Her Medication (11) - Pulang

595 83 142
                                    

 Rasanya sudah lama sekali Sujeong tidak tidur senyenyak ini. Akan tetapi matanya segera membesar ketika sadar bahwa dirinya tinggal seorang diri di atas kasur. Sudah tidak ada Taehyung dan tangan laki-laki itu yang melingkar di pinggangnya.

Mengabaikan rasa pusing yang muncul ketika ia langsung bergerak bangun dari tempat tidur, Sujeong lantas bergegas ke kamar mandi. Hawa panas menyerbak wajahnya ketika ia membuka pintunya. Kosong, namun Taehyung belum lama keluar dari kamar mandi.

Tanpa sadar rahang Sujeong menegang. Apa Taehyung pergi meninggalkannya? Apa laki-laki itu memutuskan untuk mendorong Sujeong lagi menjauhi hidupnya? Ke mana laki-laki itu pergi? Ia tidak benar-benar telah pergi, kan? Tidak, tidak, masih banyak yang ingin Sujeong lakukan dengan laki-laki itu. Masih banyak pengakuan yang belum ia dengar langsung dari bibirnya. Masih banyak yang belum Sujeong lakukan untuk laki-laki itu. Untuk mereka.

Sujeong menggeleng-geleng kuat, mengambil jaket dan ponselnya. Sambil keluar dari kamar ia mencoba menghubungi nomor Taehyung yang kemarin ia gunakan untuk menghubunginya. Ia berlari menuju lift. Lagi-lagi operator yang menjawab panggilan. Pandangan Sujeong kini mulai rabun karena air mata.

Ketika lift terbuka, hanya hela napas yang keluar dari bibir Sujeong. Dan setetes air mata. Kakinya melangkah masuk dan memeluk Taehyung.

"Eh? Kamu udah bangun?" tanya Taehyung, kedua tangannya sibuk memegang plastik makanan dan menahan tombol agar pintu lift tidak tertutup. "Kamu...ga papa?"

Sujeong hanya menggeleng pelan. Ia bahkan baru ingat bahwa tadi ia berada di kamar itu seorang diri. "Aku pikir aku ga bakal ngeliat Kakak lagi."

Taehyung mencium pucuk kepala gadis itu. "Sujeong, keluar dulu yuk. Jangan bikin aku mau nyium kamu di lift yang ada anak kecilnya gini ah."

Perkataan itu membuat Sujeong berhasil mengangkat kepalanya dari dada Taehyung. Lantas mendapati seorang ibu-ibu sedang menutupi mata anak laki-lakinya. Secepatnya Sujeong berlari ke luar dan masuk ke kamar.

Taehyung masuk tak lama kemudian, setelah meminta maaf pada ibu-ibu satu lift tadi dan memberikan sebungkus permen kepada anaknya. Tawa laki-laki itu kini memenuhi ruangan.

"Aigoo, Sujeongie?" tanya Taehyung. Tidak menemukan kekasihnya itu di kasur, Taehyung mengetuk kamar mandi. Tidak ada jawaban dari dalam sana.

"Aku masuk nih. Aku merem kok!" canda Taehyung yang berhasil menghadiahinya dengan teriak kekesalan Sujeong.

"Apa sih!" pekik Sujeong ketika membuka pintu dan melemparkan handuk bekas cuci muka ke laki-laki itu. Ia segera melewatinya untuk duduk di lantai, mengambil satu bungkus plastik berisi makanan yang sudah Taehyung letakkan di atas meja. Sujeong toh tidak bisa menyembunyikan senyumnya saat mendengar tawa laki-laki itu mengiringinya.

"Kamu harusnya liat muka anak kecilnya tadi. Lucu banget minta diculik," bahas Taehyung, masih tertawa di sela-sela kata.

"Udah ah, sarapan!"

Sujeong enggan membahas hal itu lagi, memilih untuk mengubah topik pembicaraan menjadi sarapan yang dibeli Taehyung. Meskipun sudah pukul setengah 11, keduanya toh tetap menganggap makanan pertama kali yang masuk ke perut mereka di suatu pagi dinamakan sarapan. Ya, mereka sudah pernah setuju dengan terminologi ini sebelumnya.

Taehyung akhirnya duduk di depan gadis itu, lantas mengambil satu per satu nasi gulung dari bungkusnya. Ia mengamati Sujeong yang lebih memilih mencicipi japchae terlebih dulu. Perasaan bersalah masih terasa di hatinya. Lagi lagi ia membuat perempuan itu harus berada di ruangan seorang diri.

"Kamu...tadi beneran ga kenapa-napa?" tanya Taehyung lagi, baru selesai tersenyum lebar melihat pipi Sujeong menggembung dipenuhi makanan.

Perempuan itu mengunyah perlahan dan menjawab setelah menelan makanannya. Sekarang Sujeong semakin sadar bahwa ia memang tidak kambuh sama sekali. "Yang ada di otak aku cuma Kakak. Aku ga mau jadi menyedihkan terus dan ngebiarin orang yang aku sayang ninggalin aku."

IG Stories (end)Where stories live. Discover now