Chap. 14

7.8K 903 234
                                    


"Aku masih demam, mama menyuruhku untuk menginap di rumahmu. Apa aku boleh masuk?"

Jeno menahan dirinya untuk tidak melepas ekspresinya saat itu.

Nervous, takut, senang, sedih, dan juga khawatir.

Jeno hanya mengangguk dan menggandeng tangan kecil itu masuk ke dalam rumahnya, dan menutup pintunya.

Rasanya suara debaran hati Jeno sangat keras. Sudah lama sekali ia tidak menggandeng tangan lembut dan kecil itu.

Jeno membawa Jaemin ke kamarnya.

Dalam perjalanannya, jeno mati-matian menahan rasa gugupnya.

Jeno rasa, Jaemin bisa mendengar suara debarannya.

Sesampainya di kamar, Jeno membalikkan badannya, menghadap Jaemin.

Lelaki yang lebih mungil itu ternyata sedang tersenyum padanya.

Senyuman simpel.

Namun sanggup membuat dunia Jeno jungkir balik.

Sudah lama sekali bagi Jeno tidak melihat senyuman indah itu dari jarak sedekat ini.

Jeno memberanikan diri untuk menaruh tangannya pada dahi Jaemin.

"Panas, kamu demam lagi," katanya gugup.

Kemarin Jaemin sakit. Ini wajar saja. Ditambah dia baru saja menghabiskan beberapa gelas milkshake dan juga ice cream ketika menemui Renjun sebelum kesini.

"Aku...Aku tidak apa-apa kok," balas Jaemin. Diam-diam pipinya jadi semakin panas karena tangan jeno yang menempel di dahinya.

Jadi Na Jaemin, sebenarnya kamu ini panas karena demam atau karena sedang bersama Jeno huh?

"Kau harus mandi dulu, kau akan masuk angin jika seperti ini terus, mandilah, aku akan menyiapkan baju dan obat."

Jaemin hanya mengangguk, melangkahkan kakinya perlahan menuju kamar mandi Jeno.

Jeno yang hampir melangkah keluar, berbalik badan lagi ketika lelaki satunya memanggil.

"Jeno?"

Deg.

Padahal hanya dipanggil nama saja.

Kenapa jantung jeno seperti hendak keluar?

"Y..a?"

"Aku pakai handuk siapa?"

Jeno berusaha menetralisir jantungnya.

"Ada handukku di dalam," kata Jeno menstabilkan suaranua agar tidak gagap.

Jaemin mengangguk, lalu masuk ke dalam kamar mandi itu.

Jeno langsung menghela napas saat terdengar bunyi suara pintu terkunci.

Wajahnya langsung memerah.

'Kenapa jaemin manis sekali hanya dengan memanggilku?' tanya Jeno dalam hati.

Gila, pikirnya. Baru kemarin mereka perang dingin, berjauh-jauhan, dan juga saling memendam pikiran negatif.

Namun kali ini? Semuanya terasa seperti biasa. Sangat natural. Seperti tidak terjadi apa-apa.

Jeno tersadar dari lamunannya.

Ia harus menyiapkan piyama miliknya yang sering dipakai Jaemin kalau menginap di rumahnya.

Jeno juga mencari-cari obat demam di kamar kakaknya dan ketemu.

Lalu Jeno turun ke lantai bawah, mengecek dapur, dan menemukan satu sup instan yang bisa ia buat.

Aku Ini Siapamu? It's Jeno x Jaemin (completed)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora