Epilog

6.3K 810 177
                                    

Sudah 5 hari Louis dikurung diruangan serba putih. Tubuhnya terbalut baju yang berwarna senada dengan warna kamar barunya itu. 5 hari yang lalu setelah Louis berhasil keluar dari permainan itu ia dibawa ke rumah sakit jiwa. Kejiwaannya terganggu. Ia berteriak-teriak dan sesekali menangis. Terpaksa orang tua Louis memasukkan nya ke rumah sakit jiwa.

Louis memandang kosong kearah jendela yang dihalangi besi bercat putih. Ia menatap Langit yang mendung dan salju yang turun dari langit. Suasana dikamar Louis tidak dingin karena sudah ada penghangat yang diatur didalamnya. Tapi semakin lama Louis merasa bahwa sepertinya penghangat ruangan itu mati. Karena udara berubah menjadi dingin.

Louis merasakan bahwa ada angin yang melewati bagian belakang lehernya. Seketika Louis merinding, ia mengusap bagian belakang lehernya dan berbalik. Mata Louis membelalak, ia membalikkan badannya agar bisa melihat mereka dengan benar. Louis mengusap matanya kasar dan menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tapi hasilnya ia tetap melihat mereka ber-empat didepannya.

"Kenapa kalian disini?! Kenapa kalian disini!" Teriak Louis ketakutan.

"Oh mate.. tenanglah" Zayn angkat bicara.

"We just, um.. missin' you" ucap Harry diikuti seringaian menyeramkannya.

"Apa kau senang terbebas dari permainan itu hm?" Ucap Liam, ia mendekat kearah Louis yang menggelengkan kepalanya dan memukul-mukul telinganya.

"Apa kau bahagia keluar dari permainan itu? Kau senang membiarkan kami mati di tempat terkutuk itu?!" Niall berteriak tepat didepan wajah Louis.

"Pergi! Pergi!" Teriak Louis, ia menutup telinganya rapat-rapat.

"Oh.. kau mengusir kami Lou?" Zayn mengusap puncak kepala Louis. Lalu dengan kasar menariknya kebelakang, hingga ia mendongak dan menatap mereka semua.

"Kau yang membuat kami mati Lou, kau yang membuat kami mengikuti permainanmu. Dan sekarang… giliran kami membuat mu. Mati…" Zayn membisikkan kata terakhirnya di dekat telinga Louis. Louis kembali berteriak.

"PERGI KALIAN! PERGI!" Teriak Louis.

"Tidak. Sampai kau tidak bernyawa." Ucap Niall.

"Tidak! Pergi kalian semua! per--AAAAAAA!" Louis berteriak kesakitan.

Zayn menarik rambut Louis kencang hingga membuat kulit kepalanya tercabut bersama rambutnya, Niall mencakar wajah Louis hingga tertarik bagian dagingnya, meninggalkan bekas cokelan (bayangkan cekungan kedalam yang memperlihatkan daging dan darah.).

Harry mengambil pisau yang ada dimeja, yang tadinya pisau untung memotong apel ia gunakan untuk menusuk bagian perut Louis dan menggoyangkannya kesegala arah membuat lubang yang mengeluarkan darah segar,Liam mulai mengikuti temannya yang lain, ia menarik kulit tangan Louis hingga tertarik dan terkelupas. Dan yang terakhir,Niall menusukkan jarinya ke mata milik Louis dan mencabut matanya hingga keluar.

Setelah mereka puas melihat Louis yang mencari oksigen sampai akhirnya ia mati mereka pun menghilang dan pergi. Dan 1 jam kemudian mayat Louis ditemukan oleh seorang suster yang menjaga Louis, ia berteriak histeris saat melihat Louis mati dengan sangat memprihatinkan.

Petugas kepolisian tidak menemukan jejak siapakah yang membunuh Louis dengan sadis. Mereka menarik kesimpulan bahwa Louis bunuh diri pada saat itu.

- 2 years later -

Luke dan Ashton sedang berjalan di lorong sekolah, mereka berjalan dengan sangat hati-hati. Mereka berdua akan mengajak 4 temannya lagi untuk ikut bermain. Mereka baru saja mengetahui permainan yang sangat seru. Mereka mendapatkan kertas itu.

"Psst,Cal! Psst!" Luke memunculkan matanya dari luar jendela, kemudian yang dipanggil akhirnya mendengar dan berbalik.

"What?" Bisiknya.

"Ayo bolos! Ajak Skyvee dan Skylaa juga!" Ucap Luke pelan, lalu ia terlihat berpikir dan melanjutkan.

"Ah! Michael juga!" Ucapnya. Calum melihat kearah papan tulis sebentar lalu berbalik menatap Luke dan Ashton lagi.

"Kita tunggu di taman belakang!" Ucap Ashton. Calum mengangguk dan mulai meluncurkan rencananya.

*

"Game apa sih?" Ucap Michael penasaran.

"Mana aku tau, kalau aku tau juga ku beritau padamu bodoh." Ucap Calum ketus. Mereka berjalan kearah kelas Skyvee dan Skylaa.

Sesampainya didepan kelas Skyvee dan Skylaa mereka berhenti, lalu Calum mulai menelpon mereka berdua, menyuruh mereka ke taman belakang untuk membolos di mata pelajaran tersebut.

Mereka semua sudah berkumpul sekarang. Wajah mereka terlihat bingung saat mendapati Ashton dan Luke yang malah tidak ada di taman belakang sekolah. Skyvee mendengus kesal.

"Mana mereka? Menyuruh membolos dan kesini tapi tidak ada" ucapnya sambil menghentakkan kaki ketanah.

"Guys, sudah lama eh?" Ucap Ashton tenang.

"Sudah!" Mereka menjawab serempak, Ashton dan Luke tertawa geli.

Mereka mulai membincangkan permainan itu, dan apa tujuannya. Tapi karena rasa penasaran Luke yang sangat besar, ia memaksa mereka untuk ikut bermain di permainan itu.

"Kau gila Luke? Permainan macam apa itu?!" Ucap Skylaa marah.

"Tidak. Permainan yang menantang untukku." Ucap Luke enteng.

"Kalau kita mati bagaimana? kau mau tanggung jawab? Hm?" Calum menaikkan satu alisnya.

"Kenapa kau langsung berpikiran kita akan mati sih? Sudah, ayo ikut aku dan Luke. Besok kita datang kesekolah ini malam hari dan mulai bermain." Ashton angkat bicara.

"Ok, aku ikut. Bagaimana dengan kalian?" Michael melihat satu persatu temannya, Skyvee,Skylaa,dan Calum.

"Aku ikut." Ucap Skyvee tenang.

"Oh Veve! Kau gila!" Skylaa menatap Skyvee tidak percaya.

"Oh ayolah, ini pasti menyenangkan La! Ayo" Skyvee tersenyum lebar kearah Skylaa.

"Ergh. Ok aku ikut karena hanya ingin menemanimu." Ashton,Luke,Michael,dan Skyvee tersenyum senang mendengar jawaban Skylaa. Dan serempak mereka memutar kepala melihat kearah Calum, ia hanya memejamkan mata sesaat lalu membukanya lagi.

Alis milik Luke dan Skyvee naik turun terlihat seperti menggoda,lalu dengan sekali tarikan napas Calum mengangguk. Mereka semua tersenyum girang mengetahui semuanya ikut bermain kali ini.

"Ah Luke, nama game ini apa?" Skyvee mencabuti rumput yang ada dibawahnya.

"The Death Game"

***

THE END.

Hide and SeekWhere stories live. Discover now