2 - Decker

45.1K 2.3K 22
                                    

Orang-orang selalu berkata bahwa menyenangkan rasanya jika kau memiliki seorang adik perempuan - entah itu adik kandung ataupun adik tiri, tidak benar-benar ada bedanya. Menjadi kakak laki-laki adalah perasaan paling menyenangkan sekaligus membanggakan.

Itu - kata-kata orang-orang.

Kataku?

Menyebalkan.

Oke, aku bukan tipe pria picik yang tidak suka melihat ayahku bahagia. Ketika pria tua itu mengutarakan keinginannya untuk menikah lagi setelah menduda sekian lama, aku turut senang untuknya. Bahkan, aku mendukungnya.

Yeah, pope. You should get married, you don't wanna die alone, do you?

Aku rasa ayahku tidak akan bisa lagi menemukan anak yang lebih suportif daripadaku. Kenyataan bahwa dia menikah dengan wanita yang jauh lebih muda - seorang janda miskin yang memiliki seorang anak - tidak menyurutkan dukunganku. Bahkan ketika aku mengetahui bahwa aku akan memiliki seorang adik perempuan, aku cukup antusias. Saat itu, aku masih percaya pada kata orang-orang.

Tapi, dengan cepat aku menyadari bahwa aku salah.

Candice - yah, itu nama adik tiriku. Bahkan namanya saja terdengar menyebalkan. Anak perempuan itu bukan lagi anak perempuan. Segala bayangan yang ada di dalam otakku menghilang - karakter manis, imut dan sedikit manja khas anak-anak perempuan tak sedikitpun kudapati dalam diri Candice. Adik tiriku adalah seorang gadis muda yang tumbuh terlalu cepat melewati usianya dan sialnya lagi... dia benar-benar cantik, tipeku.

Sial! Aku terdengar begitu rendah karena menginginkan adik perempuanku sendiri. Bisakah kau membayangkan itu? I want to fuck my own sister - even though step sister - she's still my little sister.

Apa yang harus kulakukan? Aku ingin tertawa keras mendengar nada putus asa dalam diriku. Apa yang harus kulakukan? Tentu saja, aku harus mengontrol diriku sendiri. Dan tidak ada seorangpun yang tahu betapa sulitnya bagiku untuk melakukan hal itu. Tidak ada seorangpun yang tahu bahwa aku menderita karena keinginan terlarangku.

Aku menginginkan adik tiriku. Dan aku tidak bisa memilikinya. Itulah bagian yang paling menyakitkan. Dan kenyataan itu mengubahku.

Maaf, tapi aku tidak bisa lagi menatap ibu tiriku dengan cara yang sama atau menerimanya dengan tangan terbuka. Seandainya dia tidak menikah dengan ayahku. Itu yang selalu kukatakan pada diriku sendiri. Aku tidak bisa membenci ayahku, jadi aku mengalihkan kemarahanku pada wanita itu. Jika aku memperlakukan ibu tiriku dengan tidak ramah, maka Candice mendapatkan yang lebih buruk lagi. Alih-alih mendapatkan seorang kakak tiri yang protektif, aku sepertinya berubah menjadi mimpi buruknya. Dan semakin lama waktu berlalu, aku menjadi lebih kejam dari sebelumnya. Ketika gadis itu tumbuh semakin matang, aku harus berusaha lebih keras untuk menjauhkan tanganku dariku. Candice tidak tahu betapa tersiksanya aku. Dari semua orang, aku rasa dialah orang yang paling aku benci. Aku benci pada pengaruh yang ditimbulkannya padaku, aku benci pada gairah yang aku miliki untuknya. Pendek kata, aku adalah kakak tiri terburuk yang bisa dimiliki oleh seorang adik perempuan.

Terkadang, aku merasa begitu muak pada diriku sendiri karena memiliki pikiran yang begitu menjijikkan. Fantasi-fantasi kotor yang melibatkan adik tiriku di dalamnya. Aku membayangkan mencium bibirnya, melilitkan jemariku di rambut pirangnya yang indah, mengelus wajahnya yang halus lalu fantasiku mulai menjadi tidak terkontrol. Aku mulai membayangkan Candice telanjang, kulitnya yang mulus berada di atas seprai gelapku, tanganku menelusuri tubuhnya sementara mulutku berada di dadanya, mencecap payudaranya yang montok dengan puting yang membengkak karena godaan lidahku. Lalu, aku bergerak di antara kedua kakinya, mengubur kepalaku dan membenamkan lidahku jauh di dalam tubuhnya. Candice terasa sempurna, manis seperti madu dan harum seperti mawar. Aku tahu dia akan terasa lebih sempurna jika aku memasukinya, aku akan bergerak menungganginya, dengan liar dan brutal, di antara jeritannya yang memekakkan telinga. Dan fantasiku selalu berakhir dengan aku membasahi telapakku sendiri.

Fuck! Fuck her!

Tapi, ada yang lebih buruk lagi. Bahkan, aku sebenarnya tidak suka mengingat-ingat. Namun, ketika Candice tumbuh semakin besar dan keinginan di dalam diriku semakin sulit dibendung, aku melakukan hal yang sepertinya tak termaafkan - oleh diriku sendiri. Tapi, apa yang bisa kukatakan? Hidup bersama dan melihat gadis itu tumbuh sudah menjadi siksaan tersendiri bagiku. Tidak hanya itu, aku rupanya juga dipaksa untuk melihat Candice bersama pria lain. Reaksiku tentu saja mematahkan batang leher pria ingusan yang digandeng adik tiriku tapi bukankah itu tidak pantas? Jadi, lagi-lagi aku harus mundur menjauh dan berkutat dengan kemarahanku di salah satu sudut yang gelap, di mana tidak ada seorangpun menyadarinya.

Jadi, aku berpikir untuk menghukum Candice. Aku akan membiarkan dia menyadari apa yang dilewatkannya, apa yang tidak bisa dimilikinya, apa yang sebenarnya bisa kami dapatkan jika saja ibunya yang tolol itu tidak menikahi ayahku. Musim panas itu adalah musim panas yang paling mendebarkan sekaligus yang paling memalukan. Aku masih mengingat semuanya dengan jelas - kecuali wanita yang kubawa ke dalam kamar Candice malam itu. Aku tahu persis adik tiriku yang nakal itu mengintip dari balik pintu dan ketika dia berpikir aku menikmati apa yang dilakukan oleh mulut wanita itu, Candice tidak tahu bahwa yang membuatku bergairah adalah pengetahuan bahwa dia melihat semuanya. Ketika aku membawa wanita itu ke pantai dan melampiaskan gairahku, tidak ada yang tahu bahwa yang kupikirkan adalah Candice.

Candice adalah racun.

Sejak saat itu, aku menyadari bahwa Candice tidak pernah lagi berani menatap ke dalam mataku dan menggunakan seribu satu alasan hanya supaya bisa menghindariku. Seharusnya, itu merupakan kabar baik. Tapi, gadis itu tidak tahu bahwa dia menyakitiku lebih dalam dengan sikapnya tersebut.

Aku benar, Candice memang racun. Dia bisa membunuhku dengan mudah. Dan aku sama sekali tidak tahu bagaimana harus menghadapinya. Tapi, dia masih adik tiriku, jadi aku harus melindunginya - bahkan dari diriku sendiri.

Ketika ayahku meninggal, satu-satunya alasan yang membuatku mendepak mereka berdua keluar dari rumah adalah untuk menyelamatkan kami berdua. Aku harus mencari cara untuk menghentikan keinginan terlarangku untuk memiliki Candice dan memberi adik tiriku itu kesempatan untuk mengejar apa yang diinginkannya, terlepas dari kungkungan Morris dan aku. Namun, rupanya aku tidak pernah benar-benar melepaskan Candice. Jika tidak, aku pasti akan mengucurkan dana bulanan kepada ibu tiriku. Aku selalu tahu, Mary-Ann bukan seorang wanita yang pandai mengelola keuangan dan nafsu belanja wanita itu sangat sulit dikendalikan setelah dia mencecapi rasanya menjadi Mrs. Morris.

Aku selalu tahu, Candice akan kembali. Gadis itu tidak akan memiliki pilihan selain kembali kepada kakak tirinya. Ketika pintu itu terbuka, aku merasa seperti remaja tolol yang berdebar-debar menunggu teman kencan pertamaku. Akan seperti apakah Candice setelah satu tahun berlalu?

_______________________________________________________________________

Jangan lupa vote dan komentarnya ya. Tengkiu

S.Desiree

Stepbrother Lil' PetWhere stories live. Discover now