TPP 3

31.9K 2.4K 67
                                    

"Aaahhh," teriak Fabriyan saat matanya tidak dapat terpejam karena memikirkan permintaan Cassy tadi sore.

Flashback On

"Maukah kau mendonorkan spermamu?."

"Apa!!," Fabriyan menatap horor Cassy. "Kau gila Cassy."

Fix, bertambah satu orang lagi yang mengatakan aku gila, pikir Cassy dengan wajah sendu.

Cassy menghela panjang napasnya. "Maaf pak lupain aja, saya lagi khilaf saat bicara tadi. Anggap saja saya sedang kerasukan setan. Saya permisi dulu pak," Cassy bangkit dari duduk.

"Tunggu," seru Fabriyan memberhentikan langkah Cassy yang akan menuju pintu keluar. "Duduklah dulu, aku ingin mendengar penjelasanmu memintaku menjadi pendonor sperma untukmu."

Cassy masih berdiri, wajahnya menunjukkan kekhawatiran.

"Maafkan saya, tadi saya hanya sedikit shock. Duduklah Cassy," perintahnya dengan nada lembut. Dia tahu Cassy sedang berkutik dengan pikirannya.

Cassy berjalan kembali ke kursi lalu duduk. "Saya bisa menjelaskan semuanya."

"Kamu memang harus menjelaskannya semuanya," ucap Fabriyan tajam.

Cassy mengatur napasnya, menarik dan menghembuskannya perlahan. "Semua ide gila ini berawal dari mimpi pak."

Fabriyan mengerutkan alisnya. "Mimpi ?," gumamnya.

"Iya," ucap Cassy lalu dia mulai menceritakan semua hal yang dialaminya. Dari mimpi yang selalu hadir setiap malam sampai keinginannya untuk hamil dengan jalan inseminasi.

"Kau ingin hamil ? Apa ini penyebab kau pergi ke Juan Medical Center ?."

Cassy membelalakkan matanya. "Bapak tahu saya kesana ?," tanya Cassy bingung, karena hanya May yang tahu rencananya.

Fabriyan menelan ludahnya dengan keras, dia menggaruk-garuk tengkuk lehernya yang tidak gatal karena keceplosan bicara. Dia sebenarnya sudah tahu alasan Cassy datang ke rumah sakit itu. "Eh, waktu itu saya pernah melihat kamu ke rumah sakit itu saat saya sedang cek kesehatan," ucapnya berbohong.

Mata Cassy menyipit, terlihat tidak percaya dengan alasan Fabriyan.

"Kau bisa telpon kesana langsung jika tidak percaya," ucapnya meyakinkan.

Aku harus segera menelpon Hendri nanti untuk membuat alibiku saat dirumah sakit, pikir Fabriyan.

"Kau belum jawab pertanyaan saya," Fabriyan memandang tajam Cassy. "Kau ingin hamil tanpa menikah ?."

Cassy menundukkan kepalanya, ucapan Fabriyan seakan menegaskan bahwa dia adalah wanita jalang.

"Apa kau tahu kalau itu akan membuat namamu buruk dimata orang."

"Saya tahu pak," ucap Cassy dengan suara lemah. "Saya sadar akan hal itu."

"Lalu kenapa kau tidak menikah saja ? Kau dan anakmu akan mendapat pengakuan legal dan pastinya tidak akan ada yang mencemoohmu."

Mata Cassy mulai berkaca-kaca. Entah kenapa saat Fabriyan yang mengatakan semua itu, hatinya langsung merapuh. Dia seperti ingin menangis karena ketidakberdayaannya.

Disatu sisi Cassy merasa belum siap untuk menerima pergunjingan dan perlakuan buruk dari teman-teman kerjanya karena hamil tanpa suami.

Disisi lain, dia juga masih meragukan apakah dia bisa menjadi seorang ibu yang baik untuk buah hatinya nanti. Dan yang paling dipikirkannya adalah kelegalan buah hatinya, tidak akan ada akta lahir yang menuliskan nama ayahnya.

The Pregnant Proposal (Hiatus Sementara Waktu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang