24. Kejeniusan Andre

363 37 1
                                    

Lubang seluas dua puluh hektar tercipta. Kekacauan mulai terdengar. Dari sayup hingga semakin jelas. Jerit mereka yang tersingkir silih berganti tawa pemenang.

Andre belum berada di antara dua posisi. Dia berada di tengah-tengah. Andre termasuk di dalam kelompok tak siap. Dia mundur, semakin mundur. Menjauh dari serangan brutal mereka yang mengincar nyawa. Andre terpojok di tepi dinding. Terlebih lagi dia tidak membawa senjata. Sungguh polos memang. Di kala peserta lain membawa apa saja dari rumah untuk menjadi pemenang, Andre hanya bermodal tangan kosong.

Petaka semakin besar ketika salah seorang peserta mengenali Andre. "Hei kau yang dari koran itu bukan?." Sontak banyak peserta menatap balik. Melihat Andre dengan senyum mengerikan. Mereka spontan berhenti berkelahi. Bagai telah dikomandoi, mereka berbalik. Lawan jadi kawan. Bersiap mencabut nyawa Andre bersama-sama.

Sementara Andre terpojok. Keringat dingin terus mengucur. Kepanikan terus mengguyur. Kalut seperti air mancur. Andre mematung, melihat banyak orang maju serentak. Lalu berteriak.

Sementara itu di atas puncak, sang juri masih duduk bersila di atas sana. Dia menunggu sembari menikmati teriakan para peserta di bawah sana yang meregang nyawa.

"Ada dua tipe manusia di dunia ini. Mereka yang realistis dan mereka yang naif. Aku benci keduanya," gumam Mayor Gerald, "yang realistis akan cenderung menurut dengan apa yang kuperintahkan sementar si naif akan melawan sesuai perkataan hati nurani dari pada akal. Di antara kedua tipe itu ada satu yang sangat kusukai. Yaitu, mereka yang pemikir."

Teriakan dari Andre rupanya tak sesuai kejadian. Dia mengelak gesit, berputar lalu menendang balik beberapa orang yang mencoba menyerang. Setelah semua itu dia lakukan, dia memilih kabur. Mencari pojokan lain untuk berpikir.

Bagaimanapun seleksi ini hanya mengambil satu pemenang. dia yang bertahan hidup lalu keluar pertama kali dari lubang ini dialah pemenangnya.

Andre langsung tersambet kata-kata terakhir dari Mayor Gerald. Akal pintarnya menemukan celah dan di saat yang sama seorang pria ceking nan tinggi menghadang di depan. Rambutnya panjang sepinggang, tidak memakai baju alias telanjang dada. Di tangan kanannya tergenggam sabit panjang berlumuran darah.

"Kau pria yang di koran itu bukan?" Pria itu melempar senyum renyah.

Andre merasa senang sekaligus takut. Apalagi setelah pria itu berkata, dia melebarkan sabit yang sedari tadi dipegang. Ujung mata tajam tampak berkilau lurus ke arahnya. Percikan darah tampak dimana-mana. Andre menelan ludah. Takut. Sebisa mungkin dia mundur menjauh. Naas, dinding tanah menyuruh Andre menjadi pemberani. Dia telah bersandar di tepi dinding dan ingin mundur lebih jauh lagi.

Melihat reaksi kekalutan yang dilempar Andre, dia tersenyum menikmati. Lidahnya menjulur dan ternyata sangat panjang hingga mampu mencapai ujung sabit untuk menjilat darah manusia segar. Atraksi yang diperlihatkan si pria barusan membuat Andre makin takut. Dengkulnya gemetar. Dia hampir kencing celana.

Padahal dahulu dia pernah menghadapi situasi seperti ini. Hidup dan mati. Namun entah kenapa, melihat pria yang ada di depannya seperti melihat malaikat pencabut nyawa. Padahal banyak peserta telah berhasil ditendang menjauh. Namun untuk yang satu ini, Andre takut bukan main.

"Hei pria yang ada di koran. Aku tahu apa yang akan kau lakukan. Kau ingin melompat ke atas bukan?"

Andre tercengang. Tubuhnya bagai disiram es. Menggigil.

Apalagi setelah itu dia berujar, "aku sebenarnya tahu bagaimana caranya lolos dari seleksi ini," dia tersenyum kemudian, "sama seperti yang kau pikirkan."

Dia menarik kembali lidahnya masuk ke dalam tubuh. Gincu hitam yang menempel di tepi bibir menyeringai lebar. Pemuda itu melemparkan kata selanjutnya yang membuat Andre mematung. Tenggelam di dalam rasa takut.

ANDRE FOSKAS [TAMAT]Where stories live. Discover now