Nine

601 40 23
                                    

"Kau mau mampir sebentar?" tanya Darel ketika mereka berdua berada di depan rumah Darel.

Abel diam memikirkan tawaran Darel.

"Kau sudah lama tidak ke sinikan?" tanya Darel untuk membujuk Abel.

Akhirnya bujukan Darel berhasil, Abel menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kalau begitu tunggu apa lagi? Ayo masuk." Darel menarik tangan Abel lembut untuk menuntun Abel masuk ke rumahnya.

"Aku pulang!" teriak Darel ketika mereka baru saja membuka pintu.

"Selamat datang. Wah sepertinya kita kedatangan tamu," sapa Rose ramah.

"Ya Bu. Ibu ingat Abel, anaknya Tante Alice?" Rose menganggukan pertanyaan Darel.

"Ini dia." Mata Rose sedikit melebar ketika Darel menunjuk Abel.

"Benarkah? Wah kau sudah besar rupanya. Cantik pula," puji Rose sambil berjalan mendekati Abel.

"Iya Tante. Terima kasih," kata Abel sopan.

"Ya sudah, kalau begitu kau ikut makan malam saja. Kebetulan Tante masak banyak."

"Wah, apa tidak merepotkan?"

"Tentu saja tidak. Ayo." Rose menuntun Abel ke ruang makan dan meninggalkan Darel di ruang tamu sendirian.

"Kenapa aku ditinggal?" kata Darel pada dirinya sendiri.

"Itu siapa?" Tiba-tiba suara seorang perempuan mengagetkan Darel.

"Ya ampun! Kau mengagetkanku," kata Darel sebal pada perempuan di sampingnya.

"Apa susahnya jawab pertanyaanku? Itu siapa?"

"Abel. Sudah puaskan?" Darel langsung pergi meninggalkan perempuan itu.

Sebenarnya perempuan itu adalah Nayla, kakak Darel.
Nayla pun menyusul Darel ke ruang makan.

"Nah... ini makanannya, selamat menikmati," ucap Rose ketika ia selesai meletakkan piring berisi sayur ke meja makan.

Mereka pun duduk di bangku yang mengitari meja makan itu.

Abel duduk di samping kanan Darel dan Nayla duduk di samping kiri Darel. Sedangkan orang tua Darel duduk di hadapan Abel.

Tiba-tiba seorang anak lelaki berumur lima tahun berlari dan duduk di samping Rose.

"Rel, itu sapa?" bisik Abel sangat pelan.

"Adikku," jawab Darel santai.

Abel membulatkan matanya terkejut.

"Sejak kapan kamu punya adik?" Walaupun terkejut Abel masih memelankan suaranya.

Darel tidak menjawab pertanyaan Abel, dia malah sibuk mengambil lauk untuk ia makan sambil tersenyum.

★★★★

"Wah, sepertinya sudah sangat malam. Maaf ya Alvi, kakak harus pulang," pamit Abel pada adik Darel.

Setelah makan malam tadi, Alvi (adik Darel) langsung mengajak Abel bermain.

Mereka terlihat sangat akrab, seolah sudah lama saling mengenal.

"Kak Abel gak boleh pulang!" Alvi memegang erat tangan Abel.

"Tapi kak Abel harus pulang " Abel berusaha membujuk Alvi dengan puppy eyesnya.

"Gak boleh! Kak Abel di sini aja sama Alvi." Sekarang mata Alvi mulai berkaca-kaca.

Abel bingung harus berbuat apa sekarang. Dia tak mau Alvi menangis, tapi bagaimana pun dia harus pulang.

"Jangan manja Alvi. Biasanya kau tidak seperti ini," kata Darel yang entah sejak kapan ada di samping Abel.

Bukannya membaik, Alvi malah menangis keras.

"Kau memperburuk keadaan." Abel menatap Darel datar.

"Apa salah ku?" Darel bertanya seolah dia tak salah apapun.

Abel mengabaikan pertanyaan Darel dan beralih menenangkan Alvi.

"Jangan menangis Alvi. Kak Abel janji besok akan main sama Alvi lagi, tapi sekarang kakak harus pulang, kalau tidak nanti mama kakak nyari kakak." tangisan Alvi mulai berhenti.

"Janji? Kakak akan ke sini lagi besok?" Alvi mengulurkan jari kelingkingnya.

"Janji." Abel mengaitkan jari kelingkingnya dengan kelingking Alvi lalu tersenyum ramah.

"Sudahkan? Sekarang ayo aku antar pulang," ajak Darel pada Abel.

Abel mengangguk lalu melambaikan tangannya pada Alvi, tak lupa dengan tersenyum.

"Sorry ya. Aku tidak tau kenapa Alvi semanja itu," ucap Darel di tengah perjalanan mereka.

"Tidak apa-apa. Lagipula aku juga senang bermain dengannya."
Tak ada yang berbicara lagi sekarang. Angin musim dingin berhembus cukup kencang malam ini, membuat Abel menggosokkan telapak tangan lalu meniupnya pelan.

Berharap dingin ini tak terlalu terasa.

"Kau kedinginan?" Ternyata Darel telah memperhatikan Abel sejak tadi.

"Sedikit." Abel tersenyum dan masih menghangatkan tubuhnya.

Tiba-tiba Abel dikagetkan dengan sebuah benda yang menyelimuti pundak dan punggungnya.

"Agar kau tidak kedinginan." Seolah tau arti tatapan Abel, Darel tersenyum setelah memasangkan jaket yang ia pakai ke tubuh Abel.

"Thanks."

Kesunyian kembali melanda kedua manusia itu sampai mereka berdua tiba di rumah Abel.

"Hmm, makasih ya. Mau mampir dulu?"

"Tidak, aku langsung pulang saja. Sampai bertemu besok." Darel tersenyum tulis sebelum meninggalkan rumah Abel.

"Ya. See you." Abel mengatakan itu setelah Darel pergi cukup jauh dari rumahnya.

Dengan senyum yang masih mengembang di bibir, Abel berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Tanpa diduga, seseorang telah mengamati Abel sejak dia datang dengan Darel tadi.
Orang itu menatap sangat tajam pada Abel dan Darel. Bahkan sampai mereka berdua telah pergi.

To be continue....

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT.

See you 😄😊

Me and ThemWhere stories live. Discover now