III. Hadiah

239 42 16
                                    

"Wah!  Kok bisa ketemu di sini?" mood Adel langsung naik begitu melihat teman lamanya.  David Kurniawan -biasa dipanggil Deka alias DK, kependekan dari nama lengkapnya- menatap lingkungan di sekitar mereka.

"Pindah dulu yuk, Del, nggak enak di sini,"

"Oh ya," Adel sadar diri karena toilet tengah ramai saat itu.  Mereka berjalan sampai di jalan utama dalam mall.

"Terakhir kamu di Amerika, kan?" tanya Adel to the point.  Deka mengangguk.  Teman yang satu UKM dengan Adel tersebut mendaftar ke program pertukaran mahasiswa selama satu tahun.

"Iya, aku barusan dateng tiga hari yang lalu."

"Udah berapa lama ya kita nggak ketemu?  Terakhir waktu kita ada proyek konser kampus Oktober dua tahun lalu gak sih?

"Iya!  Terus habis itu aku vakum dulu dari paduan suara soalnya sibuk siapin dokumen pertukaran," balas Deka.  Ia memperhatikan wajah Adel lekat-lekat.  "Kamu nggak berubah sama sekali ya?"

"Kamu juga," balas Adel.  "Tapi harusnya sekarang makin jago bahasa Inggris dong?  Hahaha."

"Sendirian aja, Del?" tanya Deka.  Adel langsung ingat bahwa ia datang ke mall bersama sang kekasih yang mungkin sekarang tengah menunggu keberadaannya untuk menyantap desert bersama-sama.

"Ya ampun, aku udah ditunggu.  Kita ngobrol lain kali ya!  Kita bakalan sering ketemu di kampus, 'kan?" Setelah melihat anggukan kepala Deka, Adel segera melambai sambil berjalan cepat meninggalkan Deka yang melihatnya kembali ke arah restoran ramen.

***

"Aku nungguin kamu," ujar Johan.  Dessert yang ia pesan masih utuh di atas meja, tidak tersentuh sedikitpun.

"Makasih," Adel duduk.

"Habis ini temenin aku lagi, ya?" pinta Johan.  Adel yang baru saja menyantap satu suap puding rasa matcha menatapnya bingung.

"Nggak buru-buru?  Bukannya nanti harus balik ke kantor lagi?"

"Nggak kok, hari Jumat 'kan cuma masuk setengah hari."

"Ah, iya juga."

Adel mengunyah kudapannya sambil merenung.  Kira-kira setelah lulus kuliah dia bisa tidak ya langsung dapat pekerjaan seperti kekasihnya?  Masalahnya skripsinya lumayan berbobot dan dia tidak punya waktu untuk ikut internship seperti Johan dulu.

***

Selesai makan, Johan mengajak gadis itu naik ke lantai atas.  Adel mengerutkan dahi begitu pria tersebut mengajaknya masuk ke toko mainan.

"Ngapain?"

"Beli hadiah," jawab Johan.  "Bantuin aku milih ya?"







I am waiting for the vote and comment!

N.B: Apa cuma owe di sini yang berpikir bahwa Jeonghan itu aura manly-nya jarang banget di-notice orang?  He is not entirely feminime :(


Sosok Johan/Jeonghan yang ada di bayanganku waktu menulis cerita ini adalah Jeonghan yang rambutnya panjang sebahu zaman-zaman 2015-2016'an kalo gasalah.  Panjang sampai bisa dikuncir satu gitu deh.  Tapi terserah pembaca mau membayangkan sosoknya seperti apa, hehehe.

Calon [Jeonghan Fanfiction]Where stories live. Discover now