53. Nyaris

263 23 0
                                    

Bersyukur mereka berjumpa dengan rombongan Wakil Jenderal Edi Gein. Dia adalah salah satu Wakil Jenderal yang berumur empat puluh enam tahun. Pria parubaya ini memiliki kekuatan ras langit langka, ras langit ras. Cara kerja ras langit yang satu ini cukup simpel namun mematikan. Edi Gein hanya perlu menyatukan kedua tangan yang berarus listrik untuk menciptakan konslet yang menghasilkan kilatan cahaya nan panas yang disebut dengan las. Setelah itu, ia bisa melakukan berbagai macam serangan mematikan seperti sekarang. Ia dapat dengan mudah membelah seorang Oger yang lebih tinggi dari ruko dua tigkat di dekat mereka.

Terlihat anggota rombongan Wakil Edi sedang mengumpulkan warga yang berpencar. Sementara ketua rombongan mereka sedang berbicara dengan Fister.

"Ngomong-ngomong, dimana Mayor kalian?"

"Dia sedang bertarung dengan pria bertopeng di dekat sini. Di simpang jalan Usman," lapor Fister.

"Pria bertopeng? Dia pasti ada hubungannya dengan kemunculan makhluk kegelapan ini. Kalau begitu, Donez ambil alih barisan," Wakil Edi mulai memberi perintah, "Jack Ordo beserta anggotanya ikuti aku, sisanya ikuti perintah Mayor Donez dan Lauren beserta anggotanya jaga anak baru ini melakukan tugasnya."

Wakil Edi menarik pelatuk pemicu, lalu melepas rem yang menahan laju tubuhnya terbang ke angkasa, seperti jangkar yang mencengkram dasar laut.

"Kami pergi dulu!" Ucap Wakil Edi yang langkahnya secepat kilat menghilang terbawa laju roket meninggalkan Senior Jack di bawah.

"Kami? Cuma kau saja yang memilikinya," Protes Jack. Ia terpaksa mengikuti jejak sang wakil lewat laju pacuan kuda. Mereka tertinggal jauh.

Dari atas langit, Wakil Edi melihat suar hijau meledak di angkasa. Melepas gas berwarna hijau muda di malam yang gelap dan kebetulan jarak sang wakil berada di dekat sumber suar itu diletuskan.

"Jadi mereka di sana," tanpa pikir panjang Edi membelokkan laju roket menukik ke bawah.

Rombongan Hasi berada pada jarak yang cukup jauh juga melihat kode tersebut. Kode yang mengatakan kalau pengirim menemukan seseorang yang dicurigai sebagai dalang. Kode yang dilepaskan Mayor Udi ke angkasa.

"Itu pasti dari mereka."

Tak perlu waktu lama bagi Hasi memahami dan segera mengambil tindakan. Ia segera memerintahkan seorang bawahannya bernama Doorbell untuk mengambil alih pimpinan. Sementara ia dan asistennya pergi menuju lokasi suar.

"Kenapa bisa banyak sekali makhluk kegelapan di pusat kota," Hasi tak bisa menyingkirkan kekhawatirannya terhadap anggota penjaga perbatasan yang merupakan anak buahnya.

Bersyukur ia memiliki asisten pengertian seperti Debora yang bisa bersikap seperti seorang ahli nujum yang bisa menebak isi hati seseorang.

"Kapten Hasi. Aku yakin Riko baik-baik saja. Aku yakin mereka cuma lengah," ujar Debora mencoba menghilangkan kekhawatiran sang kapten.

"Semoga saja."

Rombongan G-1 pimpinan Abraham juga melihat suar hijau muda yang meledak di angkasa ketika mereka masih menapaki jembatan di atas Danau Riverlake menuju pusat kota.

"Perhatian! Satu fraksi dari tim tangkas dan aksi segera menuju lokasi suar. Bambang tolong pimpin pasukan yang menuju ke sana."

"Siap, Jenderal!"

Rombongan Komandan Bambang segera berbelok ke arah kanan ketika selesai melewati jembatan. Sementara sisanya berpencar ke segala arah dalam tim kecil.

***

Keadaan sekarang sudah mendukung bagi mereka untuk bertarung dengan kekuatan penuh. Dimulai dari Andre yang tanpa basa-basi langsung mengaktifkan kobaran api di seluruh tubuh.

Diikuti Ravi yang juga membesarkan tangan kanannya. Dia adalah seorang ras langit ukuran. Tangan kanannya mampu membesarkan materi ketika disentuh. Sementara tangan kirinya dapat mengecilkan benda saat disentuh.

Pria itu belum keluar juga setelah terpental ke dalam rumah olembah gelombang kejut milik Mayor Udi. Mereka mencoba menduga hal yang paling buruk. Tubuhnya hancur lebur? Tapi rasanya tidak mungkin. Mereka yakin penyusup ini bukan sembarang orang. Dia tidak mungkin mati terkena serangan remeh begitu. Pasti akan ada kejutan.

Benar saja, dari sela reruntuhan rumah yang hancur. Tangan magma panas menyembu keluar secepat mungkin mengarah ke tubuh Mayor Udi. Jarak mereka yang tidak terlalu jauh, hanya sekitar sembilan meter membuat Mayor Udi hampir terkesiap. Ia sempat menunduk lalu berlari mendekat setelah mengambil pedang milik Ravi yang telah membesar. Menyerang tanpa ragu, Mayor Udi langsung menyergap ketika tubuh sang penyusup keluar, ditopang tangan yang satunya lagi.

Kali ini ia menempelkan pedang raksasa tersebut dengan tenaga dalam dan dengan yakin ia mengayunkan pedang tersebut ke arah musuh.

Sang penyusup bergeming. Ia mengangkat satu tangan yang semula menyerang Mayor Udi, menaikkan suhu dan membuat serangan penuh keyakinan itu sirna.

Pedang raksasa buatan Ravi lonyot begitu saja.

Bahkan balutan tenaga dalam juga tidak mempan, Mayor Udi membatin.

Ia sekarang jatuh bebas dalam posisi terkecoh. Sementara musuh siap menampung tubuh bebas sang Mayor yang tak terlindung dengan serangan balasan.

Sang penyusup segera menjulurkan lengan kanan ke arah leher. Mayor Udi belum menyerah. Tanpa diduga, ia melempar dirinya menjauh menggunakan gelombang kejut. Mayor Udi terpental jauh dan jatuh tubuhnya sempat berguling-guling sebelum kembali seimbang. Dalam sekejap ia sudah membetulkan posisi jatuhnya yang salah.

Mayor Udi membuka mata dan melihat musuhnya tersebut sudah di depan mata. Sangat dekat, dengan tangan kanan sedikit lagi hampir menyentuh leher. Pria berkepala tiga itu tidak bisa mengelak lagi. Kedua anak baru yang sedari tadi melihat baru tersadar kalau mereka cuma menonton.  Di tengah kesadaran mereka yang lambat, dua pemuda ini baru memutuskan untuk berlari menolong setelah sang musuh berhasil menyusul saat sang Mayor jatuh terguling.

Musuh melirik dari balik topeng. Dalam sepersekian detik, ia menilai pergerakan mereka berdua akan menimbulkan masalah nanti. Oleh sebab itu ia membentuk gundukan magma lewat punggung belakang. Dinding muncul dan mengitari bagian belakang sang penyusup memaksa, kedua pemuda itu berlari memutar sehingga kalaupun sempat, mereka tetap terlambat menolong.

Tangan panas sang penyusup sedikit lagi mencengkram leher sang Mayor sebelum kilatan cahaya dari langit memotong tangan sang penyusup. Pria bertopeng itu mendongak, melihat ke atas. Namun sekejap, tubuh sang penyusup terlempar jauh oleh pukulan penuh kejutan listrik menghantam pipi bagian kanan.

Pria tinggi sedikit tegap muncul di hadapan Mayor Udi yang berdiri terperanga. Sang pria melirik ke belakang, melihat sekaligus mengejek Mayor Udi.

"Kalian baik-baik saja para manusia lemah?"

Dia adalah Jack Ordo, seorang senior satu divisi dengan Shira. Memiliki atasan mayor yang sama namun mempunyai sifat berbanding terbalik. Pria tak tahu sopan santun, brutal namun bisa diandalkan telah muncul. Jack si Ambisius.

ANDRE FOSKAS [TAMAT]Where stories live. Discover now