Chap. 15.5

7.2K 771 55
                                    


"Kamu ngambek nih Jaem?"

"Nggak tahu! Menurutmu?!" Jaemin jadi makin kesal.

"Sini deh, aku cium lagi."

Jeno menarik Jaemin ke pangkuannya.

Jaemin kaget, sejak kapan Jeno jadi sekuat itu bisa mengangkat Jaemin dengan ringannya?

"W-waaa!" Jaemin spontan kaget karena diangkat begitu oleh Jeno ke pangkuannya.

Kini posisi Jaemin terduduk di atas kedua paha Jeno. Dengan tangannya menahan beban tubuhnya di dada Jeno.

Posisi ini persis seperti disaat Jeno memangku Renjun di UKS waktu itu.

"Kamu mau menggodaku?" Jaemin malu sendiri dengan posisinya, "Waktu itu kamu juga menggoda Renjun dengan cara seperti ini kan?!"

Bukannya merespon pertanyaan Jaemin, Jeno malah sibuk menyamankan posisi Jaemin di pangkuannya.

"Kamu jadi agak berat ya Jaem?" tanya Jeno iseng. Lucu melihat wajah Jaemin yang merah dan panik itu.

"A-apa?! A..aduduh Jeno turunkan aku dong..!" Jaemin masih malu dengan posisinya.

"Hm? Kenapa? Tidak mau ah," Jeno smirk dan Jaemin melihatnya.

Uh-oh. Pikiran Jaemin sudah kemana-mana. Apa yang akan terjadi setelah ini pikirnya. Dia bahkan tidak bisa turun dari pangkuan Jeno.

Tangan Jeno benar-benar mengunci pergerakan Jaemin.

Tangan Jeno kuat sekali mencengkram pinggul Jaemin. Dan hal itu juga entah kenapa membuatnya sangat panas. Jaemin tidak tahu sejak kapan Jeno jadi sekuat ini.

"Jaem.."

Spontan yang dipanggil langsung menatap wajah yang memanggilnya.

Jaemin sendiri tidak bisa mengartikan wajah Jeno. Kenapa menatap tajam begitu? Dan uh-oh Jaemin tau apa yang terjadi selanjutnya ketika Jeno mulai menutup matanya perlahan dan menipiskan jarak diantara mereka.

"A...AH! STOPP JENO!" Jaemin menutup bibir Jeno dengan tangan kanannya.

Jeno yang ditutup mulutnya hanya bisa tertawa geli.

Jaemin yang malu-malu begitu lucu pikirnya.

"Kenapa di-stop? Aku tidak boleh menciummu lagi?" tanya Jeno dibuat-buat.

"Bu...bukan! E..eh iya!" Jaemin jadi salah tingkah sendiri. "Aduh tapi kenapa kamu memangkuku begini?? Apa tidak berat?"

Jeno menggeleng, "Ani, tapi iya sih kamu lebih berat dari Renjun."

Jaemin mendengus.

"Tuh kan!!!! Kamu masih bawa-bawa Renjun!!"

Jeno tidak bisa menahan senyumannya, "Tadi kamu duluan yang nyebut nama dia, sayang."

Jaemin cuma bisa diam dan cemberut. Tapi matanya masih bertemu dengan Jeno.

Dan tiba-tiba....

CTTTAAAAAAAAARRRRRRR!!!!!

"AAAAAAAAAAAA!!!"

Petir di luar sana menyambar kencang sekali.

Dan hal itu sanggup membuat Jaemin loncat memeluk Jeno dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang Jeno.

"Hiks, eommaaa!!" Jaemin tanpa sadar meneteskan air matanya.

Sudah refleks seperti itu.

Jeno jadi kasihan melihat Jaemin yang ketakutan. Hujan di luar semakin lebat. Mungkin akan awet sampai pagi.

"Jaemin.."

"Hiks! Aku takut Jen..!!"

Jeno mengelus sayang pundak Jaemin dan sesekali mengecup pucuk rambut Jaemin yang berada di depan lehernya.

"Tidak apa-apa Jaemin. Aku akan disini terus bersamamu. Kamu nggak akan sendirian kok.."

Keduanya terdiam dalam posisi seperti itu.

Sampai akhirnya tangisan Jaemin reda.

Jaemin bangun dari pelukannya sambil mengucek matanya.

Jeno tersenyum melihat Jaemin yang sudah tidak ketakutan lagi.

"Hei. Sayang, sini," Jeno menempelkan dahi Jaemin yang si empunya masih sesegukan dengan dahinya.

"Aku akan selalu di sampingmu, sampai kapanpun itu, jadi jangan takut ya? Aku tidak akan pergi kok."

Jaemin mengangguk.

"Hey, lihat sini sayang," Jeno membuat Jaemin menatap matanya dari jarak yang sedekat itu.

"Bagaimana caranya agar kamu tidak menangis lagi?" Jeno mengelus pipi Jaemin dengan sayang.

Jaemin hanya bisa mengerjapkan matanya. Masih sesak karena tangisannya tadi.

Tiba-tiba Jeno mengecup singkat bibir Jaemin yang memerah karena menangis tadi.

Jaemin kaget.

Setelah Jeno melepas kecupan singkat itu, Jaemin terlihat tidak sesegukan lagi.

"Oh? Berhasil?" tanya Jeno tersenyum lembut.

Jaemin jadi ikut-ikutan tersenyum. Jeno lucu sekali.

Tapi.... "Hiks."

Sesegukan Jaemin keluar lagi.

"Cium lagi ya? Biar berhenti?" tanya Jeno  tersenyum usil. Jaemin memukul pelan bahu Jeno.

Mengerecutkan bibirnya, tapi mengangguk, memperbolehkan Jeno untuk mengecupnya lagi.

Dan begitulah.

Jeno mengecup berkali-kali bibir Jaemin. Berharap agar Jaemin berhenti menangis dan menghentikan rasa sesaknya. Jaemin juga hanya menerima saja.

Rasanya terlalu manis.

Kecupan ringan Jeno itu singkat, namun membuat hati Jaemin tenang.

Sampai disuatu ketika, Jeno beralih untuk melumat bibir Jaemin yang menggoda itu. Jeno tidak tahan. Rasanya ia ingin terus menerus melakukan hal yang lebih.

Kecupan-kecupan manis itu berganti menjadi lumatan-lumatan yang lebih cepat, dan kasar. Entah sejak kapan seperti itu.

Jaemin juga. Ia tidak menolak sama sekali disaat Jeno malah semakin melakukan hal yang macam-macam padanya.

Misalnya, disaat Jeno menggigit bibir Jaemin sehingga Jaemin mengeluarkan suara tidak senonoh yang membuat Jeno semakin kehilangan kendali.

"Nnhh~ Jennh~"

Oke. Salahkan Jaemin karena dengan lancangnya membuat Jeno jadi tidak bisa menahan suatu gejolak di dalam tubuhnya.

Dan entah sejak kapan Jeno mencengkram pinggul Jaemin sekuat itu dan juga entah sejak kapan Jaemin mencengkram kedua lengan Jeno setegang itu.

Keduanya tahu, mereka sama-sama ingin 'sesuatu' yang lebih.

Jeno melepaskan ciuman panas itu.

Menatap Jaemin yang terengah-engah dengan bibir yang membengkak karena tadi digigit olehnya.

Jeno bisa melihat perubahan sorot mata Jaemin. Dia menginginkan sesuatu. Dan dia yakin Jaemin merasakan apa yang dia rasa.

"Hei Jaem. Mau lakukan yang lebih?"

Dan entah setan darimana, Jaemin malah mengangguk.

- tbc?


































































Astaga aku tidak pro dalam hal beginian (-///-)

Aku Ini Siapamu? It's Jeno x Jaemin (completed)Where stories live. Discover now