2

320 29 45
                                    

Pandangan sialan itu terus tertuju kepadaku. Entah apa lagi yang sedang mereka bisikkan dan pikirkan

Sangat mengganggu dan membuatku tidak nyaman, tapi aku sudah terbiasa akan hal sialan yang satu ini

Satu kalimat : I dont give a fuck

Kampus terasa makin ramai saja, itu artinya semakin ramai juga manusia-manusia sok tau ini memperhatikan ku dengan pandangan tajam mereka

Sudah biasa

Jam menunjukkan pukul 3 sore, aku baru saja keluar dari kelas ku tadi. Mendapatkan pelajaran yang katanya penting tapi malah membuat otakku semakin pusing, bodoh

Aku tidak butuh pelajaran-pelajaran itu. Bukankah aku sudah banyak belajar dari kehidupan pahit ini?

Oh aku lupa, Ending ku belum selesai. Skenario Tuhan masih memutar-mutar padaku. Entah apa yang akan Tuhan lakukan padaku nanti

Ponselku berdering, ada satu pesan yang baru saja kuterima. Bernama 'mum' dengan isi pesan yang tidak terlalu panjang, tapi membosankan

Cepat pulang, Ayna. Mum tidak ingin kau pulang malam lagi. Aku sudah menyiapkan makanan untukmu malam ini. xx

Menyiapkan makanan untukku? Ya, hanya menyiapkan. Bukan Dia yang memasaknya. Ibuku mana ada waktu untuk masak? Terlalu sibuk dengan pekerjaannya itu sampai terkadang aku rasa Dia lupa kalau Dia punya anak bernama Ayna Helena Christabelle

"Ayna!!" suara serak itu memanggilku dari arah barat. Kupilih untuk tidak menoleh dan fokus dengan buku kecil ku ini, "Ayna!" panggilnya lagi. Sungguh sangat mengganggu daripada tatapan sinis dari manusia-manusia sok tau yang berkeliaran dikampus ini

"Ayna! Dari tadi aku memanggilmu, bodoh!" kulirik sedikit perempuan berambut pirang ini dan kembali fokus ke buku kecilku, "Ayna! Aku sedang berbicara padamu" tambahnya lagi

"ya" jawabku singkat sambil menulis beberapa kalimat dibuku kecil itu,"apa akan terus seperti ini?" tanyanya lalu memilih duduk disamping ku. Dengan cepat, langsung kututup bukuku ini. Jangan sampai Dia menyentuhnya atau bahkan membaca buku ini

"seperti bagaimana maksudmu, Charlotte?" tanyaku cuek sambil memasukkan buku kedalam tas hitam milikku

Dia terdiam sejenak, bisa kulirik kalau Dia sedang melihat kearah buku kecilku ini. Oh tidak,"kau selalu membawa buku kecil itu, ada apasih?" tanyanya,"dan kau selalu menghindarkan buku itu dariku, Noura dan Ashley. Kenapa?" tambahnya lagi

Ini yang aku tidak suka dari Charlotte, banyak pertanyaan yang selalu Dia lontarkan, "tidak ada apa-apa. Aku hanya menulis kata-kata saja yang mungkin dapat me-motivasi seseorang" aku memilih tersenyum pada Charlotte. Tidakkah kau lihat senyum palsu yang kubuat? Itulah talenta ku, pandai membuatnya menjadi baik-baik saja. Biarkan yang didalam teriak menangis-nangis, setidaknya hanya aku yang merasakannya

"kau baik-baik saja? Bagaimana komunikasi mu dan ibumu? Apakah sudah.. Um.. Membaik?" tanya Charlotte. Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja tidak,"tentu saja. Ibuku baru saja mengirim pesan kalau Dia sudah menyiapkan makan malam untukku" jawabku dengan berbohong. Biarlah aku jadi pembohong

Kulihat Charlotte memandangiku dengan sangat penasaran,"kau sedang tidak berbohong, kan? Baru tadi pagi kau bertengkar dengan ibumu, dan sekarang kalian sudah akur lagi?" akur? Bodoh. Aku tidak pernah akur dengan perempuan berumur 37 tahun ini. Tidak pernah,"ya, itulah lucunya seorang ibu dan anak" jawabku

Kau tau, tidak? Itu sakit saat kau harus berbohong tentang kebahagiaan yang bahkan tidak pernah kau rasakan. Tapi,tidak masalah. Bukankah aku sudah terbiasa?

"sudah sore, lebih baik pulang saja. Kau ingin pulang denganku?" tanya Charlotte, aku menggeleng pelan, "tidak, aku masih ingin disini saja"

Charlotte memperhatikan manusia-manusia sok tau disekelilingnya yang memberi tatapan sinis kearah kami, "ada apa kau melihatku dengan Ayna sampai seperti itu? Punya masalah? Coba jelaskan" pinta Charlotte pada salah satu dari mereka. Yang ditanya hanya diam sambil senyum merasa tidak ada masalah, bodoh,"loser" bisikku

CRYING IN THE CLUBWhere stories live. Discover now