5 - Candice

45.4K 2.3K 33
                                    

Aku mungkin sudah bermimpi.

Atau Decker yang sudah gila.

Aku tidak bisa membayangkan seperti apa wajahku saat ini, tapi aku cukup yakin kalau warna wajahku mungkin sudah mengalahkan bokong monyet dan aku juga cukup yakin kalau kedua bola mataku kini terbelakak di antara rasa kaget dan tidak percaya. Yah, kalau memang aku tidak sedang berkhayal - maka Decker memang sudah tidak waras.

I want to pop your cherry, lil sis.

My God! Little sister. Yes, that's what I am to him. And he is a brother to me. But why, I am having this feeling?

Kata-kata pria itu meloncat-loncat di dalam benakku, memantul-mantul keras di dalam otakku dan aku tidak bisa menyingkirkannya. Decker wants me. Pria itu praktis mengakuinya. Aku masih belum bisa berkata-kata, suaraku mungkin tersangkut di suatu tempat, mungkin tertahan oleh tatapan intens Decker. Untuk alasan yang tidak bisa kumengerti, kedekatan kami membuat aku sulit bernapas. Dengan tangan pria itu di pinggangku, aku merasa terbakar.

Are you a virgin, Candy?

Oh sweet sweet Lord, bagaimana kalau aku menjawab ya?

Apa kau juga kehilangan akalmu? Pria yang saat ini berada di hadapanmu adalah kakakmu. Brother, stepbrother or whatever names you use, he is your elder brother.

Yah, a hot stepbrother. How can I deny it? It's the truth.

Lalu suara setan itu berbisik kepadanya, menjelma dalam suara Decker yang dalam dan seksi, menyihirku hingga aku lupa apa yang sebenarnya membawaku ke sini.

"Bagaimana, Candy? Do we have a deal?"

Deal? Yah, benar. Kesepakatan. Untuk menyelamatkan ibuku.

"Tidak." Begitu kata itu keluar, aku tidak bisa mencegah sedikit sesal yang timbul dalam diriku. Namun, aku tetap mendapatkan kekuatan untuk melepaskan pegangan Decker padaku dan bergerak menjauh. Dengan pria itu berada begitu dekat, aku tidak bisa berpikir dengan jernih. Aku takut jika Decker kembali mendesak, maka kata keduaku adalah ya.

"Come on, Candy. Kau hanya membohongi dirimu sendiri. I can see it."

Aku menggeleng dan beranjak mundur selangkah lagi. Aku meyakinkan Decker seperti aku meyakinkan diriku sendiri selama ini. "Aku datang ke sini karena aku masih menganggapmu sebagai keluarga. That you would help us as a brother and as a son."

Aku menjerit panik ketika Decker meraihku cepat, pria itu mencekal lenganku dan menarikku kasar. Dalam waktu yang singkat sebelum otakku sempat menjernihkan situasi yang kuhadapi, aku menemukan diriku kembali berada dalam pelukan Decker. Kali ini, efeknya lebih mengejutkan. Wajah Decker berada begitu dekat denganku, pesonanya yang selama ini selalu kujauhi kini menggantung tepat di depan mataku dan sialan... aku mungkin masih perawan, tapi tidak ada perawan yang bisa mengabaikan bukti gairah sebesar ini, bukti gairah yang kini menekan bawah tubuhku - panas keras yang kuat. Dan aku mungkin akan tersedak napasku sendiri karena mulai memikirkan kembali kenangan malam itu... bentuk Decker yang...

Stop right there, Candy. Before you cross that line.

"Aku bukan saudaramu, Candy," bisikan kasar itu berhembus ke wajahku. Aku melihat pupil mata Decker yang membesar dan mendeteksi napasku sendiri yang semakin berat. "I want to fuck you since the first day I saw you and I know you want the same damn thing. So, let me be clear. Take my deal. I will pay your mom's debt while you do us a favor, you'll let me bang you. Or you walk away and don't you ever appear in front of me again."

Dadaku bergemuruh. Aku tidak bisa berbohong kalau jantungku berdebar begitu cepat. Aku tidak tahu bagian mana dari kata-kata Decker yang memicu debaran tersebut. Namun, aku tahu Decker bersungguh-sungguh dengan kata-katanya. Kakak tiriku itu memang pria berengsek tapi dia selalu menepati kata-katanya. Dia tidak akan segan-segan mendepakku keluar seperti halnya dia mendepak kami dari rumah bila aku tidak mengikuti aturan mainnya.

Tapi, apa ruginya? Bukankah kau penasaran, Candy? Jangan menjadi munafik atau kau tidak ingat malam-malam ketika kau menjadikan kakak tirimu ini sebagai pemain utama dalam fantasi kotormu. You want him. You want him since that night.

Seperti yang ditawarkan Decker. Take it or leave it.

"One night."

Senyum puas menghiasi bibir Decker sementara aku tidak percaya aku benar-benar menyetujuinya. Ini untuk ibuku, tapi jauh di dalam diriku aku tahu aku tidak jujur.

Hembusan panas itu kembali mengenai wajahku. "Kau akan menginginkan lebih dari satu malam."

Pria sialan itu. Decker benar-benar pria berengsek.

"Satu malam atau kita akan melupakan semuanya," ancamku - walau kuakui aku menatap matanya dengan lutut bergetar.

Senyum itu kini semakin lebar. Aku bergidik ketika merasakan pria itu meremas pinggangku pelan. Wajahnya merunduk dan bergerak ke samping wajahku dan aku merasakan sapuan lidahnya di dalam lubang telingaku. "Then deal. I'll make good use of you, lil sis. Tonight, my place."

"Decker!" aku berseru kaget ketika mendapati tubuhku tiba-tiba diangkat. "Apa yang kau lakukan?"

"A bit of preview, little sis. On how am I gonna make you feel. You will beg me when this ends."

Stepbrother Lil' PetWhere stories live. Discover now