PART I

9.1K 139 4
                                    


"SELAMAT DATANG SISWA DAN SISWI BARU SMA WIRA BHUANA!"

Pemuda itu memandangi spanduk yang terpasang didepan gedung sekolahnya kini. Sebuah sekolah elite yang hanya dapat dimasuki oleh mereka yang memiliki prestasi. Dan tentu saja, kekayaan.

Batara Syahrir. Namanya tertulis dengan jelas di name tag yang kini ia gunakan. Masih ada sedikit rasa tidak percaya bahwa kini disinilah ia akan melanjutkan pendidiknya. Meski bukan hal yang aneh, ia adalah putra semata wayang dari keluarga pengusaha yang sangat terkenal. Ini adalah pilihan orang tuanya, walau sebenarnya ia tidak menginginkan hal itu. Sebuah kenangan buruk pernah ternaman dalam pikirannya.

"Kau yang bernama Batara Syahrir?" seorang gadis menyapanya. Mengembalikan kesadarannya dari lamunan.

"Ah iya kak..."

"Namaku Naura, kau bisa memanggilkan Nau, aku anggota OSIS yang ditugaskan untuk memandu siswa baru disini, mari ikut aku!"

"Ya kak!"

Batara menyeret kopernya mengikuti Naura menuju arah lapangan untuk mendengarkan sambutan dan arahan bagi par siswa baru.

***

Setelah rentetan acara yang cukup menguras antusias dan semangat, Naura menunjukkan kamar bagi para siswa baru.

"Nah Batara, kau akan tinggal di kamar 303 bersama, hmm coba kulihat dulu," Naura nampak sibuk dengan file ditangannya mencar nama teman sekamar pemuda itu.

"Nah ini dia, kau akan sekamar dengan Omi Rizky."

"Baik kak Nau, kalau begitu aku segera menuju kamarku."

"Beristirahatlah, besok adalah hari yang sibuk!"

***

Batara menyusuri gedung asrama putra, mencari nomor kamarnya sendiri.

"303, ah ini dia!" gumamnya.

Ia mengetuk pintu dihadapnya.

Tok tok tok...

Tak lama seorang pemuda seusianya membukakan pintu itu. Seorang pemuda berkacamata.

"Kau pasti Batara kan?" ucap pemuda itu sambil membukakan pintu kamar yang ia huni lebih lebar lagi.

"Ya, aku Batara, dan kau Omi kan?" balas Batara.

Ia seger memasuki kamar itu. Sebuah kamar minimalis namun berkesan mewah. Dua buah tempat tidur, meja belajar panjang, dua buah lemari kayu, sebuah mini pantry, beberapa rak buku yang terpasang diatas meja belajar dan beberapa kursi malas memenuhi ruangan itu. Lebih mirip kamar apartemen dengan sewa menengah ketimbang sebuah kamar asrama.

"Kamar ini..." ucap Batara seraya mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan itu, "cukup mewah untuk ukuran sebuah asrama."

"Hahaha...kau hanya belum melihat seluruh gedung ini." balas Omi sambil tertawa.

Batara memindahkan seluruh isi tasnya kedalam lemari miliknya. Sedikit basa basi dengan teman sekamarnya sebelum mereka memutuskan untuk beristirahat. Esok adalah hari yang sibuk dan penuh kejutan. Kejutan yang mengerikan.

***

to be continued

DANURWhere stories live. Discover now