18_Kita

4.1K 616 13
                                    

"Apa ini?" Yerim memungut dua foto yang terselip di buku lama miliknya. Senyum menghiasi wajah tatkala ia memandang seorang gadis kecil dengan rambut kuncir dua, berpipi bulat, duduk bersebelahan dengan bocah lelaki yang tampak cemberut.

"Kiyowo!"

..

Yerim menatap jendela ruang kerjanya, hampir dua minggu dia tidak bersua dengan Pemuda Jeon. Inginnya sih bermanja seperti kekasih di dalam drama lewat telepon, tapi Yerim tidak pandai merajuk. Yang dia kuasai hanya satu, stay cool di hadapan sang kekasih.

Dret! Sebuah pesan masuk di ponselnya.

Aku jemput malam ini.

Gadis Kim tersenyum kecil. Ah, Jungkooknya telah kembali rupanya.

..

"Bawa apa?" Yerim membuka tas oleh-oleh pemberian Jungkook.

"Aku bawa sesuatu yang sangat penting, Rim."

"Apa itu?"

"Ini, kalkulator!" Jungkook memamerkan benda kotak itu seperti host dalam acara kuis di televisi.

Nah, kan! Yerim jadi malas. Kekasihnya ini memang tidak bisa ditebak jalan pikirannya.

"Dengarkan aku dulu. Kali ini kita memerlukan kalkulator, Rimie sayang."

"Untuk?"

"Menghitung."

Yerim melipat kedua tangannya, heran. Mau hitung-hitungan biaya oleh-oleh atau apa?

Jungkook tahu Yerim tidak sedang memperhatikannya sungguh-sungguh. Tapi mata gadis itu tidak bisa dibohongi. Penasaran dengan ulahnya.

"Aku telah mengenalmu selama tujuh belas tahun lebih, ini berarti.." Jungkook sibuk memencet tombol kalkulator.

"Lihat, aku telah bersamamu selama enam ribu dua ratus lima puluh lima hari hingga hari ini, daebak!"

Hening.

Yerim tersentuh, sumpah. Yang dia lakukan hanya diam menatap Jungkook.

"Rim? Halo?" Telapak tangan dikibaskan di depan wajah Yerim. Salah lagi, ya? Benak Jungkook.

Perlahan, Yerim memajukan tubuh, kedua tangannya disisipkan pada pinggang Jungkook.

Loh, aku dipeluk?

Jungkook ragu, tapi ia tersenyum setelahnya. Ah, Yerimnya merasakan ketulusannya rupanya.

"Terima kasih telah bersamaku selama itu, oppa!"

MignonneWhere stories live. Discover now