Three

127 10 0
                                    

Matahari telah sampai pada perjalanannya hari ini ketika Taehyung memasuki kamar Jungkook untuk memberitakan hasil tes darahnya. Warna orange yang mendominasi langit terpampang jelas pada jendela kamar Jungkook, ketika sang dokter muda itu masuk Jungkook tengah memandang percampuran sempurna warna orange dan pink sambil melantunkan sebuah lagu. Taehyung tak berniat menganggu, ia membiarkan Jungkook menyelesaikan bait terakhirnya karna jujur saja suara Jungkook cukup indah untuk dinikmati.

"Wah... Aku kagum dengan suara mu" Jungkook nampak tersipu menyadari kehadiran Taehyung. Ia membalas dengan ucapan 'Trimakasih' yang berbisik. Rona merah muda bersemi pada pipi putih pucatnya.

"Hasil darah mu sudah keluar, untuk saat ini tidak ada yang aneh. Semua hasil positif, bahkan tes virus M5, HIV, dan demam berdarah juga positif. Tidak ada yang salah."

Jungkook bernafas lega mendengarnya. Sekalipun kamar ini nyaman, ia tetap merasakan bosan disana. "Apa aku boleh pulang?"

"Besok pagi jika keadaanmu tetap stabil kau diperbolehkan pulang. Aku akan meresepkan obat flu untuk mu juga."

Jungkook membungkukkan badannya, kali ini ia berucap 'terimakasih' dengan lebih jelas. Ia bahkan menjabat hangat tangan Taehyung sebelum dokter itu meninggalkannya lagi.

"Semua baik-baik saja" batinnya dalam hati. Sejujurnya ia agak khawatir pada awalnya karna nampaknya apa yang ia derita cukup serius. Maksudnya adalah, nyawanya hampir terancam dan dokter tidak menemukan penyebabnya. Ini sedikit menyeramkan, atau ia hanya terlalu berlebihan.

Jungkook membayangkan ruang kamarnya dan serangkaian alat instrumentalnya dirumah sebelum ia terlelap tidur. Jika ia sampai rumah, hal pertama yang akan ia lakukan adalah memanjakan diri dalam drum, piano, dan gitar. Kemudian bermain games sambil menunggu pesanan makanannya. Lalu menonton film. Membuat sebuah lagu, dan mencoba gerakan dance baru. Nampak menyenangkan untuk ia pikirkan.

Tapi pada akhirnya hal itu hanya menjadi angan sang adam sebelum tidur. Ia tidak dapat melakukan rencana itu di ke esokan paginya. Tubuhnya kembali seperti malam sebelumnya.

Jungkook hampir terlontar dari kasur akibat kejang hebat yang ia derita. Sigap sang suster yang berjaga malam langsung memberikan pertolongan pertama dan memanggilkan dokter. Taehyung berlari dengan tergesa dari ruang istirahatnya, langsung menangani Jungkook.

Setelah melakukan penanganan yang tepat dan berhasil menstabilkan kembali tubuh Jungkook, Taehyung memerintahkan untuk memindahkah Jungkook pada ruang ICU.

Dokter muda itu bergeming pada daun pintu ICU ditengah malam, menatap wajah damai Jungkook yang berbalut alat bantu pernafasan.

Taehyung menghelakan nafasnya berat, ia sedikit merasa menyesal. Benaknya mengingat senyum Jungkook yang menawan ketika ia mengatakan kabar tadi sore. Bagaimana ini bisa terjadi? Apakah ia lengah akan suatu hal? Atau mungkin ia melakukan suatu kesalahan?

Rasa bersalah itu menyergapnya, memeluknya erat. Sebagai seorang dokter, prasaan menyesal ini sering terjadi ketika ia tidak cukup tangkap menangani pasiennya.

Taehyung menarik sebuah bangku menuju sisi kanan ranjang Jungkook, ia terduduk disana dan menghabiskan tiga puluh menit menatap dalam diam pria yang terlelap dihadapannya. "Maafkan aku-" suara rendah itu terdengar jelas, suasana amat sunyi hanya terdapat suara tabung oksigen yang berkerja serta bunyi 'bip' elektrokardiograf yang menunjukan status tubuh Jungkook dalam gelombang garis yang bersudut tajam.

Setelah ucapan itu tersampaikan oleh udara menuju indra pendengaran Jungkook, Taehyung bangkit meninggalkan Jungkook sendiri dalam perbaringannya. Pikirannya sedang agak kacau, rasa lelah dan bersalah terus mendominasi hatinya, ia butuh waktu untuk sendiri dan istirahat.

ThantophobiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang