sih?" tanya Aya kesal. "Gue tahu kalau lo lagi sakit hati, tapi lo enggak boleh kayak gini, nanti lo sakit lagi," nasihat Aya tak didengarkan oleh Juni. Gadis itu masih saja mengangkat meja sendirian dan tak mau dibantu.

"Sini gue bantu," ucap Junior yang tiba-tiba datang. Lelaki itu menarik meja yang dipegang Juni dan mengangkatnya.

"Lo apaan, sih? Siniin, gue bisa sendiri!" kata Juni sambil menarik meja tersebut. Gadis itu memang seharian tidak bisa diganggu. Dia mengerjakan semuanya sendiri. Bahkan Juni tak segan-segan membentak anak OSIS lain yang ingin membantunya.

Tak sedikit dari mereka yang merasa kesal dan memilih meninggalkan Juni sendirian. Hanya Aya dan Junior-lah yang masih bertahan untuk meladeni tingkah Juni yang super duper sensitif. Mungkin karena mereka tahu bahwa Juni saat ini sedang memiliki masalahnya sendiri. Juni memang seperti itu, ketika sedang ada masalah, gadis itu pasti akan mengalihkannya dengan cara bekerja non stop.

Junior menarik kedua tangan Juni. "Lo kenapa, sih, Jun? Lo enggak kayak Juni yang gue kenal. Apa ini karena Juna?" tebak Junior.

"Lepasin gue," pinta Juni.

"Enggak!"

"Lepasin gue!" teriak Juni sambil menarik tangannya paksa.

Aya yang melihat kejadian itu pun berusaha menenangkan Juni. "Jun, lo enggak boleh kayak gini terus!"

Tangis Juni akhirnya pecah. Gadis itu terisak. Junior pun langsung memeluk Juni dan berusaha menenangkan Juni. Aya yang melihat kondisi temannya seperti itu hanya bisa menatap Juni khawatir. Ia hanya mengetahui sedikit masalah Juni, itu pun Junior yang menceritakannya. Aya yakin betul bahwa masalah yang tengah Juni alami tidak hanya itu, karena Juni bukanlah tipikal gadis yang akan merajuk karena masalah sepele. Pasti Juna telah membuat kesalahan yang besar sehingga membuat Juni bisa hilang kendali seperti ini.

"Aya, lo tolong urus pensinya dulu, gue bakalan berusaha nenangin dia," pinta Junior.

Aya mengangguk. Walaupun terlihat enggan, gadis itu akhirnya berjalan pergi meninggalkan Juni bersama Junior. Setidaknya dia harus mempersiapkan acara pensi sebaik mungkin agar nantinya Juni tidak kepikiran setengah mati jika ada satu kesalahan kecil pada acara ini. Aya tahu bahwa pensi ini merupakan acara yang berarti bagi Juni, mengingat ini pertama kalinya acara besar diselenggarakan setelah Juni menjabat sebagai ketua OSIS.

×××××

JUNA menatap kosong ke arah sudut ruangan. Bahkan lelaki itu tidak memedulikan keberadaan temannya yang lain. Padahal Anji, Yogi, Beni dan Veno sedang asik membahas sebuah topik yang tengah panas mengenai skandal yang sedang tersebar di sekolah. Kalau biasanya Juna pasti ikut menimbrung, kali ini tidak. Lelaki itu sejak tadi terlihat murung. Seperti ada sesuatu yang dipikirkan oleh Juna. Sayangnya Juna tak menceritakan apa pun kepada teman-temannya, dia memilih menyimpan semuanya sendiri.

JuniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang