BAGIAN 12

24.3K 3.2K 42
                                    

'Cause when you can bandage the damage
You never really can fix a heart

Ini hari ketiga kepergiannya. Kepergiaan Alle-ku. Aku masih terpuruk. Kepergiannya meninggalkan luka yang begitu dalam buatku. Bagaimana bisa kau lakukan itu, Alle? Kita bahkan baru saja berbicara. Obrolan pertama kita. Dan aku baru memanggil namamu sekali.

Dan tidak ada yang bisa memanggilku semanis kau memanggilku. Tidak ada tatapan yang selembut milikmu. Dan kenapa kau pergi begitu tiba-tiba?

Aku menatap kosong loker Alle yang penuh dengan coret-coretan. Coret-coretan dari orang-orang yang benci padanya karena aku yang menyuruhnya. Air mataku kembali meleleh jatuh. Aku tidak peduli jika seluruh penjuru sekolah menemukanku tengah menangis.

Aku tidak peduli pada reputasi, statusku atau apapun. Aku hanya peduli pada gadis berambut panjang bergelombang itu. Gadis dengan surai emas. Gadis keturunan Amerika Latin. Gadis dengan senyum manis. Gadis yang pernah menolongku saat aku jatuh dari pohon. Gadis yang selama ini tersiksa karena ku. Gadis yang selalu menangis dalam diamnya. Gadis yang selalu terintimidasi oleh semua orang. Satu-satunya gadis yang meluluhkan hatiku.

Aku membuka lokernya dengan kuncinya. Kunci yang sering digenggamnya.

Lokernya rapi, aku menarik satu senyumku untuk kerapiannya yang luar biasa. Ada wangi vanila yang menguar keluar. Wangi Alle. Aku bahkan baru menyadari bahwa gadis itu memiliki wangi vanila yang segar.

Dan itu terlambat kusadari. Aku mengusap air mataku, memerhatikan isi lokernya. Buku-buku pelajaran, beberapa buku tugasnya, dan... diary?

Scrapbook warna coklat perkament dengan banyak hiasan di sampulnya. Ada kancing, pita, potongan huruf-huruf, potongan gambar penggaris. Sangat girly. Apa ini yang bisa kau tinggalkan selepas kepergianmu, Alle?

Aku menutup lokernya, kembali menguncinya dan langsung keluar dari koridor. Aku butuh waktu sendiri. Butuh waktu antara aku dan Alle saja. Berdua. Oh, bukan. Antara aku dan kenangan Alle.

Aku memasuki kelas yang kosong, dan mengambil tempat dimana aku dan Alle biasa duduk. Aku memandangi scrapbook itu lagi, dan kenanganku bersama Alle terasa berputar disini. Kenangan yang kami bangun selama 3 semester tanpa berbicara sedikitpun.

Air mataku, lagi. Jatuh bebas. Memberontak bertahan dalam pelupuk mataku. Meminta diri keluar dari tempatnya. Ini menyakitkan, Alle. Aku berharap hidup denganmu selanjutnya.  Aku berharap kita tetap bersama. Aku bahkan sudah merencanakannya, Alle. Tapi semuanya terlambat. Tahukah kau betapa aku menyesali diriku? Betapa aku merutuki diriku mati-matian untuk kebodohan, kejahatan, kebengisan, dan keidiotanku.

Jariku membuka scrapbook itu, langsung ke tengah. Tidak ada tanggal disana. Hanya coretan tangannya yang ada disana.

***

STRANGE × oshWhere stories live. Discover now