Before(2): His Pieces

236K 20.7K 925
                                    

Ada rindu yang akan segera menjadi candu. Karena kita tahu, semesta tak izinkan bertemu sementara waktu.

Keya tidak ingin munafik manakala mengingat kejadian sore kamarin. Saat...ya, ketika Jiver menciumnya untuk pertama kali. Jantung Keya rasanya lebur, ia tidak tahu mengapa ada perasaan meletup-letup yang sulit didiskripsikan saat berada dalam situasi seperti itu bersama Jiver.

Orang bilang kalau manusia merasakan perasaan meletup-letup dan deg degan di samping seorang pria, yang sudah dekat dengannya, berarti ia sedang jatuh cinta. Keya mengerang frustrasi, ia tidak sepenuhnya paham definisi cinta, tapi, kalau benar gejalanya seperti itu, berarti ia telah benar-benar jatuh cinta pada Jiver.

"Kamu kenapa?"

Pertanyaan Jiver membuatnya terperanjat, Keya menghilangkan lamunanya seketika, kala ia melihat Jiver sudah rapi dengan kaus panjang dan celana jeans yang ia kenakan.

"Nggak kok. Berangkat sekarang?"
"Ya. Ayo," ucap Jiver.

Ia berjalan terlebih dahulu tanpa menunggu Keya, membuat gadis itu mendengus. Mana Jiver yang sore kemarin bersikap manis? Seharusnya kan Keya menggandeng tangannya, bukan meninggalkan dirinya.

"Mau kemana sih?"
"Nanti juga kamu tahu."

Keya memanyunkan bibirnya, tak lagi bertanya pada Jiver. Sejak kejadian sore kemarin, Keya lebih banyak diam ketika Jiver mengajaknya bicara. Oke dia masih malu, dan itu fakta.

Motor Jiver berhenti di sebuah tempat wisata. Farm House Lembang di deerah Cihideung, salah satu tempat yang belum pernah Keya kunjungi. Jelas saja, Keya jarang ke Bandung, ia lebih sering berkunjung ke Mojokerto, kampung halaman mamanya, daripada mengunjungi daerah di sekitar ibu kota. Keya si anak rumahan, ia sebal kalau mengingat fakta itu.

"Ayo," ajak Jiver sambil melepas helm Keya, membuat wajah Keya memanas.

Mereka membeli tiket terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam farm house, hari masih cukup pagi dan bukan akhir pekan membuat farm house belum begitu ramai. Ya, keuntungan sendiri untuk mereka di liburan pertama mereka sebelum dipisahkan oleh jarak.

Mereka menghabiskan waktu di tempat itu cukup lama, mulai dari melihat peternakan bergaya Eropa yang menjadi main view, juga rumah ala hobbit sampai mengunjungi gembok cinta, bersama segelas susu hasil penukaran tiket yang tadi dibeli oleh Jiver.

"Kamu mau ikutan nulis di situ?"

Jiver menunjuk deretan gembok yang terpasang di sana. Keya berpikir sejenak, katanya kalau memasang gembok atas nama pasangan, hubungan mereka bisa awet. Mungkin itu hanya mitos, tapi apa salahnya mencoba?

"Boleh."
"Oke, aku bayar dulu," ucap Jiver, Keya mengangguk lalu kembali menyeruput susunya yang belum tandas.
"Kamu minum aja biar aku yang nulis."
"Hmm," gumam Keya.

Keya mengintip apa yang Jiver tulis di gembok itu. 'JivKe seumur hidup'. Keya terkikik melihat apa yang Jiver tulis di sana.

"Kamu bisa alay ya haha. Kirain mantan Pres BEM yang fansnya bejubel di kampus nggak bisa alay."
"Ya, aku kan manusia biasa, Key. Wajar alay."
"Terus kenapa seumur hidup? Nggak selamanya?"
"Kata Fiersa Besari selamanya itu lama, jadi ya seumur hidup. Kan kita nggak tahu selamanya itu sampai kapan."

Keya terbahak, membuat Jiver ikut tersenyum, ide untuk mengajak Keya liburan tidak buruk juga. Ya, setelah ia bertarung dengan skripsinya yang penuh dengan hitung-hitungan angka, dan penelitian kausalitas sebab akibat yang membuatnya nyaris tidak bisa tidur setiap harinya, pada akhirnya ia bisa melepas penat bersama gadis itu, istrinya.

So I Married A SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang