X. Kerja sama

11 1 0
                                    

Pagi ini langit menangis.  Indonesia sudah masuk ke musim penghujan.  Akibat pergantian musim, banyak yang terserang flu, tidak terkecuali wanita super aktif seperti Adel.  Hari ini saja, di kampus banyak yang mengenakan masker.  Angin yang bertiup dinginnya menusuk tulang, dan orang-orang serempak menduga bahwa sore nanti akan turun hujan angin yang akan jauh lebih deras.

"Kelas ditiadakan, Pak Bejo sakit."

Pengumuman yang baru saja diucapkan oleh Hendra-ketua kelas di mata kuliah Pak Bejo- mengundang banyak reaksi.  Beberapa anak laki-laki langsung mengeluarkan sumpah serapah karena susah-susah hadir menerjang hujan dan rela baju mereka basah, tetapi tidak ada kelas.  Segerombolan perempuan bersorak senang dan langsung membuka wacana tentang jalan-jalan ke mall.

"Oh, sebentar guys.  Beliau ngasih tugas pengganti absensi.  Harus dikumpulkan hari ini sebelum jam 2 siang," ujar Hendra sambil mengangkat ponsel pintarnya tinggi-tinggi, memperlihatkan sekilas kepada seluruh teman-temannya mengenai Whatsapp yang baru saja ia terima.  Sontak terdengar erangan berjamaah.  Tugas dari dosen bertubuh tambun itu biasanya adalah tugas esai yang memakan waktu.

Selesai menuliskan soal di papan tulis, perlahan-lahan beberapa mahasiswa bangkit dari kursi mereka dan meninggalkan kelas.  Ada beberapa yang memilih tetap di kelas untuk mengerjakan tugas tersebut.  Adel sendiri berniat pindah ke perpustakaan kampus karena suasananya lebih hening, selain itu dia juga bisa langsung mencari buku referensi untuk penyokong jawaban tugasnya.  Ya, pak Bejo hobi sekali memberi tugas analisis.

Perpustakaan kampus adalah salah satu tempat favorit Adel.  Ia memiliki tempat langganan yang selalu ia tempat kala ia ingin belajar.  Ada sebuah cekungan kecil di tembok belakang rak-rak buku fakultas kedokteran.  Cekungan lumayan luas dan lantainya sudah tertutup karpet.  Biasanya ada beberapa bantal sofa yang diletakkan di tempat itu.  Namun entah mengapa, tempat tersebut jarang sekali dipakai pengunjung perpustakaan.  Mungkin karena tempatnya lesehan dan tidak tersedia meja.  Mahasiswa lain biasanya cuma datang dan mengambil bantal yang ada di situ untuk dibawa ke meja lain.

Setelah membuka laptop dan membuat rancangan kasar mengenai apa yang akan ia tulis, Adel segera bangkit dan berjalan menuju komputer katalog di tengah ruangan.

"Adel?"

Suara familiar tersebut membuat Adel berhenti mengetik dan menoleh.  "Deka!  Hai!"

"Nugas?" Pria yang memakai sweater tersebut melirik sekilas ke layar komputer di hadapan Adel.  "Gak ada kelas ya?"

Adel mengangguk.  "Iya, dosenku sakit."  Adel kembali memejamkan matanya, mengingat-ingat kembali judul buku yang hendak ia ketik.  "Kamu juga nugas di sini?"

"Enggak.  Aku lagi cari referensi buat konser akhir semester ini."  Deka tersenyum sambil menunjukkan buku yang ia bawa dengan bangga.  Adel tidak membaca judulnya dengan jelas, tapi ia bisa tahu bahwa itu adalah buku kumpulan lukisan-lukisan klasik Eropa.

"Oh!  Ah iya, UKM paduan suara denger-denger konsernya tema European classic ya?" Adel langsung bersemangat begitu ingat bahwa ia memiliki sesuatu untuk diantisipasi semester ini.

"Iya.  Kamu masih ikut kan?"  Deka bertanya balik padanya.

"Aku sudah bilang kalau per semester ini vakum dulu.  Skripsiku kuantitatif, jadi bakal makan banyak waktu buat ngumpulin data.  Sebetulnya masih mau ikut, sih..."

"Kalau nggak ikut nyanyi tapi bantu jadi bagian LO atau backstage mau gak?" tawaran dari David Kurniawan barusan membuat kedua mata Adel langsung dipenuhi binaran kebahagiaan.  Ia masih bisa menjadi bagian dari konser paduan suara seperti sebelumnya, tapi waktunya tidak akan terlalu tersita karena tidak perlu ikut latihan berkala.

"Wah, mau!" Secara tidak sadar, desibel suara Adel terlalu keras sehingga petugas perpustakaan yang ada di dekat mereka harus berdesis 'hush!' ke arah mereka sembari meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya.  Setelah menganggukkan kepala tanda minta maaf, Adel berbisik ke Deka.  "Tapi kok kamu nawarin?  Nanti aku tanya deh ke ketua pelaksana konser yang sekarang,"

"Kamu lagi ngomong sama ketuanya," timpal Deka santai.  Adel terdiam dengan ekspresi syok.

"Bukannya kamu juga lagi seangkatan sama aku Dek?  Gak sibuk?"

Dengan senyum ramahnya, Deka menggeleng.  "Enggak terlalu.  Kita emang waktu masuk seangkatan sih, tapi kan aku sempet ikut pertukaran.  Nggak semua mata kuliah di luar ternyata bisa disepadankan buat semester yang di Indo sini.  Jadi mau gak mau ya aku lulus setahun lebih lambat dari kamu, hehehe."

"Oh, I see..." Adel mengangguk.  "Eh, nanti kabari aku lagi aja ya Dek.  Aku ada deadline ngumpulin tugas esai jam dua nih," Adel segera mengambil kertas kosong yang ada di meja komputer dan mencatat alamat rak yang menyimpan buku yang ia cari.

"Oke, oke.  'Met ngerjain ya.  Kalo kamu udah, gantian aku mau pake komputernya," balas Deka.  Adel mengangguk, lantas melambai singkat sebelum berjalan menuju rak tujuannya.

Ah, kayaknya ini bakalan jadi kegiatan terakhirku di UKM kampus sebelum bener-bener fokus buat lulus, batin Adel dalam hatinya.



Siapa yang kangen ikut berbagai macam rapat dan kegiatan-kegiatan kampus?  Saya, wkwkwkwkwk.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 18 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Calon [Jeonghan Fanfiction]Where stories live. Discover now