11. Kepergian Ayah

2.2K 94 20
                                    

Setelah mereka ber-4 makan, mereka memutuskan pulang. Ila dengan Tiwi dan Ridwan dengan Dimas. Saat perjalanan pulang Tiwi ditelfon ibunya untuk segera pulang secepatnya. 

"Halo Kak. kak cepat pulang ya. Ini darurat. tolong cepat kak!!! " suara ibu tiwi terdengar sangat gugup dan cemas.

"Baik bu,  Tiwi segera pulang secepatnya." balas Tiwi langsung menutup telpon dari ibunya. 

Lalu Tiwi menyuruh Ila melaju dengan kecepatan 70 km/ jam. Muka Tiwi terlihat cemas dan takut.

Satu jam perjalanan berlalu. Tiwi segera memasuki rumah dan ternyata sudah terdapat bendera kuning di depan rumahnya. Perasaan Tiwi semakin menjadi tidak karuan karena bendera kuning itu dan Ila dengan tulusnya menuntun Tiwi yang badannya sudah terlihat lemas. Dan... Perasaan Tiwi itu benar.  Ternyata orang yang sangat berjasa dalam keluarganya telah meninggalkan Tiwi, Bintang, Ibunya dan semua keluarga terdekatnya. Tiwi hanya bisa meneteskan air matanya. Namun bagaimana lagi orang yang telah meninggalkan kita terlebih dahulu tidak akan bisa kembali lagi. Ibu Tiwi sudah terlihat lelah karena dari tadi menangis. Tiwi keluar rumah dan ingin merenungkan diri di depan rumah.

"apakah ini nyata apa aku yang mimpi. Ini pasti mimpi ini tidak mungkin terjadi. Ayah masih hidup! Ayah belum meninggal. Tiwi sayang ayah. Ayah pasti gak akan ninggalin Tiwi sendirian disini!" Tiwi berkata sendiri, namun Ila yang tidak sengaja keluar ingin mengunci stir sepeda motornya tiba tiba mendengar ucapan Tiwi dan langsung menghampiri Tiwi untuk menenangkan hati dan mengikhlaskan ayahnya.

"Tiwi kamu ngapain disini?" tanya Ila.

"La apa ayah udah meninggal. Apa ini nyata?" tanya-nya dengan nada tersengguk-sengguk.

"Tiwi he lihat aku. Ayah kamu udah nggak ada. Mungkin Allah sayang kepada Ayahmu. Makanya dia meninggalkan kita duluan." nasihat Ila membuat Tiwi semakin deras mengeluarkan air matanya.

"Nggak mungkin La nggak mungkin!"
"Sini kamu cuci muka dulu ya. Pakai pakaian yang rapi. Beberapa menit lagi jenazah ayah kamu akan dikuburkan." dengan perhatiannnya Ila mengantarkan Tiwi ke kamar mandi dan menyuruhnya untuk mandi. Ila juga menyiapkan baju baju Tiwi saat dia sedang mandi.

Setelah Tiwi selesai mandi,Ila sudah menyiapkan pakaian bersih untuk dipakai Tiwi untuk memakamkan ayahnya.

"eh tiwi,sudah selesai. Ini bajunya udah aku siapin."

"makasih la.Mending kamu tunggy di luar aja deh." Mengusir Ila dengan halus

"ya allah mungkin ini sudah takdirku untuk kehilangan ayah secepat ini.Sabar ya allah sabar." dengan mengatakannya dalam dari dalam hati dengan perlahan air mata itu menetes sangatlah deras.

"Tiwi udah selesai kah.Lima menit lagi kita berangkat ke makam ayah kamu."suara itu membuat Tiwi membuyarkan lamunannya.

"e...eh iya la sudah selesai kok." jawab tiwi dengan nada yang agak sesenggukan.

Tiwi akhirnya keluar dari kamarnya dan didapati Ila yang sedang ada di depan pintu kamar Tiwi.Dengan refleks Ila langsung memeluk Tiwi dan berkata."yang sabar ya tiw,aku bakal nemenin kamu.Kalau kamu ada masalah cerita aja ke aku. Aku bakal dengerin kok Tiw."namun Tiwi hanya menganggukkan kelapanya pelan dan meneteskan air mata.

***

Semua orang satu persatu meninggalkan pemakam itu dan ibu dan adik tiwi juga ila sudah meninggalkan tempat pemakaman itu. Namun Tiwi masih stay di tempat itu dengan tangan memegangi batu nisan yang bertuliskan

Hardy Mahendra Setiawan
Binti
Dwi Hartanto Setiawan
Lahir : 1 Desember 1968
Wafat : 25 januari 2015

Air mata terus menetes dengan deras dan tanpa diketahui terdapat seorang lelaki tak jauh dari pemakan ayah Tiwi yang sedang berdiri tepat di depan makam itu.

"Tiw." sapa lelaki itu. Dengan refleks tiwi langsung menoleh kebelakang dan yang didapatnya saat melihat seseorang itu adalah Ridwan.

"Kamu... Ngapai kamu kesini. Biari aku sendiri. Aku tolong Wan. Plisss." Tiwi memohon kepada Ridwan dengan mata yang sudah dalam keadaan sembab.

Dengan cepat Ridwan menghampiri Tiwi dan langsung memeluknya dari belakang. Namun sifat dingin Tiwi membuat Tiwi langsung melepaskan pelukan itu dengan kasar.

"AYO PULANG IBU DAN ADIK LO UDAH NUNGGU DIRUMAH. DIA BUTU LO TIW. MEREKA JUGA MERASA KEHILANGAN. SEKALI AJA LO DENGERIN KATA KATA GUE. GUE MOHON TIW." bentak Ridwan membuat Tiwi langsung berdiri dari tempat awalnya tadi.

"LO BUKAN SIAPA SIAPA DISINI DAN LO GAK BERHAK NYURUH NYURUH GUE UNTUK NURUTI PERKATAAN LO!GUE MOHON SEKALI LAGI BUAT LO PERGI DARI SINI!" Tiwi membentak Ridwan kembali dan dengan menujuk nunjuk wajahnya dan suara itu terdengar agak bergetar untuk mengatakannya.

Dan untuk pertama kalinya Tiwi menggunakan kata "lo gue" kepada teman terdekatnya.Ridwan hanya melongo memahami dan mencerna perkatan yang dikeluarkan dari mulut Tiwi.

"KALO LO GAK PERGI DARI SINI BIAR GUE AJA YANG PERGI DARI SINI!!!" bentak Tiwi lagi dan Tiwi langsung meninggalkan Ridwan sendirian.

Tiwi meninggalkan tempat itu dengan menangis. Dia lebih memilih untuk ketempat yang biasa dia kunjungi dengan ayahnya dan tempat itu tidak jauh dari rumahnya.

Di tempat itu Tiwi semakin deras mengeluarkan air matanya dan berucap dalam hati "andai ayah disini disamping aku mungkin aku bakal nurutin semua permintaan ayah." lama Tiwi berada disana dengan perlahan air mata itu ngerenging dengan sendirinya.

Sedangkan Ridwan yang masih di tempat pemakaman. Dia terus melongo dan tidak percaya apa yang dikatan oleh Tiwi. Dan akhirnya Ridwan berjalan pelan melewati makam makan yang ada di kanan kiri nya.

"Apa itu tadi Tiwi atau orang lain. Baru tau gue kalau dia bisa bilang 'lo gue'ke gue. Ah abaikan lah. Sekarang yang lebih penting gue ke rumah Tiwi aja buat tenangin keadaan di rumahnya." kata Ridwan pada dirinya sendiri.

Ridwan menyusuri jalan kota surabaya dengan masih mengingat ngingat perkataan tiwi tadi dan masih tidak menyangka apa yang dilakukan oleh Tiwi.


***

Halo guys i'm come back di Chapter 11 ini. Maaf kalau baru update guys. Gua lagi mager ngetik soalnya hehehe.

Penasaran gk sih sama cerita selanjutnya. Kalau penasaran kalian bisa comment ya dan jangan lupa vote juga.

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Nov 03, 2017 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

Ketua Basket Vs Ketua VollyOnde histórias criam vida. Descubra agora