3

109 7 2
                                    

*MULTI CHAT*

Alfan, Arif (2)

Alfan : Haloo! Tes..

Alfan : Nanti jadi kerkel? 

Arif : jadi

Alfan : dimana?

Zahra : Puskom lantai 2

Alfan : oke

Arif :  🖒

begitulah isi obrolan mereka yang masih jaim, canggung dan begitu garing  seperti Qitella, ups nyebut merk. Memang mereka teman 1 kelas di mata kuliah Ekonometrika tapi itu tak membuat mereka saling mengenal hanya sekedar tahu nama aja, gak lebih.

Hari ini kelompok 7 berencana untuk Kerkel. Tau kerkel nggak? Kerkel itu kerja kelompok, Hehe kali aja ada yang nggak tau.

Zahra bergegas menuju Puskom setelah jam matkulnya berakhir. Baru saja kaki Zahra akan  menaiki tangga tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing lagi untuknya menghentikan langkah pendek kakinya.

"Zahraaa TUNGGU"

Mendadak, Zahra berhenti di bawah anak tangga lantai dua Puskom. Ia menunggu seorang gadis tomboy yang berlari menghapirinya dengan napas yang terengah-engah.

"Gue panggilin dari tadi lo gak noleh2 Ra, kesel gue lari2 ngejar lo." Gerutu Dinda kesal masih dengan nafasnya yang tak beraturan.

"Gak denger Din, ngapain? Ada yang penting? Sampek segitunya ngejar aku."

"Temenin gue bentar."

"Kemana? Bentar lagi aku ada kerkel nih."

"Bentaran doang diruang sebelah, mau download konser Exo Ra pake wifi puskom. Please mau yah Ra." Dinda memohon memegang tangan Zahra.

Zahra melihat jam yang melingkar ditangan kirinya. "Yaudah, janji bentaran doang kan?" 

"Iya Sayangkuuu."

Zahra memutar bola matanya malas. Gadis itu memyilangkan tangannya diperut kemudian  memejamkan mata bersandar pada dinding pembatas antara ruang pusat telekomunikasi dengan perpustakaan pusat menemani Dinda yang sedang asik berkutat dengan ponsel pintarnya.

"OMG, Kaiii Oppaaa ganteng banget. Sumpah kalo liat dia dance kayak gitu bisa2 gue Hamil Online ntar." Dinda mulai histeris melihat channel youtube di smartphone miliknya.

"Kebiasaan deh suka kumat kalo liat Exo." Gerutu Zahra masih dengan mata tertutup. "Masih lama gak? 5 menit lagi aku ke lantai 2 nih, nanti kalo telat gaenak sama yang lain."

"bentar lagi Ra, santai aja kali tidur aja dulu palingan temen lu masih makan dikantin kalo nggak ya di mushola lagi sholat, ini kan jam istirahat."

Ini adalah kesalahan Zahra sendiri yang tidak bisa menolak permintaan Dinda. Zahra tidak bisa berkutik sedikitpun, kalau ia meninggalkan Dinda secara otomatis Zahra akan mendapat masalah. Karena meskipun Dinda merupakan cewek yang tomboy tapi Dinda memiliki sifat yang tidak sesuai banget dengan penampilannya yaitu suka ngambek. Dan Zahra paling tidak bisa kalau didiemin Dinda, Soalnya cuma Dinda satu-satunya teman yang ia punya.

"Yaudah aku tidur dulu nanti kalo udah jam satu, bangunin ya."

"Ya kalo gak lupa. haha."

Bener aja Dinda lupa untuk bangunin Zahra yang saat ini tertidur pulas, sudah lewat tiga puluh menit dari yang diminta Zahra untuk membangunkanya, hingga ada seorang lelaki tampan yang harus turun tangan. 

TOELLL
Tangan kekar Ken menepuk bahu kiri Gadis yang sedang tidur terduduk di ruang pusat telekomunikasi. "Eh Ayok katanya Kerkel."

Bukannya Zahra yang terbangun karena mendengar suara khas milik Ken malah Dinda yang menoleh ke arah dimana suara itu berasal. Mata Dinda seketika terbelalak melihat Zahra yang tertidur pulas dengan mulut yang terbuka lebar. Dengan gercep alias gerakan cepat tangan kiri Dinda menutup mulut Zahra sedangkan tangan kanannya  berusaha menggoyang-goyangkan si pemilik tubuh agar bangun dari tidurnya.

Kebiasaan Zahra saat tidur memang begitu selalu membuka lebar2 mulutnya. Meskipun ia sudah merencanakan tidur dengan mulut tertutup tentu saja saat ia sudah terlelap mulutnya akan dengan sendirinya terbuka lebar. Wkwk

Sekilas sebuah senyum yang telah lama tidak ia tunjukkan kembali terukir di wajah Lelaki itu tanpa sepengetahuan Dinda.

Ken merasa gemas sendiri melihat ekspresi Zahra saat tidur  ditambah lagi tingakah konyol Dinda saat membangunkan temannya itu. Ken tidak percaya bahwa gadis pendiam seperti Zahra memiliki kebiasaan unik tersendiri saat tidur.

Zahra mengucek-ngucek matanya yang terlihat merah pertanda masih mengantuk "Hmm apaan sih Din."

Dinda memajukan wajahnya, membisikkan sesuatu ditelinga Zahra. "Tuh ada Ken disamping kiri lo."

"Apa? Serius? Kenapa gak bilang?." Tanya Zahra sangat lirih menatap Dinda dengan ekspresi marah dan sangat malu tanpa memperdulikan Ken yang saat ini menguping pembicaraan mereka.

"Gue juga baru tau kalo Ken-."

"Ra, Ayok udah jam set 2. Yang lain udah nungguin diatas." Ken memotong obrolan pribadi dua gadis itu.

"Ha ha Iya. Haduh maaf ya tadi ketiduran." Zahra tebata sambil menggaruk tengguknya yang tidak gatal.

"Din, gue tinggal dulu ya." Zahra melambaikan tangan ke arah Dinda.

Kini mereka berjalan menuju lantai 3 puskom dengan hening hanya suara sepatu mereka yang menjadi backsound. Zahra berjalan dibelakang Ken. Zahra tidak bisa kalau harus berjalan sejajar dengan Ken karena ia masih merasa sangat malu akan kejadian tadi. Ia berpikir bahwa Ken akan menertawakan kebiasaan tidurnya tadi, dan gadis itu sangat malu kalau Ken sampai membahas hal itu.

Tentu saja Kenzo dengan otak yang super genius tau kalau saat ini Zahra merasa sangat malu pada dirinya itulah sebabnya kenapa Zahra memilih berjalan dibelakangnya daripada mensejajarkan kakinya berjalan disamping Kenzo.

Ken memulai obrolan. "Gue akan tutup mulut soal kebiasaan lo tidur tadi."

Mata Zahra membulat, kaget mendengar ucapan Ken barusan. Zahra yang berada dibelakangnya mendadak menghentikan kakinya, terdiam dengan tatapan kosong dan mencoba mencerna baik-baik ucapan Ken.

Ken terus berjalan meninggalkan Zahra tanpa sengaja.

"Ra.. Ngapain disitu?" Panggil Ken yang lumayan jauh dari Zahra

"Oh-ya" Zahra mempercepat langkah kakinya menuju ke tempat Ken berdiri.

Ken yang sadar kini Zahra sudah berada dibelakangnya lagi lantas bicara "Lupain." Hanya satu kata yang terucap dari mulut Ken.

Lagi-lagi Zahra dibuat terdiam sesaat oleh Ken sebelum Arif dan Alfan menyadarkannya dari lamunannya.

Zahra mengikuti langkah Ken yang mulai mendekat ke arah meja diamana Alfan dan Arif duduk.

Di meja itu kursinya cuma ada satu yang dipenggang Ken. Sadar akan Zahra yang tidak kebagian Kursi, Ken pun menyerahkan kursinya. "Ini buat lo aja, gue cari yang lain."

"Zahra sama gue aja, satu kursi dibagi berdua." Sambar Alfan nyengir. Namun tak dihiraukan Zahra.

Tanpa basa-basi Zahra mengambil kursi itu dan mendudukinya. "Makasih".

Selang beberapa detik, Ken kembali ke meja dimana mereka berempat berkumpul dengan membawa kursi untuknya sendiri.

Ken berdiri dari kursinya dan menyodorkan tangannya ke arah Alfan. "Kenalin gue Kenzo."

"Pake kenalan nih? Gue Alfan."

Kemudian ke Arif "Kenalin gue Kenzo."

"Gue Nurul Arifin, panggil aja Arif."

Lalu yang terakhir ke Zahra "Kenzo."

"Zahra."

Setelah saling berkenalan,
Merekapun mulai berdiskusi dan mengerjakan tugas kelompok mereka, suasananya masih agak canggung mungkin karena ini masih kerkel yang pertama.

Tbc

Maaf ya kalo makin kesini ceritanya makin gaje ✌

My Partner In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang