13. Pertarungan Di Dalam Kamar

734 55 8
                                    

Kenapa bisa mereka tidak menyadari ada orang lain di dalam kamar.

Nenek Myon terlihat paling kesal mengetahui kalau dia kecolongan. Dari mana orang ini masuk, apa dia melewati hujan diluar tanpa terdeteksi, pikir Nenek Myon membingung.

"Terimakasih sudah memberi tahu banyak informasi penting. Jadi harga nyawamu sekarang lebih berharga dari sebelumnya."

Sudah terlanjur, dia telah mengetahui informasi yang telah Andre beberkan tadi. Dia memberikan senyum keji ke arah Andre. Pisau yang tadi dilempar Shira berhasil ditangkap dengan baik. Lewat tangan kiri, dia melempar pisau tersebut ke arah Andre.

Arahnya cepat menuju kepala. Andre merefleks cepat, mengantisipasi dengan sensor lebih di sekitar yang baru kali ini dia rasakan. Indera yang dia miliki seolah bertambah menjadi tiga belas. Seakan dia bisa melihat keadaan dari bebagai macam titik. Bahkan titik buta sekalipun. Tangan kirinya cepat menutupi muka. Tanpa ampun lemparan pisau itu menancap, menembus tulang, menguras darah Andre yang menyecer keluar.

"Kau masih bisa mengelak ya!"

Dia mengambil sebilah pedang yang menggantung di punggung. Sorot matanya tajam melihat Andre.

Tidak lama, hanya selang beberapa detik, dia meluncur ke bawah dengan sangat cepat. Bagai ada angin yang membantunya mempercepat gerakan. Pedang yang dia pegang meluncur tajam menghunus ke depan. Andre tidak sempat mengelak, kakinya membeku takut.

"Awas Andre!"

Bantuan dari pihak lain datang. Shira menggenggam pedang yang sedang meluncur tepat di depan wajah Andre. Nekat. Tindakannya itu membuat tangan kanan Shira terkoyak. Wajahnya terlihat meringis menahan sakit. Dia kesampingkan hal tersebut. Dengan segenap tenaga Shira membelokkan arah tusukan pedang lewat putaran tangan seperti sedang memutar tuas. Serangan lawan belok ke samping kepala. Meleset. Serangan yang gagal. Namun nyaris tipis menikam kepala pemuda berumur dua puluh tiga tahun tersebut.

Andre bisa merasakan tekanan angin melongos di samping dan hampir saja menembus kepalanya. Hanya menyambar tipis di samping telinga. Shira menyikut lawan lewat tangan kanannya yang bebas tidak menggenggam apa-apa. Sasarannya kepala lawan. Del Pierro tak mau kalah. Dia menggunakan tangan kanannya yang tidak memegang pedang untuk menahan sikutan. Dia berhasil. Sesaat Pierro berhasil menangkap siku liar milik Shira. Dia tersenyum tipis. Mengejek, mengira aliran serangan dari lawan telah berhenti. Kelengahan Pierro betul-betul dimanfaatkan dengan baik oleh Shira. Dalam momentum yang singkat tersebut, kaki kanan Shira terangkat, mengayun menghantam dada. Musuh terdorong cukup jauh, pegangan pedangnya terlepas. Sedikit darah menetes bagai ingus di sela bibir lawan yang tipis. Sekarang pedangnya beralih ke tangan Shira. Wanita itu berhasil merebut pedang lawan dengan cara beladiri nekat.

Shira memutar ujung pedang, genggaman tangan kini beralih ke pangkal pedang. Sekarang dia menggunakan pedang lawan yang berhasil direbut. Nenek Myon yang sangat diharapkan dalam keadaan seperti ini malah diam seperti batu karang di tengah gemuruh ombak. Jarak mereka dengan sang musuh hanya terpisah sekitar dua meter saja. Musuh nampak menyender pada dinding kayu tebal yang ditumbuhi sulur benalu.

Shira memalingkan badan, memeriksa tangan Andre yang bersimbah darah. Tanpa babibu Shira mencabut paksa pisau tersebut. Perih luar biasa, tanpa tersadar air mata menetes keluar dari kedua bola mata Andre.

Dia tidak punya basis fisik bela diri ala prajurit. Dia bukan prajurit terlatih, dia hanyalah masyarakat biasa yang bekerja sebagai pengembala domba. Sekarang dia terjebak kekacauan yang biasa dilakuan antar prajurit akibat jamur yang ditemuinya dalam gua. Andre tak pernah menyangka kalau hari itu adalah titik balik dari kehidupan yang membosankan. Semua yang dimiliki telah pergi. Tanpa disangka di dalam tubuhnya tersimpan pecahan jiwa Raja Kegelapan yang dicari seantero jagat.

ANDRE FOSKAS [TAMAT]Where stories live. Discover now