1

215 12 0
                                    

🎵DO YOU REMEMBER
URI CHEOEUM MANNASSDEON NAL GEUTTAERO
NIGA BUREUMYEON EODIDEUN NEGERO
SUMICHADOROK TTWIEOGASSEOSSJI NIGA ISSNEUNGOS
I'LL REMEMBER
MANHI BOGO SIPEOSSEO NEOUI MODEUNGE
ONEULBAM MOSDAHAN
NAUI YAEGIREUL DEUREOJWO MY LOVE 🎵

Bunyi alarm di Smartphone Zahra yang berada tepat di samping telinga kirinya seketika membuyarkan mimpi indahnya. Dengan raga yang masih setengah ia mematikan alarm di ponselnya kemudian melanjutkan tidurnya.

"15 menit lagi Ah,. Lagian nanti pasti Pak Bowo telat seperti biasa." Gumamnya sendiri dengan mata tertutup.

...

Mata bulat Zahra perlahan-lahan terbuka kemudian dilihatnya jam dinding bergambar Hello Kitty yang tergantung ditembok atas depan tempat tidurnya. Gadis itu terbelalak ketika melihat jarum jam yang panjang mengarah ke angka 6 sedangkan jarum jam yang kecil mengarah ke angka 7.

"Ya ampun,. Perasaan tadi tidurnya bentar, kok udah jam setengah 8 aja ya?Cepet banget. Bisa- bisa aku gak dibolehin masuk nih kalo Pak Bowo dateng duluan. Ya Allah semoga Ban Mobilnya Pak Bowo bocor ditengah jalan, Amien." Omelnya sendiri sambil bergegas mengambil semua perlengkapan mandinya.

Gadis itu memang sering sekali telat karena Dia tipe orang yang susah banget buat bangun alias Keboo tingkat akut.

Zahra menaburkan bedak ke wajah mungilnya serta mengoleskan lipstik pink pada bibir tipisnya tanpa melihat kaca. Dalam keadaan darurat seperti ini Zahra hanya menggunakan instingnya saja dalam merias wajahnya.

Dengan langkah panjang Zahra terus berjalan cepat dengan membawa 3 buku besar ditangannya melewati setiap rumah. Pandangannya Lurus mengarah ke Kampus disebrang jalan raya.

Jarak Kampus dengan Kos Zahra tidak terlalu jauh hanya sekitar 0.5 km saja.

Sampailah gadis dengan rambut sebahu yang diikat itu di depan pintu Fakultas Ekonomi. Zahra berjalan ke arah tangga menuju lantai 3 secepat kilat.

Di dalam gedung Fakultas hampir tidak ada mahasiswa yang berkeliaran karena sekarang sudah menunjukkan pukul 08.00 yang artinya perkuliahan sudah dimulai setengah jam yang lalu. Hanya ada beberapa dosen dan staf yang berkeliaran dengan membawa tugas masing-masing.

Kaki Zahra menginjak lantai 3, matanya mencari kelas yang bertuliskan III-8 tepat disebelah kiri ruang tunggu dosen yang berada didepannya.

"Kok pintunya masih dikunci? Dan temen-temen yang lain kok gak dateng ya?." Batinnya dengan mencoba membuka pintu kelas dan melihat sekitarnya.

Dari belakang terlihat seorang Cowok tampan dengan wajah cueknya menghampiri Zahra yang kebingungan, Dia adalah Ken.

"Kelas Ekonometrika hari ini kosong. diganti besok sore jam 16.00." Ucap Ken yang berjalan melewati Zahra.

Gadis itu menoleh ke arah Lelaki tampan pemilik suara. Zahra diam tak membalas ucapan lelaki itu. Dengan wajah lesu ia berjalan lemas menuruni anak tangga sambil melihat kakinya.

BRUUUUUKKKKK

"Maaf-maaf aku gak liat. Kamu nggak papa?." Ucap Zahra dengan wajah melas.

Lelaki itu tak membalas kemudian melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan permintaan maaf Zahra.

Zahra hanya terpaku dengan wajah datar khasnya melihat punggung cowok itu menjauh "Dia kenapa ya? Aneh!." Batin Zahra. "Ya sudahlah, yang penting udah minta maaf."

...

"Dindaaa" teriak Zahra pada gadis tomboy yang berlajan lurus melewatinya.

"Eh lo Ra, udah selesai kelas ?" Dinda menoleh

"Udah baru aja, ini aku mau ke perpus pinjem buku. Temenin dong, Kamu udah gaada kelas kan?" Ucap Zahra dengan nada memohon tapi masih dengan wajah datar ciri khasnya.

"Ya udah ayok! Kebetulan gue gak ada kerjaan. Bosen di kosan gak ngapa2in." Tangan Dinda menarik tangan kiri Zahra kemudian merangkulnya.

Meskipun Dinda cewek yang tomboy tapi dia tipe orang yang sangat penyayang apalagi dengan sahabatnya Zahra.

"Ra lo mau pinjem buku apa ? Biar gue bantu cariin." Dinda menggerakkan jari jemarinya melihat satu persatu buku yang tertata rapi dirak buku perpustakaan kampus.

"Buku Manjemen Pemasaran karangan Fandji jiptono Din, edisi ke-9 kalo gak salah sih." Sahut Zahra yang masih fokus mencari buku tersebut.

Mata Zahra seperti menemukan sesuatu, tangan kecilnya mencoba meraih buku yang berada dirak atas dengan susah payah, belum sempat ia mengambil. Seseorang telah lebih dulu meraih buku itu.

Zahra memutar tubuhnya kearah lelaki yang saat ini berada disampingnya tanpa sengaja lelaki itupun membalikkan tubuhnya menghadap Zahra hingga jarak diantara mereka menjadi sangat dekat, benar benar dekat. Mata gadis itu membulat besar bersamaan dengan jantungnya yang bergetar hebat. Maklum gadis itu sebelumnya tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria. Jangankan berdekatan melihat matanya saja ia tak berani.

"Ini." Sosok lelaki itu memberikan buku yang diambilnya tadi.

Zahra terdiam heran menatap lelaki didepannya kemudian mengulurkan tangan kecilnya mengambil buku bersampul coklat. "Makasih." ucapnya lirih.

Dinda yang dari jauh melihat Zahra dan Ken begitu dekat, dengan segera ia menarik smartphone disaku celananya dan mengabadikan moment langka diantara Zahra dan Ken.

CEKREEK

Ken menoleh ke arah suara itu berasal, mata Zahra pun tertuju pada gadis yang berada agak jauh dibelakang tubuh Ken.

"Aish, sial mampus gueee. Bego lo Din.. Kenapa juga hp gue bunyi." Batin Dinda kesal pada dirinya sendiri.

Dengan langkah kaki panjangnya Ken berjalan menuju ke tempat Dinda berdiri sekarang. Dinda hanya diam terpaku dan pasrah dengan apa yang akan dilakukan Ken kepadanya nanti. Namun diluar dugaan, ternyata Ken berjalan lurus melewatinya dengan wajah seperti tak terjadi apa-apa.

Zahra menatap punggung lelaki itu yang perlahan menjauh dengan bingung.

Dinda menghampiri Zahra yang tepaku didepan rak buku, kemudian berbisik "Cieee Zahra... sejak kapan lo deket sama Kenzo Xaviero?"

"Kenzo Xaviero?? Kamu kok tau namanya?" Sahut Zahra membuyarkan lamunannya.

"Siapa yang gak kenal sama Ken cobak? Udah ganteng, tinggi, kece, pinter, cuek lagi, sempurna pokoknya. Seantero kampus pun kenal sama dia Zahraa. Masa lo temen sejurusannya gak kenal?"

"Jadi lelaki yang tadi itu namanya Ken, Ken yang sering jadi bahan pembicaraan para mahasiswi itu?"

"Kemane aje lo neng? Punya temen secakep dia kok baru tau? Kalo gue jadi lo, gue pasti udah caper sama dia tadi." Celetuk Dinda dengan centilnya.
"Tapi yaa gue denger2 dia itu gk pernah sekalipun berinteraksi sama cewek2. Disapa cewek aja dia gak pernah bales. Tapi tadi kok dia bantuin lo ambil buku itu? Jangan2 dia suka lagi sama lo Ra."

"Gak mungkin lah Din, aku aja gak kenal sama dia. Udah biarin gak penting juga untuk dibahas. Kita pulang yok aku traktir ice cream didepan kampus deh, enak banget tau din."

"Kalo ditratir mah gue gak bakalan nolak Ra, lo tau sendiri kan uang gue pas2an buat jajan. HAHAHA.."

Zahra berjalan ke arah meja petugas perpustakaan mengisi lembaran prasyarat meminjam buku.

Dua gadis itu berjalan meninggalkan perpustakaan menuju gerbang utama kampus sambil membicarakan saat pertama kali mereka bertemu dan sesekali melepaskan tawa saat membicarakan hal2 yang mereka anggap lucu.

Tbc

Baru belajar, harap maklum kalo critanya nggak nyambung dan kata-katanya amburadul. Hehe







My Partner In LoveWhere stories live. Discover now