9 - Candice

46.2K 1.9K 19
                                    

God! He tastes so good.

Aku merapatkan tubuh dan bergelayut pada pria itu ketika aku menekankan bibirku ke mulutnya. Aku merasakan lengan-lengan Decker memelukku ketika dia membalas ciumanku. Payudaraku yang membengkak menekan dadanya keras dan aku bisa merasakan ereksinya yang keras menekan balik bagian bawah tubuhku yang sedang berdenyut cepat.

Oh Tuhan, aku menginginkan Decker. Mungkin sebesar pria itu menginginkanku. Atau bahkan lebih besar lagi. Sial! Tapi, rasanya melegakan ketika mengakui kenyataan itu pada diriku sendiri. Hanya malam ini saja, aku akan membiarkan diriku menganggap Decker bukanlah siapa-siapa melainkan seorang pria dan aku hanyalah seorang wanita – hanya sepasang pria dan wanita yang sudah sangat lama saling menginginkan.

Aku melumat bibir Decker yang tegas dan nikmat, bibir yang sering aku bayangkan menyusuri setiap inci kulit tubuhku yang meremang panas mendambakan mulutnya. Kurasakan Decker mencengkeram rambutku keras, menyentaknya kuat dan aku membuka bibir patuh, membiarkan pria itu mendongakkanku sehingga dia bisa lebih bebas memasukkan lidahnya yang panjang ke dalam mulutku.

Lenganku mengejang dan cengkeramanku pada sekeliling tengkuknya mengetat ketika aku merasakan Decker mengangkat tubuhku. Teriakan kagetku teredam oleh mulut panasnya yang sedang menguasai diriku dan kami mendarat di sofa dengan tubuh kuat Decker menindihku lekat-lekat. Aku terengah ke dalam mulutnya ketika Decker mulai memisahkan kedua kakiku dan menekankan penisnya yang keras ke tengah tubuhku, menggesek vaginaku yang terbalut kain, menimbulkan getaran yang menyengat dan menyebar ke seluruh tulang-tulangku.

Aku bernapas keras ke dalam mulutnya, jantungku memukul begitu keras dan ketika tangan pria itu bergerak turun untuk menyibak ujung gaunku dan mencari jalannya menuju klitorisku, lalu dia mulai menyentuh halus melewati celana berenda tipis yang sengaja kupilih dengan hati-hati sebelum datang ke sini.

Aku mendesis nikmat dan kakiku bergerak lebih lebar tanpa aku bisa mencegahnya. Saat ini, aku tidak lagi peduli apa pendapat Decker tentangku. Ketika Decker mengangkat bibirnya menjauh sehingga dia bisa menatapku, aku melepaskan desahanku – sebagian karena tarian yang dilakukan jemarinya di atas celana dalamku, sebagian lagi karena dia mengomentari betapa bengkaknya klitorisku yang sedang terangsang hebat.

"Candy, do you know how fucking wet you are right now?" bisiknya parau.

Sebagai jawabanya, aku hanya bisa memperdengarkan erangan. Otakku sedang kacau, aliran darah ke bagian itu tersendat dan aku tidak bisa lagi berpikir jernih. Yang aku inginkan hanyalah Decker, mulutnya, tangan pria itu dan tubuhnya yang luar biasa indah. Aku menjulurkan tangan dan menarik kepala Decker merapat, membiarkan pria itu menggigit bibir bawahku dengan keras dan mengirimkan gelenyar nikmat lainnya langsung ke titik tubuhku yang terbangun lapar.

"I want to feel your cock."

"Apakah kata-kata itu benar-benar keluar dari bibirmu, Candy?"

"Yes."

Aku menjerit pelan ketika Decker menggigit bibirku keras, menciptakan rasa sakit ringan yang berbaur nikmat dengan ketegangan yang membalut tubuhku. Rasa sakit yang nyaris menyerupai ekstasi yang membuatku ketagihan. "Then you shall have it."

Yes, oh yes...

"But I want to see you naked first."

Ucapan itu mengirimakan gelombang nikmat lain. Yah, aku juga menginginkannya. Aku ingin terekspos di bawah Decker, membiarkan mata pria itu melahapku hidup-hidup, mengizinkan mulut dan tangannya meninggalkan bekas ke atas kulitku. Aku sama sekali tidak memprotes ketika jari-jemari pria itu bergerak ke belakang gaunku, menurunkan risleting lalu mulai menurunkan gaunku melewati bahu. Sedikit yang menganggu ketika mataku menangkap lembaran cek yang diselipkan Decker di sana tetapi ketika pria itu dengan cepat menyingkirkannya, aku memutuskan untuk memikirkan segala konsekuensi perbuatanku besok pagi. Tapi, tidak malam ini.

Definitely not tonight.

Tidak ketika Decker mulai menurunkan tali bra-ku, membebaskan kedua bulatan payudaraku yang penuh dan besar, mengekspos kedua putingku yang lebar dan membengkak merah, yang seakan-akan sedang menjeritkan permohonan agar Decker mulai menempelkan bibirnya di sana.

Aku bergerak pelan, menggeser tubuhku dan mengangkat punggungku pelan seolah ingin mempersembahkan keduanya pada Decker. Mataku dilumuri permohonan dan mimpi-mimpi yang selama ini tersimpan rapat di dalam imajinasi terdalamku.

Rasanya seperti berjuta tahun hingga Decker mengabulkan hal tersebut. Aku berbaring di bawahnya, napasku bergetar berat ketika tatapan kami bertemu sekilas. Tangan-tangan Decker mulai membelai, begerak pelan melewati perutku dan berhenti di bawah kedua lekukan payudaraku. Napas Decker yang panas dan berat kini terasa begitu dekat di atas kulitku yang membara. Aku kembali mengangkat tubuhku tetapi Decker hanya meremasku pelan, mengangkat kedua lekukan penuh itu dari bawah dan mendorongnya untuk menyatu, meremas kembali dan menjatuhkan kedua bongkohan berat itu.

"Oh, Decker... please..."

Mata Decker melekat di putingku, aku bisa merasakannya, bagaimana kedua puncak itu mengeras seketika.

"Kau memiliki puting besar yang merona, Candy."

Demi Tuhan. Haruskah aku tersipu malu sekarang? Tapi, aku memang merona malu. "Apa kau tidak suka?" tanyaku goyah.

Really? I can't believe I asked it.

"Kau pasti bercanda," kilat itu singgah di mataku sejenak sebelum Decker kembali memfokuskan pandangannya ke dadaku. "Aku selalu tahu kau memiliki puting besar seperti ini, it drives me crazy, perfect for sucking, Candy."

Decker menggesekkan tubuhnya sehingga aku bisa merasakan bagaimana pengaruh yang baru saja kutimbulkan untuknya. Aku mengerang pelan, lalu eranganku bertambah berat saat telunjuk dan ibu jari Decker mulai bermain di atas dadaku yang mengembang. Dengan perlahan, dia mencubit salah satu putingku dan menariknya perlahan sementara mulutnya yang panas menempel di sisi payudaraku yang lain, menciumi kulit lembutku yang kenyal dan perlahan-lahan bergerak ke putingku yang lain. Sementara dia menyiksa sebelah putingku dengan gerakan jemarinya yang pelan dan teratur, bibirnya yang tipis menempel ringan di atas putingku yang lain.

Aku mengejang ketika dia memutar putingku dengan keras sementara mulutnya bergerak dalam satu hisapan kuat, menenggelamkan putingku ke dalam kehangatan mulutnya yang panas. Hisapan Decker yang bertenaga membuatku tersentak dan aku tidak bisa menahan erangan hebat menyertai gerakan mulut pria itu.

"Oh..." Mataku melebar oleh sensasi menggelitik yang menyebar cepat ke seluruh tubuhku. "Yes, God, yes, please... more..."

Aku tidak tahu apa yang aku inginkan. Aku hanya tahu kalau lidah dan mulut pria itu terlalu ahli dan rasa hangat yang menggelitik itu kembali memenuhi diriku, berpusat di antara kedua kakiku sementara aku merasakan gerakan mulut Decker.

But I wish for more. My body arches for more.

"Bi... bite it."

Aku tidak lagi peduli pada rasa malu. Tidak ada rasa malu yang bisa menggantikan apa yang sedang kurasakan. Aku menarik kepala Decker lebih erat, menahannya lalu mengangkat tubuhku lebih tinggi. Decker mematuhi permintaanku, menggunakan gig-giginya untuk menciptakan sensasi pedih nikmat yang membuatku ingin terus merasakannya.

"Oh Tuhan."

Sensasi ketika gigi-gigi pria itu berada di putingku adalah sesuatu yang tidak bisa aku gambarkan.

____________________________________

XoXo

S. Desiree

Stepbrother Lil' PetWhere stories live. Discover now