Tiga

2.8K 114 4
                                    

Harry pov.

Pekerjaanku selesai dan itu berjalan sangat lancar :)
Senang sekali rasanya, setelah lebih dari setahun aku tidak melakukan pekerjaan gilaku. Terimakasih papa, sekarang aku bahagia karenamu.
Dan juga untuk Logan, kakak kandung dari pacar papaku, terimakasih karena kau ada di tempat kejadian waktu itu.

Sebenarnya, aku tidak berniat memutarbalikkan fakta pada Logan. Hanya saja, ketika aku melakukan pekerjaan mulia itu Logan ada disana dan sempat melihatku sedang memotong motong tubuh papa. Tapi kurasa dia tidak mengenalku, karena kami belum pernah bertemu sebelumnya.

Dia ketakutan melihatku seperti itu, dia dengan cepat berlari dan tak menyadari bahwa berkas-berkas kantornya yang dia bawa terjatuh dan berhamburan kemana-mana.
Kebetulan sekali, itu memudahkanku menghilangkan jejakku dan memutarbalikkan fakta bahwa dialah yang membunuh papa. Ah aku tak menyangka aku secerdik ini.
Akupun mempertegas kembali jejak palsu Logan dengan menulis namanya dengan darah dari tubuh papa di lantai. Sungguh Brilian.

Dea pov.

Aku sudah bosan menunggu Dosen yang tak kunjung datang. Aku melirik arloji di tanganku, sudah satu jam sejak aku masuk ke kelas. Menyebalkan.

Edward menghampiriku lalu duduk di sampingku "Dea, gue bikin geng nih namanya Skylark. Lo ikutan gak?" tanyanya sesaat setelah dia duduk.

"Kay juga ikut?" tanyaku malas.

"Enggak, lagian Kay belom tau. Baru buat barusan. Tapi rencananya sih ceweknya lo sama Kay aja kalo mau mah," jawabnya meyakinkan.

"Enggak ah males geng-gengan kayak gitu." tolakku. Aku benar benar malas saat ini, apalagi untuk membuat geng seperti itu. Cukup saat SMA saja aku tergabung dalam geng yang pastinya membuat ulah setiap harinya. Aku tak ingin lagi.

"Oh yaudah," jawabnya pasrah lalu kembali ke belakang bersama teman teman gengnya itu.

Tak lama setelah Ed kembali ke belakang, Dosen masuk. Tapi bukan Bu Linda yang masuk, melainkan Pak Shidiq.
Beliau berdiri di depan papan tulis.

"Ada beberapa pemberitahuan yang akan saya sampaikan. Pertama, besok kita akan mengadakan camping hanya untuk jurusan sosiologi dan psikologi tingkat satu, dan didampingi para senior di hutan selatan dan saya sebagai ketua panitianya. Yang kedua, karena besok kita berangkat pagi, sekarang kalian dipersilahkan pulang untuk mempersiapkan apa yang perlu dibawa. Any question?" itu kata Pak Shidiq selaku ketua panitia.

"Saya pak!" seorang gadis yang kuketahui bernama Agnes itu mengacungkan tangan.

"Ya?" Pak Shidiq menunjuk Agnes.

"Campingnya berapa lama pak? Berangkat jam berapa?" tanya Agnes.

"Tidak lama, hanya tiga hari dua malam. Jadi tidak perlu membawa terlalu banyak pakian. Dan kita berangkat jam 7 pagi. Ada lagi?" jawabnya santai dan menunggu apakah ada pertanyaan lagi atau tidak.

Hening. Tidak ada yang bertanya lagi ataupun berbisik.

"Baik, jika tidak ada saya permisi." Beliau pamit dan meninggalkan ruangan yang hening ini.

Begitu Pak Shidiq keluar, kelas kembali ramai seperti pasar.
Aku ingin segera keluar dari kelas yang bagaikan neraka ini.

Aku menuju gerbang depan dan mengambil ponsel di tasku untuk menelfon Harry. Berkali-kali aku telfon tapi tak ada jawaban darinya.
Aku memencet tombol call sekali lagi, kuharap dia menjawab.

Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan area.

"Ish Harry sialan!! Kenapa malah tidak aktif sih?!" umpatku pada ponselku.

When Psycho Fallin in LoveNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ