78. Pihak Ketiga

171 21 1
                                    

Dimas dan Serena melompat dari atap rumah ke atap rumah lainnya untuk kabur. Sementara boneka mereka yang merupakan seorang Inventor terbang lebih cepat keluar gerbang.

Mereka melewati banyak kerumunan penjaga yang berusaha menjaga laju mereka namun kebanyakan gagal dan tewas.

"Woi Nona! Bukankah pria tua itu terlalu cepat?"

"Itu malah bagus, Dimas. Kita bisa mencapai target kita lebih cepat."

Tanpa mereka sadari, mereka tertinggal jauh dengan boneka mereka sendiri sementara pengejar dari belakang semakin dekat. Hasi dan Debora terbang dengan kecepatan penuh.

Mereka mencoba menyambar punggung Serena namun Dimas yang berada tak jauh dari mereka jelas tidak akan membiarkan.

Dimas memuntahkan lava, Hasi seketika terpaksa banting setir untuk menghindar. Ia sekeras mungkin memegang Debora yang terlambat ngerem. Tipis, muntahan lava tepat berada di muka Debora.

"Hanpir saja," ujar Debora keringat dingin mengetahui nyawanya hampir lepas.

"Terima kasih, Kapten!"

"Kau harus lebih siaga, Debora!"

"Dia datang!" Seru Hasi.

Kali ini Dimas membuat tangannya sebesar batu sungai dengan lava panas lalu menembakkan ke arah mereka seperti peluru.

Hasi bersiap dengan kekuatan penetral miliknya. Ketika dekat, tembakan tersebut langsung dibelah dua. Disusul Debora yang menghembuskan asap agar menghalangi jarak pandang musuh. Dia sendiri segera bergegas menyergap Serena yang tampak berhenti.

"Nona, pergilah!"

Tiba-tiba tangan raksasa dari lahar panas menyembur dari bawah dan hampir melahap Debora. Kali ini wanita itu lebih cepat berhenti. Akan tetapi jarak dia dengan Serena jadi agak jauh.

Serena mengerti, ia lebih cepat melangkahkan kaki, sementara kedua orang itu dicegat oleh Dimas. Tidak kedua orang, semua orang yang ingin mengejar Serena ia cegat. Serena sedikit lagi sampai ke gerbang timur. Namun sebelum ia menyebrang masih ada satu hal lagi yang ingin dia lakukan.

"Keroco-keroco di depan sana merepotkanku saja, aku harus menambahkan sesuatu agar pesta lebih meriah!"

Ia membuka sebuah perkamen yang selama ini tersembunyi di dalam kuku. Perkamen yang sangat kecil seukuran semut namun langsung bercahaya ketika dikeluarkan.

Ia melempar perkamen mini itu ke atas langit lalu mengucapkan mantra.

"Sihir Dimensi: Awan hitam pengantar!"

Perkamen itu berubah menjadi awan hitam di tengah malam. Bukan awan hitam mendung karena mau hujan melainkan portal raksasa yang dulu ia buat untuk mengirimkan makhluk kegelapan ke ibukota. Kali ini jauh lebih besar, seukuran kota dan semua orang bisa melihatnya.

"Woi, apa-apaan awan hitam itu, besar sekali!" Komentar seorang senior Sacred Forced bernama Darkhole. Ia dan beberapa senior lain berjaga-jaga di pasar yang telah tutup dengan anak buah mereka.

"Ini pasti dari musuh! Akan ada hujan besar atau badai!" Balas Senior Budi.

"Tidak, itu bukan awan hitam mendung."

"Kau tahu sesuatu penyihir?" Tanya Darkhole kepada satu-satunya qnak buah yang ia miliki.

"Itu bukan awan hitam, itu adalah portal raksasa!" Seru Nina Dorbev.

Dari atas atap Serena berteriak lantang, "keluarlah pion-pionku!"

Awan hitam itu perlahan meneteskan manusia-manusia berkacamata, memakai parasut dan rompi anti peluru. Mereka terjun ke tengah kota, menyebar ke berbagai tempat dalam jumlah yang sangat banyak.

ANDRE FOSKAS [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang