10 - Decker

44.1K 1.9K 28
                                    

Rasanya begitu nikmat.

Erangan kecil akhirnya terlepas dari bibirku ketika Candice memenuhi rongga mulutku. Aku terus menciumnya lapar, rasa lapar yang kupendam selama bertahun-tahun ini. Payudara Candice sempurna, pas di telapakku dan putingnya yang besar terasa pas di dalam mulutku. Aku terus meremasnya, senang karena mendengar napasnya yang tersentak karena kekuatanku dan erangan halusnya karena godaan jemariku. Sementara mulutku masih menari liar, mengisap puting Candice yang terasa semakin besar dan keras, menjilatinya dengan ujung lidahku, memutari bulatan keras itu sehingga Candice terengah keras.

Mungkin aku masih bisa mengendalikan diriku lebih lama jika saja tangan Candice tidak bergerak turun dan menyentuh tonjolan keras di bawah perutku. I feel to jerk off right away and I couldn't wait to free it out. Aku sudah sekeras batu, terhimpit di dalam kain sempit yang membuatku nyaris sakit. Tanganku bergerak meninggalkan payudara bengkak Candice, begitu juga mulutku, membuat Candice mengerang pelan menyuarakan protes.

Tanpa meninggalkan tatapanku pada dadanya yang membusung, aku mulai melepaskan tali pinggangku dan sedikit tergesa ketika menurunkan celana panjangku, lalu boxer­ hitamku yang terasa menyempit beberapa kali lipat. Aku mengeluarkan desah lega ketika penisku terbebas, menggantung berat di antara kedua kakiku. Aku bukan pria kecil, begitupun peralatan yang kumiliki. Mataku naik untuk menatap Candice dan senyum puas bermain di sudut bibirku ketika aku melihat arah tatapannya dan bagaimana dia mulai mereguk ludah. Not only I have a big cock, I also know how to use it very well. Dan aku akan mempraktikkannya pada Candice dan memastikan setelah malam ini, gadis itu tidak akan bisa melupkakanku untuk seumur hidupnya.

Maka kami akhirnya bertatapan dan aku tidak tahan unuk tidak menyuarakan pikiranku. "Aku tahu ini bukan pertama kalinya kau melihatnya, Candy."

Candice terlihat tersipu sementara aku meyentuh penisku, mengusap pelan pre-cum yang menutupi kepala tersebut. This is for Candice.

"Apakah kau benar-benar masih perawan, Candy?"

Walau aku tahu jawabannya, aku hanya ingin mendengar Candice mengakuinya.

"Mengapa kau tidak mencari tahu sendiri?"

Tantangan dalam perkataan itu mengirimkan gelenyar di sepanjang batang penisku yang mengeras. Seandainya Candice tahu bahwa hanya dengan kata-kata dan reaksi wajahnya, dia bisa dengan mudah mempengaruhiku.... seandainya saja...

"I want to hear you say it."

"Yes," bisik Candice akhirnya dan gadis itu membuang wajah. It sends another tingling sensation through my shaft and I can feel my balls are tightening.

Aku menjulurkan tangan dan meraih dagu Candice, memaksanya untuk kembali menatapku. "Why?"

Aku bisa melihat pipi Candice yang merona, kebingungannya atas pertanyaanku sementara aku tahu dia berjuang untuk mengendalikan reaksi tubuhnya, mencoba untuk menutupi apa yang saat ini dirasakannya. "Between work and study, I don't really have time," elaknya.

Aku menunduk dan gadis itu terkesiap. Tanganku bergerak untuk menyentuh panas yang berpusat di kedua kakinya. "Liar," bisikku parau. "Aku tahu kau menungguku, Candy. Don't worry, I will fuck you well tonight until you are blind with pleasure. Aku tahu itu yang selalu kau pikirkan sejak kau mengintipku malam itu."

"Aku..." Candice tersedak dan aku tidak membiarkannya melanjutkan.

Aku bergerak menjauh dan bangkit berdiri, tanganku terulur untuk menariknya ke posisi duduk. "You have learnt your lesson. Kau tahu bagaimana menggunakan mulutmu untuk menyenangkanku, bukan? Tunjukkan padaku apa yang sudah kuajarkan padamu malam itu, lil sis."

______________________________________________________________________________

XoXo

S. Desiree

Stepbrother Lil' PetWhere stories live. Discover now